Jumat, 14 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PADA TELINGA TENGAH (TINNITUS, VERTIGO, DIZZINESS, SYNDROME MANIERE, LABIRINTITIS)


BAB I
PENDAHULUAN

Anatomi fisiologi telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan sampai manusia, dengan beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.
Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).

-          Bagian telinga

            Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
            Telinga dalam  terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.
Keseimbangan
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan rubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf vestibulokoklearis

-          Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri dari:
1. Gendang Telinga
2.Tuba Eustachii
3.Cavum Timpani
4. Mastoid



§  Gendang Telinga
Gendang telinga disebut juga membrana timpani terdiri atas:
a.       Pars Flacida terdiri 2 lapis yaitu lapisan kutaneus dan lapisan mukosa
b. pars Tensa terdiri dari 3 lapisan yaitu 2 lapisan seperti pars flacida namun ditengahnya terdapat lapisan jaringan fibrous. Lapisan fibrous terdiri dari stratum longitudinal dan stratum radial, yang kemudian membentuk anulus fibrosus. Plika timpani anterior dan posterior melekat pada kolum malei.
§  Kavum Timpani
merupakan runag pipi dengan volume 0,25 cc Isinya :
1. Viscera Timpani terdiri dari :
a. Tulang pendengaran
b. Ligamenum malei lateralis, ligamentum malei superioe dan ligamentum imkudis  posterior
c. otot : m. tensor timpani, m. stapeideus yang terlihat adalah tendonya sedangkan ototnya terletak dalam tulang.
d. Saraf korda timpani.
2. Mesenterium TImpani : adalah lipatan mukosa yang menggantung viscera timpani, terdapat 15 mesenterium timpani, gunanya mrmbrti makan viscera, memperluas permukaan sehingga daya resorbsi tambah besar.
§  Tuba Eustachii
terdiri dari:
-                            Bagian tulang selalu terbuka, 1/3 lateral
-                            Bagian tulang rawan dan membran selalu tertutup 2/3 medial

Tuba Eustachii terbuka akibat kontraksi dari otot :
- m. Tensor veli palatine
- m Levator veli Paltini
- M. salphingo faringeus
-M. tensor timpani Mastoid terdiri dari selule dan antrum, gunanya sebagai udara cadangan , sering disebut sebagai retrotimpani.












BAB II
PEMBAHASAN

TINITUS
1.      PENGERTIAN
     
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia)

      Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)

2.      ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain:
o   Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging akan hilang.
o   Infeksi telinga tengah dan telinga dalam
o   Gangguan darah
o   Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf pendengaran
o   Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
o   Keracunan obat
o   Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.

3.      PATOFISIOLOGI
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:
o   Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh.
o   Tinnitus frekuensi tinggi (high tone) seperti berdenging.

      Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
      Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz). Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan timbulnya denging.
      Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu di Indonesia telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam. Tetapi memang implementasinya belum merata. Makin tinggi paparan bising, makin berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga.

4.      TANDA DAN­­  GEJALA
     Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.

5.      PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
o   Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus.
  • pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz.
  • Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.

6.      DIAGNOSIS
    
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik. Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.

7.       PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:
o   Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam).
o   Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal.
o   Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
o   Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam.
o   Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E.
o   Lain-lain.
8.      PENATALAKSANAAN
Pada umumnya penatalaksanaan gejala tinitus dibagi dalam 5 cara, yaitu :

o   Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker.
o   Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat
o   Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral
o   Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita benar-benar parah.
o   Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TINITUS

1.      PENGKAJIAN
a.       Aktivitas
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
b.      Sirkulasi
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres).
c.       Nutrisi
- Mual
d.      Sistem pendengaran
- Adanya suara abnormal(dengung)
e.       Pola istirahat
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
PENGKAJIAN FOKUS
Data subjektif
-          Mudah lelah
-          Mual
-          Gangguan tidur/kesulitan tidur
-          Adanya suara abnormal ( dengung )
Data objektif
-          Klien kelihatan pucat
-          Gangguan keseimbangan tubuh

2.      WEB OF COUTION
 

Kotoran yang             infeksi telinga tengah      tekanan darah      sindrome minierre        keracunan
ada di telinga                                                                      dan                                                       obat
 


tinitus
 


frekuensi                                 frekuensi
 


suara bergemuruh, nada                      suara berdeging
                      tinggi dan berdenging
Gangguan istirahat tidur
 
 



aktivitas elektrik                                             tinitus bernada tinggi
dan rendah
 


impuls bunyi                          otot-otot rongga telinga          denyut nadi     gangguan syaraf
    yang berkontraksi                                           pendengaran


impuls anbnormal dalam tubuh
 


tuli sensorinural dan konduksi
 


inflamasi
 


tinitus pulsasi
 


mudah marah             pusing         mual         mudah lelah
Resiko kekurangan interaksi
 
 





3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus).
b.      Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.
c.       Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.

4.      INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.

























2.












3.
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan :
·         Tidak terjadi kecemasan.
·         pengetahuan klien terhadap penyakit meningkat.


















Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan pasien: Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi.








Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan :




·         Kaji tingkat kecemasan / rasa takut.




·         Kaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang di alaminya.




·         Berikan penyuluhan tentang tinnitus.

·         Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat di sembuhkan.

·          Anjurkan klien untuk rileks, dan menghindari stress.








·         Kaji tingkat kesulitan tidur.

·         Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur.

·         Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.





·         Anjurkan klien menggunakan alat bantu dengar setiap di perlukan jika
·         Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang di alami klien.
·         Jika mungkin bantu klien memahami komunikasi nonverbal.


·         Kaji kesulitan mendengar.


·         mengetahui tingkat kecemasan/rasa takut pasien dalam menetukan tindakan selanjutnya.
·         mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan pengalaman pasien serta pemahanaman tentang penyakit yang di derita.
·         pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
·         pasien akan merasa tenang dan rasa takut berkurang dengan penyakit yang di derita.
·         mengurangi ketegangan dan membuat perasaan pasien lebih nyaman dan tenang






·         mengetahui tingkat dan kualitas tidur pasien.
·         dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas tidur pasien.
·         Rasional: membantu pasien bedaradaptasi  dan menentukan solusi untuk gangguan tersebut.



·         mengetahui tingkat pendengaran pasien untuk menentukan tindakan selanjutnya.
·          menentukan tingkat gangguan yang dialami pasien.
·         pesan /anjuran yang disampaikan oleh perawat kepada pasien dapat diterima dengan baik oleh pasien.
·         memudahkan pasien berkomunikasi dengan keluarga atau perawat.



5.      IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
-          Mengkaji tingkat kecemasaan / rasa takut
-          Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang dialaminya
-          Memberikan penyuluhan tentang tinnitus
-          Menyakinkan klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
-          Menganjurkan klien untuk rileks dan menghindari stres
DIAGNOSA 2
-          Mengkaji tingkat kesulitan tidur
-          Mengkolaborasi dalam pemberian obat penenang / obat tidur
-          Menganjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
DIAGNOSA 3
-          Mengkaji kesulitan mendengar
-          Mengkaji seberapa parah gangguan pendengaran yang dialami klien
-          Membantu klien memahami komunikasi nonverbal
-          Menganjurkan klien menggunakan alat Bantu dengar setiap diperlukan jika tersedia
6.      EVALUASI
-           Tidak terjadi kecemasan,
-          pengetahuan klien terhadap penyakit meningkat.
-          Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi
-          Resiko kerusakan interaksi sosial dapat di minimalkan






VERTIGO

1.      DEFINISI
    Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).
     Vertigo adalah Rasa gerakan dari tubuh/lingkungan sekitarnya diikuti gejala susunan saraf otonom dan lainnya sebagai akibat gangguan alat keseimbangan tubuh (Gowers)
                 Vertigo adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami sensasi pergerakan berupa sensasi gerak bumi berputar (objektif) atau merasa diri berputar (subjektif).

2.      ETIOLOGI
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
a.     Lesi vestibular
-       Fisiologik
-       Labirinitis
-       Menière
-       Obat ; misalnya quinine, salisilat.
-       Otitis media
-       “Motion sickness”
-       “Benign post-traumatic positional vertigo”
b.     Lesi saraf vestibularis
-       Neuroma akustik
-       Obat ; misalnya streptomycin
-       Neuronitis vestibular
c.     Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
-       Infark atau perdarahan pons
-       Insufisiensi vertebro-basilar
-       Migraine arteri basilaris
-       Sklerosi diseminata
-       Tumor
-       Siringobulbia
-       Epilepsy lobus temporal
Menurut (http://www.kalbefarma.com)
1.     Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
a.     Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
b.     Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
c.     Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
d.     Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
e.     Inti
Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2.     Penyakit SSP :
a.     Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
b.     Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
c.     Trauma kepala/ labirin.
d.     Tumor.
e.     Migren.
f.      Epilepsi.
3.     Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4.     Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
5.     Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6.     Intoksikasi.

3.      PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (http://www.kalbefarma.com).

4.      KLASIFIKASI
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1.   Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a.     Yang disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b.     Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c.     Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2.   Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
a.     Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
b.     Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
c.     Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
3.   Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :
1.     Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
2.     Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1.   Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

5.      MANIFESTASI KLINIS
     Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

6.      PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
1.       Pemeriksaan fisik :
-     Pemeriksaan mata
-     Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
-     Pemeriksaan neurologik
-     Pemeriksaan otologik
-     Pemeriksaan fisik umum.
2.       Pemeriksaan khusus :
-     ENG
-     Audiometri dan BAEP
-     Psikiatrik
3.       Pemeriksaan tambahan :
-     Laboratorium
-     Radiologik dan Imaging
-     EEG, EMG, dan EKG.

7.      PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
1.     Terapi kausal
2.     Terapi simtomatik
3.     Terapi rehabilitatif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

1.          PENGKAJIAN
a.     Aktivitas / Istirahat
      Letih, lemah, malaise
      Keterbatasan gerak
      Ketegangan mata, kesulitan membaca
      Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
      Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b.     Sirkulasi
      Riwayat hypertensi
      Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
      Pucat, wajah tampak kemerahan.
c.     Integritas Ego
      Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
      Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
      Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
      Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d.     Makanan dan cairan
       Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
      Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
      Penurunan berat badan
e.       Neurosensoris
       Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
      Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
      Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
        Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
      Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
      Perubahan pada pola bicara/pola pikir
      Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
      Penurunan refleks tendon dalam
      Papiledema.
f.        Nyeri/ kenyamanan
       Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
      Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
      Fokus menyempit
      Fokus pada diri sndiri
      Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
      Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g.       Keamanan
       Riwayat alergi atau reaksi alergi
      Demam (sakit kepala)
      Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
      Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
h.       Interaksi sosial
       Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
i.        Penyuluhan / pembelajaran
      Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
      Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
PENGKAJIAN FOKUS
   Data objektif
·   Muntah
·    Test pendengaran: tuli konduktif, neural atau campuran
·    Jalan limbung/ sepoyongan
·    Mata tampak sayu
·   Aktivitas menurun
 
  Data subjektif
·    Mual (nausea)
·    Rasa pusing
·    Perasaan berputar (diri berputar/ subjektif) atau benda di sekitar berputar (objektif).
2.          WEB OF COUTION

Ketidakcocokan informasi aferen                                    pusat  kesadaran

Vertigo
 

Sensasi pergerakan                              merasa berputar
Sensasi gerak bumi berputar                               ( subyektif)
     (objektif)     
 


Mata terbuka   seakan-akan     informasi tidak cocok                   merasa bergerak-gerak dalam
lingkungan bergerak                                                                     ruangan


menyerang susunan saraf pusat


informasi sensori tidak           koordinasi tidak akurat       gangguan keseimbangan
akurat dari mata terhadap        informasi dalam otak
 


        vestibular            pergerakan yang tidak disadari
 


nyeri
 
penglihatan tidak              ketidakseimbangan             pergerakan tidak normal/
teratur/berputar                                               perubahan posisi yang tidak disadari
 


penglihatan terganggu                         merasa berputar-putar/gerakan abnormal
 

pengobatan

terapi seni, pemeriksaan                                              metode relaksasi & koping
Kurang pengetahuan
 
lab, antibiotik
adekuat                tidak adekuat
    

berhasil/sembuh                       gagal
Koping individu
 
 




3.          DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2.   Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3.   Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.

4.          INTERVENSI
No dx.
Tujuan / kriteria hasil
Intervensi
rasional
1.























2.



























3.
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau berkurang.





















Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan koping individu menjadi lebih adekuat dengan kriteria hasil :
-    mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
-      mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki
-     megkaji situasi saat ini yang akurat
-    menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang













Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pasien paham mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan dengan kriteria hasil:
-     melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
-     memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

·         Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri


·         Anjurkan klien istirahat ditempat tidur

·         Atur posisi pasien senyaman mungkin




·         Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.


·         Kolaborasi untuk pemberian analgetik.





·         Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.





·         Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.



·         Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.



·         Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.



·         Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.
·         Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.



·         Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.


·         Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.


·         Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.


·         Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

·         Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
·         istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
·         posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
·         relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
·         analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.



·         Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan
·         klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang
·         agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.
·         membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.





·         megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

·         dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
·         untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya.
·         mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
·         agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
·         Dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.



5.      IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
o      Memantau tanda – tanda vital,intensitas atau skala nyeri
o      Menganjurkan klien istirahat di tempat tidur
o      Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
o      Mengajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
o      Mengkolaborasi untuk pemberian analgetik

DIAGNOSA 2
o   Mengkaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum
o   Menyarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya
o   Memberikan informasi mengenai penyebab sakit kepala,penenangan dan hasil yang diharapkan.
o   Mendekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian,ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
DIAGNOSA 3
o   Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
o   Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
o   Mendiskusikan penyebab individu dari sakit kepala bila diketahui.
o   Meminta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
o   Mendiskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.
o   Menganjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor – faktor yang berhubungan.

6.            EVALUASI
            Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
            Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :
a.   Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
b.   Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
c.   Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.







DIZZINESS

1.      PENGERTIAN

     Isitlah dizzy/pening (atau dizziness/kepeningan) dapat menjadi sulit untuk didefinisikan karena ia dapat berarti hal-hal yang berbeda pada orang-orang yang berbeda.

     Kepeningan (Dizziness) adalah perasaan pening/pusing merujuk pada mabuk, perasaan lemah dan hampir pingsan, atau ia merujuk pada vertigo (dimana ruangan atau orang nampaknya berputar).

     Kepeningan adalah perasaan dari kelemahan dan pingsan seperti jika anda hampir pingsan.

2.      ETIOLOGI

-        Tekanan Darah Rendah

-        vertigo

-        Hipotensi Postural Atau Orthostatik

-        Tekanan Darah Tinggi

-        Diabetes

-        Penyakit-Penyakit Endokrin

-         Hiperventilasi

-        Kondisi-Kondisi Jantung

-        Vasovagal syncope

3.      PATOFISIOLOGI

     Setiap orang biasanya akan mengalami sensasi dizziness. Biasanya ringan, sementara, tidak penting serta sering berhubungan dengan sebab-sebab yang jelas, seperti minum alcohol, atau pada waktu permainan tertentu. Tetapi dizzness dapat persisten dan hebat sehingga penderitanya mencari bantuan pengobatan. Untuk membantu menetukan penyebab dizziness dan cara mengelolanya, terdapat daftar riwayat penyakit sekarang dan dahulu yang relevan dengan keluhan ini, gejala-gejala, tanda-tanda, pertimbangan terapi.

     Gangguam system vestibular menyebabkan vertigo dan ketidakseimbangan, atau hanya terjadi ketidakseimbangan. Vertigo suatu keadaan yang penderitanya mengalami sensasi pergerakan. Pada vertigo objektif, suatu bentuk vertigo yag lebih lazim dan terjadi dengan mata terbuka, pasien merasakan seakan-akan lingkunannya bergerak; pada vertigo subjektif ia merasakan dirinya bergerak di dalam suatu ruangan (mata tertutup). Bila vertigo adalah sensasi utama sorang yang mengalami dizziness, biasanya karena gangguan system vestibular, maka sensasi selalu disertai dengan berbagai tingkat ketidakseimbangan dan nistagmus.

4.      TANDA DAN GEJALA

o   Kepeningan adalah perasaan dari kelemahan dan pingsan seperti jika anda hampir pingsan. Gejala-gejalanya cenderung berumur pendek, tergantung pada penyebabnya. Mungkin ada mual, berkeringat, dan penglihatan yang kabur yang berhubungan.

o   Jika penyebabnya adalah dehidrasi atau perdarahan, gejala-gejalanya mungkin ditimbulkan dengan berdiri secara cepat dan mungkin menghilang dengan berbaring.

o   Gangguan-gangguan irama jantung (aritmia jantung) mungkin terjadi tanpa peringatan dan mungkin berhubungan dengan palpitasi-palpitasi. Ini mungkin datang dan pergi atau ia mungkin bertahan. Denyut jantung mungkin dirasa seperti terlalu cepat (seringkali digambarkan sebagai berdebar), terlalu perlahan, dan/atau tidak teratur (irregular).

o   Vertigo adalah sensasi dari berputar dan mungkin hadir tanpa peringatan dan berhubungan dengan mual dan muntah. Pasien-pasien dengan persoalan-persoalan telinga bagian dalam mungkin tidak mampu untuk bergerak tanpa membangkitkan gejala-gejala.

o   Pasien-pasien dengan penyebab cerebellar dari vertigo seperti stroke atau tumor, mungkin mempunyai persoalan-persoalan koordinasi yang berhubungan atau kesulitan berjalan.

5.      PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

o   Tanda-tanda Vital: Mengambil tekanan darah dan angka nadi pasien berbaring dan berdiri (disebut tanda-tanda vital orthostatic atau postural) seringkali akan megindikasi status cairan dari tubuh. Pada pasien-pasien yang ter-dehidrasi atau mempunyai perdarahan, tanda-tanda vital mungkin meningkat pada posisi yang berubah. Bagaimanapun, pasien-pasien yang sedang meminum obat-obat seperti beta blockers tidak akan membangkitkan angka nadi yang meningkat.

o   Pemeriksaan fisik yang disesuaikan: Sering, pemeriksaan fisik disesuaikan pada pasien berdasarkan informasi yang disediakan dalam sejarah medis pasien. Contohnya, seorang wanita dengan periode menstruasi yang berat mungkin memerlukan pemeriksaan pelvis, atau seorang pasien dengan batuk dan sesak napas mungkin memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti dari jantung dan paru-paru.

o   Studi-studi pencitraan dan tes-tes darah: Keperluan untuk studi-studi pencitraan dan/atau tes-tes darah akan tergantung pada kekhawatiran-kekhawatiran yang dipunyai oleh dokter dan pasien dalam hubungan dengan penyebab dari kepeningan. Tes-tes umum mungkin diminta termasuk:

-          complete blood count (CBC) untuk menyaring anemia atau infeksi.

-          evaluasi elektrolit-elektrolit.

-           tes-tes gula darah.

-           tes-tes fungsi ginjal.

-           tes-tes tiroid.

X-rays, CT scans, dan MRI mungkin diindikasikan tergantung pada keperluan-keperluan pasien.

6.      PENATALAKSANAAN

o   Dalam penatalaksanaan sakit kepala sangat diperlukan peranan pasien untuk mengungkapkan segala hal yang dikeluhkan dan dirasakan saat ini. Karena sakit kepala sangat subyektif, artinya sakit yang dirasakan oleh satu individu tidak sama dengan individu yang lain. Ada beberapa orang tahan terhadap sakit kepala yang dirasakan sehingga tidak menganggu aktifitasnya sehari-hari, dilain pihak ada pula yang tidak tahan sama sekali sehingga harus berbaring di tempat tidur padahal intensitas sakit yang dirasakan adalah sama.

o   Catatlah setiap serangan sakit kepala yang anda rasakan ke dalam sebuah buku untuk membantu mengidentifikasi penyebab dan pencetus dari sakit kepala yang dialami. Pada saat sakit kepala timbul, catat tanggal dan jam mulainya sakit kepala, apa saja yang anda lakukan dalam 24 jam terakhir, berapa lama anda tidur pada malam sebelumnya, apa yang anda lakukan dan pikirkan sesaat sebelum sakit kepala timbul, stress apa yang anda alami saat itu, berapa lama sakit kepala dirasakan, dan apa yang anda lakukan untuk menghentikannya. Setelah lewat beberapa kali serangan, anda bisa melihat adanya sebuah pola dari sakit kepala yang anda rasakan.

o   Dari pola yang ada, anda dan dokter bisa mendiskusikan kira-kira apa yang menjadi biang kerok dari sakit kepala yang di rasakan sehingga penyebab itu bisa anda hindari. Dari sini anda sudah bisa menanggulangi sakit kepala tanpa memerlukan obat sama sekali.

o   Terkadang sakit kepala yang dirasakan bisa berkurang bila mata ditutup dan kepala di relaksasi. Teknik relaksasi ini dapat membantu pada beberapa orang terutama bagi mereka yang menderita sakit kepala yang disebabkan oleh stress. Pijatan dengan air hangat atau balsem hangat pada leher bagian belakang cukup efektif untuk mengurangi keluhan pada mereka yang menderita sakit kepala tegang.

o   Minumlah paracetamol, aspirin atau ibuprofen bila tindakan diatas telah di lakukan namun tidak memberikan hasil yang memuaskan. Cuma yang harus diingat, jangan memberikan aspirin pada anak-anak karena bisa menyebabkan sindroma Reyes. Untuk migren bisa diobati dengan aspirin, naproxen, atau obat migren yang banyak di jual di warung-warung. Bila keluhan tidak berkurang juga, maka anda harus segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

o   Sebagian besar obat yang dipergunakan untuk mengobati sakit kepala sangat tidak bersahabat dengan lambung, sehingga sangat dianjurkan untuk meminum obat tersebut setelah makan. Bila memang sebelumnya anda menderita maag maka harus dipilih obat yang betul-betul aman untuk lambung.

 

ASKEP  KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIZZINESS

1.      PENGKAJIAN

a.       Aktivitas / Istirahat

-          Letih, lemah, malaise.
-          Keterbatasan gerak.
-          Ketegangan mata, kesulitan membaca.
-          Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
-          Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b.      Sirkulasi
-          Riwayat hypertensi
-          Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
-          Pucat, wajah tampak kemerahan.
c.       Integritas Ego
-          Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
-          Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
-          Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
-          Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d.        Makanan dan cairan
-          Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
-          Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
-          Penurunan berat badan
e.       Neurosensoris
-          Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
-          Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
-          Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
-          Per ubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
-          Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
-          Perubahan pada pola bicara/pola pikir
-          Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
f.       Nyeri/ kenyamanan
-          Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
-          Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah
-          Fokus menyempit
-          Fokus pada diri sndiri
-          Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
-          Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g.      Keamanan
-          Riwayat alergi atau reaksi alergi
-          Demam (sakit kepala)
-          Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
-          Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
h.      Interaksi sosial
-          Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
i.        Penyuluhan / pembelajaran
-          Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
-          Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

PENGKAJIAN FOKUS
Data subjektif
-          Mual
-          Muntah
-          Anoreksia
-          Insomnia
Data objektif
-          Pucat,wajah tampak kemerahan
-          Penurunan berat badan
-          Hipertensi
-          Depresi

2.      WOC

Tekanan darah            DM                  hipotensi postural                    hiperventilasi               vertigo

tinggi/rendah                                         dan orthostatik

 

suplai darah ke             glukosa dalam            suplai darah      kesimbangan asam basa   respon emosi

otak berkurang             darah rendah       ke otak berkurang            terganggu

-        Cemas
-        Gangguan pola tidur
 
 


darah kaya o2              hipoglikemia                 dehidrasi

ke otak tidak cukup

 


anemia/perdarahan       kepeningan    gangguan cairan & elektrolit                          sensasi berputar

 

kepeningan                                                                                                  kehilangan keseimbangan

 

Nyeri
 
kepeningan

 

 

 

3.      DIAGNOSA

1.      Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.

2.      Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan.

3.      Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan rasa nyeri yang di rasakan

4.      INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Rasional

1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang /berkurang. Dengan kriteria hasil:

-    klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-    tanda-tanda vital normal
-    pasien tampak tenang dan rileks

 

 

 

 

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien mengalami penurunan ansietas dengan kriteria hasil:

·         Cemas berkurang atau hilang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan gangguan tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil : Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi

 

·         Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
·    Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
·         Atur posisi pasien senyaman mungkin.


·         Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
·         Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.





·         Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
·         Beri informasi mengenai dizziness dan penanganannya.



·         Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·         Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perlu.

·         Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress

·         Kaji tingkat ansietas.


·         Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.



·         Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.
·         Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur.

·         Kaji tingkat kesulitan tidur.

 

·         Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
·         istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.

·         posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
·         relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
·         analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.




·         Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
·         Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas.

·         Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.

·         Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan vertigo sebagai penyebab dizziness.
·         situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
·         pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.



·         mengetahui tingkat dan kualitas tidur pasien.
·         Rasional: dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas tidur pasien.
·         Rasional: membantu pasien bedaradaptasi  dan menentukan solusi untuk gangguan tersebut.

 

5.      IMPLEMENTASI

DIAGNOSA 1

-          Memantau tanda – tanda vital,intensitas/skala nyeri
-          Menganjurkan klien istirahat ditempat tidur
-          Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
-          Mengajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
-          Mengkolaborasi untuk pemberian analgetik
DIAGNOSA 2
-          Mengkaji tingkat ansietas
-          Memberikan informasi mengenai dizzinnes dan penanganannya.
-          Mendorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keperihatinan serangan vertigo.
-          Mengajarkan pasien teknik penatalaksanaan stres atau lakukan rujukan bila perlu
-          Memberikan upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebabkan stres
-          Menginstruksikan pasien dalam aspek program pengobatan
DIAGNOSA 3
-          Mengkaji tingkat kesulitan tidur
-          Mengkolaborasi dalam pemberian obat penenang / obat tidur
-          Menganjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.

6.            EVALUASI
-        Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
-        Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
-        Memperlihatkan penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas .
-        Memperlihatkan kenyamanan.
-        Gangguan tidur dapat di atasi








SINDROM MENIERE

1.      PENGERTIAN
      Penyakit Meniere adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang vertigo (perasaan berputar), tuli dan tinnitus (telinga berdenging). http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/penyakit-meniere.html.
      Penyakit meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
      Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara progresif.
2.      ETIOLOGI
      Penyebab penyakit Meniere tidak diketahui namun terdapat berbagai teori, termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi, dan gangguan autoimun.
      Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere.
3.      PATOFISIOLOGI
     Gejala klinis penyakit meniere disebabkan oleh adanya hidrofs endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh: 1. meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2. berkurangnya tekanan osmotic di dalam kapiler 3. meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler  4. jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
     Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membran reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibule, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit meniere.
4.      TANDA DAN GEJALA
a.       Merasa berputar tiap kali berdiri
b.       Mual dan muntah
c.        Telinga terasa penuh
d.       Pendengaran berkurang
e.        Telinga berdenging
5.      KLASIFIKASI
a.       Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala:
-          Vertigo hanya bersifat episodic
-          Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit
-          Tak ada gejala koklear
-          Tak ada kehilangan pendengaran objektif
-          Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear
b. Penyakit Meniere klasik
Tanda dan gejala:
-          Mengeluh vertigo
-          Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
-          tinitus
-          Penyakit Meniere koklea
c. Penyakit Meniere koklea
   Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
-                   Kehilangan pendengaran berfluktuasi
-                   Tekanan atau rasa penuh aural
-                   Tinnitus
-                   Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
-                   Tak ada vertigo
-                   Uji labirin vestibuler normal
-                   Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler.
6.      MANIFESTASI KLINIS
-                   Gejalanya berupa seangan vertigo tak tertahankan episodic yang sering disertai mual dan/atau  muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan.
-                   Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.
-                   Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif.Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo.
-                   Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
7.      PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
-        Pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali pada evaluasi nervus cranial ke VIII. Garputala (uji weber) akan menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami kehilangan pendengaran (sisi yang terkena penyakit Meniere).
-        Audiogram biasanya menunjukkan kehilangan pendengaran sensorineural pada telinga yang sakit. Kadang audiogram dehidrasi dilakukan di mana pasien diminta meminum zat penyebab dehidrasi, seperti gliserol atau urea, yang secara teoritis dapat menurunkan jumlah hidrops endolimfe.
-        Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
-        Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
-        CT scan atau MRI kepala
-        Elektroensefalografi
-        Stimulasi kalorik
8.      PENATALAKSANAAN
a.       Diet
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.
Makanan yang diperbolehkan adalah:
1.      Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :
-        Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
-        Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
-        Minyak goreng, margarin tanpa garam.
-        Sayuran dan buah-buahan.
-        Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos, lombok, salam, sereh, cuka.
2.      Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas
3.      Minuman seperti the, sirup, sari buah.
Makanan yang perlu dibatasi:
1.      Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
-     Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
-     Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
-     Keju, Keju kacang tanah (pindakas).
-     Margarin, mentega.
-     Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
-     Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
-     Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.
2.      Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya.
b.      Farmakologis
Tindakan pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin (antivert), yang menekan sistem vestibuler. Tranquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya. Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang mengandung kalium, seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
c.       Penatalaksanaan Bedah
Dekompresi sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.
Obat ortotoksik, seperti streptomisisn atau gentamisisn, dapat diberikan kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.
Prosedur labirinektomi dengan pendekatan transkanal dan transmastoid juga berhasil sekitar 85% dalam menghilangkan vertigo, namun fungsi auditorius telinga dalam juga hancur.
Pemotongan nervus nervus vestibularis memberikan jaminan tertinggi sekitar 98% dalam menghilngkan serangan vertigo. Dapat dilakukan translabirin (melali mekanisme pendengaran) atau dengan cara yang dapat mempertahankan pendengaran (suboksipital atau fosa kranialis medial), bergantung pada derajat hilangnya pendengaran. Pemotongan saraf sebenarnya mencegah otak menerima masukan dari kanalis semisirkularis.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM MINIERE
1.      PENGKAJIAN
Data Subyektif:
·       mengeluh telinga kanan sering berdenging
·       perasaan penuh di bagian dalam telinga.
·       Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
·       saat vertigo sampai mual dan muntah.
Data Obyektif:
·       Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
·       auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Data subjektik:
·         Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
·         mengeluh telinga kanan sering berdenging
·         perasaan penuh di bagian dalam telinga
Data Obyektif:
·         Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
·         auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Gangguan pendengaran
Gangguan pola tidur
2
Data subjektik:
 Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
·         Saat vertigo sampai mual dan muntah
Data Obyektif:
-
Mual dan muntah
Resiko kekurangan volume cairan

2.      WOC
Neurokimia     hormonal abnormal     gg. Elekolit di labirin   reaksi alergi   gg autoimun

 


Ketidakseimbangan cairan                                                                  sumbatan duktus
Telinga tengah                                                                                     endolimfatikus


 

Pembengkakan rongga                         tekanan              tekanan                     tekanan
endolimfatikus                      hidrostatik ujung arteri  osmotic kapiler            osmotic
                                                                                                                     ekstrakapiler

 


sistem keseimbangan tubuh                penumpukan
       (vestibular) terganggu                  cairan endolimfa
 

Hidrops endolimfatikum
pada koklea dan vestibulum
 


sindrom meniere
 



kesulitan                      perubahan status          disfungsi labirin             perubahan
keseimbangan                    kesehatan                                                     cara berjalan
 


Kurang perawatan diri
 
Resiko terhadap trauma
 
Ansietas
 
perubahan mobilitas
           

Resiko cedera
 
 



3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi cedera b/d perubahan mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
2.      Ansietas b/d ancaman,atau perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
3.      Resiko terhadap trauma b/d kesulitan keseimbangan.
4.      Kurang perawatan diri,makan,mandi/higiene,berpakaian/berdandan,toileting,b/d disfungsi labirin dan vertigo.
4.      INTERVENSI
No Dx
Tujuan & kriteris hasil
Intervensi
Rasional
1.
















2.















3.















4.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien bebas dar cedera dengan kriteria hasil :
·         bebas dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan/jatuh.










Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan ansietas hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :
·         cemas berkurang
·         pasien tampak rileks.









Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko trauma berkurang denga n kriteria hasil :
·         Mampu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah.
·         Memperlihatkan peningkatan aktivitas tanpa menggunakan alat Bantu.







Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan pasien mampu merawat diri dengan kriteris hasil :
·         Mempertahankan personal hyegene.
·         Bergabung dalam aktivitas pengalih.



·         Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan
·         Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.

·         Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai keten


·         Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenang vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.

·         Dorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan
·         Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.

·         Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan



·         Beri informasi mengenai vertigo dan penanganannya.

·         Dorong pasien mendiskusikan ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.

·         Ajarkan pasien teknik penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perlu.

·         Beri upaya kenyamanan dan hindari aktivitas yang menyebebkan stress
·         Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu
.


·         Bantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah.

·         Bantu ambulasi bila ada indikasi


·         Lakukan pengkajian ketajaman penglihatan dan defisit proprioseptif

·         Dorong peningkatan tingkat aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat Bantu.

·         Lakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan /atau fertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan romberg tandem.




·         Diskusikan pola aktivitas pengalih yang biasa dengan pasien. Berikan kesempatan untuk melanjutkan aktivitas pengalih yang sangat berarti.

·         Kaji tingkat dan jenis aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai.



·         Riwayat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya.
·         Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.

·         Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
·         Menghilangkan gejala akut vertigo.


·         Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
·         Gerakkan akan memperberat vertigo.



·         Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
·         Meningkatkan pengetahuan membantu mengurangi ansietas.
·         Meningkatkan kesadaran dan pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
·         Memperbaiki manajemen stress, mengurangi frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
·         situasi penuh stress dapat memperberat gejala kondisi ini.
·         pengetahuan pasien membantu mengurangi ansietas.


·         Kelainan vestibuler perifer menyebabkan gejala dan tanda ini.
·         Cara jalan yang abnormal yang dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh.
·         keseimbangan tergantung pada sistem visual, vestibuler dan propriosep.
·         peningkatan aktivitas dapat membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.
·         Adaptasi terhadap lingkungan rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.




·         Kebosanan dapat terlihat, begitu juga depresi, membantu menentukan toleransi maupun kesukaan.
·         Untuk menyediakan informasi mengenai stresor yang nyata maupun yang dirasakan yang mempengaruhi tingkat aktivitas, mendukung rasa harga diri dan produktifitas pasien.


5.      IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
·         Mengkaji vertigo yang meliputi riwayat, awitan, gambaran seragam, durasi, frekwensi adanya gejala telinga yang terkait ( kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh ditelinga ).
·         Mengkaji luasnya ketidak mampuandalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari
·         Mengajarkan atau menekankan terapi vestibuler/keseimbangan yang sesuai dengan ketentuan.
·         Memberikan atau mengajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenangvestibuler serta memberi petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
·         Mendorong pasien untuk berbaring bila merasa pusing, dengan pagar tempat tidur dinaikan.
·         Meletakan bantal pada kedua sisi kepala untuk membatasi gerakan.

DIAGNOSA 2
·         Mengkaji tingkat ansietas. Membantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
·         Memberikan informasi mengenai vertigo dan penanganannya.
·         Mendorong pasien mendiskusikan ansietas dan menggali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·         Mengajarkan pasien teknik penatalaksanaanstress atau melakukan rujukan bila perlu.
·         Memberikan upaya kenyamanan dan mungkin dari aktivitas yang menyebabkan stres.
·         Instruksikan pasien dalam aspek program pengobatan.
DIAGNOSA 3
·         Melakukan pengkajian untuk gangguan keseimbangan dan atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidakmampuan melakukan romberg tandem.
·         Membantu ambulasi bila ada indikasi.
·         Melakukan pengkajian ketajaman penglihatan devisit proprioseptif.
·         Mendorong peningkatan aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
·         Membantu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah.

DIAGNOSA 4
·         Mengkaji tingkat dan jenis aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai.
·         Mendiskusikan pola aktivitas pengalih yang biasa dengan pasien. Memberikan kesempatan untuk melanjutkan aktivitas pengalih yang sangat berarti

6.      EVALUASI
1.      Resiko tinggi cedera
Memperlihatkan adanya pengurangan resiko cedera :
·         Klien mengerti dan mampu mengikuti terapi vestibular.
·         Klien tahu dan mengerti cara meminum obat yang benar dan efek samping obat.
·         Dan mempertahankan tirah baring bila merasa pusing.
2.      Ansietas
Memperlihatkan penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas :
·         Melaporkan atau mendiskusikan ansietas.
·         Mengikuti teknik penatalaksanan stress.
·         Memperlihatkan kenyamanan.
·         Menghindari aktivitas yang menyebabkan stress
3.      Resiko terhadap trauma
Memperlihatkan adanya pengurangan resiko terhadap trauma :
·         Memperlihatkan peningkatan aktivitas tanpa menggunakan alat Bantu.
·         Mampu mengidentifikasi bahaya dilingkungan rumah
4.      Kurang perawatan diri
memperlihatkan perubahan atau peningkatan personal hygiene :
·         Melakukan aktivitas yang sesuai dengan jenis aktivitas pengalih.
·         Melaporkan pola aktivitas pengalih
·         Mampu melanjutkan aktivitas pengalih.


LABIRINTITIS

1.      PENGERTIAN
Labirititis adalah inflamasi pada telinga bagia dalam (wikipedia).

Inflamasi telinga dalam yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus ( Brunner & Suddart ).
Labirinitis pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda, labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut  dengan labirinitis umum ( general ), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, kemudian yang mengenai hanya sebagian atau terbatas disebut labirinitis terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
2.      ETIOLOGI
Virus penyebab yang paling sering terindentifikasi adalah :
-        Gondongan
-        Rubella
-        Rubeola
-        Influenza
-        Penyakit viral saluran nafas

3.      PATOFISIOLOGI
            Secara etiologi labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supurati dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi kerusakan yang iereversibel, seperti fibrosa dan osifikasi.
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.

4.      TANDA DAN GEJALA
-     Ditandai dengan awitan yang mendadak vertigo yang melumpuhkan.
-     Mual dan muntah
-     Kehilangan derajat tertentu
-     tinitus
5.      PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
1.       Pemeriksaan fisik :
-     Pemeriksaan mata
-     Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
-     Pemeriksaan neurologik
-     Pemeriksaan otologik
-     Pemeriksaan fisik umum.
2.       Pemeriksaan khusus :
-     ENG
-     Audiometri dan BAEP
-     Psikiatrik
3.       Pemeriksaan tambahan :
-     Laboratorium
-     Radiologik dan Imaging
-     EEG, EMG, dan EKG.
6.      PENATALAKSANAAN
   Procholoperance biasanya sudah ditentukan untuk menolong mengurangi gejala-gejala pada vertigo dan mual muntah.
   Karena kecemasan mengganggu keseimbangan proses penggantian, hal ini sangat penting untuk mengobati penyakit kecemasan dan depresi sesegera mungkn untuk memberikan otak untuk mengimbang pada setiap kerusakan vestibular. Kecemasan akut dapat diobati dalam waktu singkat dengan Benzodiazepenis seperti diazepam (valium) : bagaimanapun waktu lama digunakan adalah tidak merekomendasikan karena pada yang bersifat mengakibatkan kecanduan pada benzodiazepenis dan campur tangan mereka boleh karena penggantian vestibular dan menyesuaikan kekenyalan.
   Tanda-tanda menganjurkan bahwa selektif serotonin reuptake inhibitors mugkin menjadi pengobatan efektif pada labirintitis. Tindakan dengan menghilangkan gejala-gejala kecemasan dan mungkin merangsang pertumbuhan saraf baru sampai telinga dalam. Membiarkan aliran deras penggantian vestibular yang terjadi. Pemeriksaan mempunyai SSRIs vestibular dengan cara langsung dan dapat mengurangi kepusingan.
   Beberapa tanda menganjurkan bahwa labirintitis disebabkan oleh virus, seharusnya dapat diobati dengan langkah-langkah lebih dini dengan kortikosteroid seperti prednisone dan mungkin pengobatan antivirus seperti valacilovir sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan telinga dalam.
   Terapi rehabilitasi vestibular (VRT) adalah jalan sangat efektif untuk pada dasarnya menurunkan sisa kepusingan dari labirintitis. VRT bekerja dengan menyebabkan otak untuk mulai digunakan mekanisme saraf untuk penyesuaian,kekenyalan, dan penggantian. Petunjuk, durasi, frekuensi dan besarnya pada olahraga-olahraga secara langsung adalah lekat menyambung dengan penyesuaian dan kesembuhan. Simetri adalah lebih dengan cepat memugar saat olahraga VRT adalah  khususnya menyesuaikan kepasien.
   Salah satu studi menemukan bahwa pasien yang percaya mereka yang tak terkendali oleh mereka menunjukkan perkembangan yang sangat lambat untuk penyembuhan total, setelah beberapa lama luka awal pada vestibular telah disembuhkan. Ilmu tersebut menyatakan bahwa pasien yang mengganti dengan baik adalah salah satunya adalah tingkat psycological, tak takut pada gejala-gejala dan memiliki beberapa kendali mereka. Khususnya penurunan pandangan negatif melebihi waktu lebih baik pada pasien dirawat dengan pemulihan daripada tidak dirawat. Sangatlah penting kepercayaan mendasar yang hanya cenderung peramalan perubahan pada rintangan dalam 6 bulan tindakan .

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LABIRINTITIS

1.      PENGKAJIAN
a.       Aktivitas
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
b.      Sirkulasi
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres).
c.       Nutrisi
- Mual
d.      Sistem pendengaran
- Adanya suara abnormal(dengung)
e.       Pola istirahat
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur

PENGKAJIAN FOKUS
Data subjektif
-          Mudah lelah
-          Mual
-          Gangguan tidur/kesulitan tidur
-          Adanya suara abnormal ( dengung )
-          Suhu tubuh tinggi
Data objektif
-          Klien kelihatan pucat
-          Gangguan keseimbangan tubuh

2.   
Melalui aliran darah                            mencegah meningitis
3.      DIAGNOSA
·         Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
·         Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi

4.      INTERVENSI
No Dx
Tujuan / kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.

















2.
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau berkurang.dengan kriteria pasien tidak meringis lagi, lebih santai.











Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan  suhu tubuh turun dengan kriteria hasil: badan pasien tidak panas lg.

·         Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
·         Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
·         Atur posisi pasien senyaman mungkin


·         Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.

·         Kolaborasi untuk pemberian analgetik.


·         Kaji saat timbulnya demam.

·          Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam.
·          Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

·         Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan.


·          Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
·          Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya

.
·         Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis



·         Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi 
·         Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
·         istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.

·         posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
·         relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
·         analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

·         Dapat diidentifikasi pola/tingkat demam.
·          Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum klien.
·         Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
·         Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih kooperatif .

·         Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di RS.

·         Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
·         Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh .
Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal


5.      IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
-          Memantau tanda – tanda vital,intensitas/skala nyeri
-          Menganjurkan klien istirahat ditempat tidur
-          Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
-          Mengajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
-          Mengkolaborasi untuk pemberian analgetik
DIAGNOSA 2
-          Mengkaji timbulnya demam
-          Memantau TTV
-          Menjelaskan tentang demam
-          Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan
-          Memberikan kompres hangat
-          Berkolaborasi dalam pemberian obat

6.      EVALUASI
·         Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
·         Suhu tubuh normal.
·         Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.


DAFTAR PUSTAKA

·         http://medicastore.com/penyakit/25/Vertigo.html
·         Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
·         Ludman Harold, Petunjuk Penting  Pada Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan, Hipocrates, Jakarta,2007.
·          Mansjoer a, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W. Penyakit Menierre. Dalam : KApita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001. 

1 komentar: