BAB I
PENDAHULUAN
Anatomi
fisiologi telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan
posisi tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan
sampai manusia, dengan
beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.
Setiap vertebrata memiliki
satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang
berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi
yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang.
Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi
dilakukan di otak
dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus
vestibulokoklearis).
-
Bagian telinga
Telinga terdiri dari tiga
bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga dalam
terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada
tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea,
yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat
koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli
berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian
atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan
sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris
terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas
sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel
rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.
Keseimbangan
Selain
bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Bagian
ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis
semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan rubuh dan
memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf
vestibulokoklearis
-
Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari:
1. Gendang Telinga
2.Tuba Eustachii
3.Cavum Timpani
4. Mastoid
§ Gendang Telinga
Gendang telinga disebut juga
membrana timpani terdiri atas:
a. Pars Flacida terdiri 2 lapis
yaitu lapisan kutaneus dan lapisan mukosa
b. pars Tensa terdiri dari 3 lapisan yaitu 2 lapisan seperti pars flacida namun ditengahnya terdapat lapisan jaringan fibrous. Lapisan fibrous terdiri dari stratum longitudinal dan stratum radial, yang kemudian membentuk anulus fibrosus. Plika timpani anterior dan posterior melekat pada kolum malei.
b. pars Tensa terdiri dari 3 lapisan yaitu 2 lapisan seperti pars flacida namun ditengahnya terdapat lapisan jaringan fibrous. Lapisan fibrous terdiri dari stratum longitudinal dan stratum radial, yang kemudian membentuk anulus fibrosus. Plika timpani anterior dan posterior melekat pada kolum malei.
§ Kavum Timpani
merupakan
runag pipi dengan volume 0,25 cc Isinya :
1. Viscera Timpani terdiri dari :
1. Viscera Timpani terdiri dari :
a.
Tulang pendengaran
b. Ligamenum malei
lateralis, ligamentum malei superioe dan ligamentum imkudis posterior
c. otot : m. tensor timpani,
m. stapeideus yang terlihat adalah tendonya sedangkan ototnya terletak dalam
tulang.
d.
Saraf korda timpani.
2. Mesenterium TImpani :
adalah lipatan mukosa yang menggantung viscera timpani, terdapat 15 mesenterium
timpani, gunanya mrmbrti makan viscera, memperluas permukaan sehingga daya
resorbsi tambah besar.
§ Tuba Eustachii
terdiri dari:
-
Bagian tulang selalu terbuka, 1/3 lateral
-
Bagian tulang rawan dan membran selalu tertutup 2/3 medial
Tuba Eustachii terbuka akibat
kontraksi dari otot :
- m. Tensor veli palatine
- m Levator veli Paltini
- M. salphingo faringeus
-M. tensor timpani Mastoid
terdiri dari selule dan antrum, gunanya sebagai udara cadangan , sering disebut
sebagai retrotimpani.
BAB II
PEMBAHASAN
TINITUS
1. PENGERTIAN
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas IslamIndonesia )
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain:
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain:
o
Kotoran
yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging
akan hilang.
o
Infeksi
telinga tengah dan telinga dalam
o
Gangguan
darah
o
Tekanan
darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf pendengaran
o
Penyakit
meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat,
menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
o
Keracunan
obat
o
Penggunaan
obat golongan aspirin ,dsb.
3.
PATOFISIOLOGI
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:
o
Tinnitus
Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh.
o
Tinnitus
frekuensi tinggi (high tone) seperti berdenging.
Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz). Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan timbulnya denging.
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu di
4.
TANDA DAN GEJALA
Pendengaran yang terganggu
biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian
pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang
dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat
terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya
berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan
juga akibat gangguan saraf pendengaran.
5.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
o
Anamnesis
merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus.
- pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz.
- Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.
6. DIAGNOSIS
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada murni
gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan
hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di
gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain
yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik. Pemeriksaan
fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan
penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.
7. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:
o
Hindari
suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara bising(misalnya
diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam).
o
Batasi
pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal.
o
Gunakan
pelindung telinga jika berada di tempat bising.
o
Makanlah
makanan yang sehat dan rendah garam.
o
Minumlah
vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti ginkogiloba,
vit A dan E.
o
Lain-lain.
8. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya penatalaksanaan gejala tinitus dibagi dalam 5 cara, yaitu :
Pada umumnya penatalaksanaan gejala tinitus dibagi dalam 5 cara, yaitu :
o
Elektrofisiologik,
yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi) dengan intensitas
suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau
tinnitus masker.
o
Psikologik,
yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi
dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat
o
Terapi
medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya
untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif,
neurotonik, vitamin dan mineral
o
Tindakan
bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin tindakan
ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita
benar-benar parah.
o
Pasien
juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu memenuhi
kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat
terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di
jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan
untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga
tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TINITUS
1.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
b. Sirkulasi
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres).
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres).
c. Nutrisi
- Mual
- Mual
d. Sistem pendengaran
- Adanya suara abnormal(dengung)
- Adanya suara abnormal(dengung)
e. Pola istirahat
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
PENGKAJIAN FOKUS
Data
subjektif
-
Mudah
lelah
-
Mual
-
Gangguan
tidur/kesulitan tidur
-
Adanya
suara abnormal ( dengung )
Data
objektif
-
Klien
kelihatan pucat
-
Gangguan
keseimbangan tubuh
2.
WEB OF COUTION
Kotoran yang infeksi telinga tengah
tekanan darah sindrome
minierre keracunan
ada di telinga dan obat
tinitus
frekuensi frekuensi
suara bergemuruh, nada suara berdeging
tinggi dan
berdenging
|
|||||
aktivitas elektrik tinitus bernada tinggi
dan rendah
impuls
bunyi otot-otot
rongga telinga denyut nadi
gangguan syaraf
yang berkontraksi pendengaran
impuls
anbnormal dalam tubuh
tuli
sensorinural dan konduksi
inflamasi
tinitus
pulsasi
mudah marah pusing mual mudah lelah
|
|||||
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Cemas
b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus).
b.
Gangguan istirahat dan tidur b/d
gangguan pendengaran.
c.
Resiko
kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.
4.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
|
Tujuan/kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
|
Setelah dilakukan
tindakan selama 2x24 jam diharapkan :
·
Tidak terjadi kecemasan.
·
pengetahuan klien terhadap penyakit meningkat.
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam
diharapkan pasien: Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam diharapkan :
|
·
Kaji
tingkat kecemasan / rasa takut.
·
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang di alaminya.
·
Berikan penyuluhan tentang tinnitus.
·
Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat di sembuhkan.
·
Anjurkan klien untuk rileks,
dan menghindari stress.
·
Kaji tingkat kesulitan tidur.
·
Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur.
·
Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.
·
Anjurkan klien menggunakan alat bantu dengar setiap di perlukan jika
·
Kaji seberapa parah gangguan
pendengaran yang di alami klien.
·
Jika mungkin bantu klien memahami komunikasi nonverbal.
·
Kaji kesulitan mendengar.
|
·
mengetahui tingkat
kecemasan/rasa takut pasien dalam menetukan tindakan selanjutnya.
·
mengetahui seberapa jauh
pengetahuan dan pengalaman pasien serta pemahanaman tentang penyakit yang di
derita.
·
pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
·
pasien akan merasa tenang dan
rasa takut berkurang dengan penyakit yang di derita.
·
mengurangi ketegangan dan
membuat perasaan pasien lebih nyaman dan tenang
·
mengetahui tingkat dan kualitas tidur pasien.
·
dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas tidur pasien.
·
Rasional:
membantu pasien bedaradaptasi dan
menentukan solusi untuk gangguan tersebut.
·
mengetahui tingkat pendengaran
pasien untuk menentukan tindakan selanjutnya.
·
menentukan tingkat gangguan yang dialami pasien.
·
pesan /anjuran yang disampaikan
oleh perawat kepada pasien dapat diterima dengan baik oleh pasien.
·
memudahkan pasien berkomunikasi dengan keluarga atau perawat.
|
5. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
-
Mengkaji
tingkat kecemasaan / rasa takut
-
Mengkaji
tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang dialaminya
-
Memberikan
penyuluhan tentang tinnitus
-
Menyakinkan
klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
-
Menganjurkan
klien untuk rileks dan menghindari stres
DIAGNOSA 2
-
Mengkaji
tingkat kesulitan tidur
-
Mengkolaborasi
dalam pemberian obat penenang / obat tidur
-
Menganjurkan
klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut
DIAGNOSA 3
-
Mengkaji
kesulitan mendengar
-
Mengkaji
seberapa parah gangguan pendengaran yang dialami klien
-
Membantu
klien memahami komunikasi nonverbal
-
Menganjurkan
klien menggunakan alat Bantu dengar setiap diperlukan jika tersedia
6.
EVALUASI
-
Tidak terjadi kecemasan,
-
pengetahuan
klien terhadap penyakit meningkat.
-
Gangguan
tidur dapat teratasi atau teradaptasi
-
Resiko
kerusakan interaksi sosial dapat di minimalkan
VERTIGO
1. DEFINISI
Perkataan vertigo
berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo
adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya,
dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan
alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala
pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan
pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).
Vertigo adalah Rasa gerakan dari
tubuh/lingkungan sekitarnya diikuti gejala susunan saraf otonom dan lainnya
sebagai akibat gangguan alat keseimbangan tubuh (Gowers)
Vertigo adalah suatu keadaan
dimana penderita mengalami sensasi pergerakan berupa sensasi gerak bumi
berputar (objektif) atau merasa diri berputar (subjektif).
2. ETIOLOGI
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :
a. Lesi
vestibular
- Fisiologik
- Labirinitis
- Menière
- Obat
; misalnya quinine, salisilat.
- Otitis
media
-
“Motion sickness”
-
“Benign post-traumatic positional vertigo”
b. Lesi
saraf vestibularis
- Neuroma
akustik
- Obat
; misalnya streptomycin
- Neuronitis
vestibular
c. Lesi
batang otak, serebelum atau lobus temporal
- Infark
atau perdarahan pons
- Insufisiensi
vertebro-basilar
- Migraine
arteri basilaris
- Sklerosi
diseminata
- Tumor
- Siringobulbia
- Epilepsy
lobus temporal
Menurut (http://www.kalbefarma.com)
1. Penyakit
Sistem Vestibuler Perifer :
a. Telinga
bagian luar : serumen, benda asing.
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran
timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis,
kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta
toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ),
mabuk gerakan, vertigo postural.
d. Nervus
VIII. : infeksi, trauma, tumor.
e. Inti
Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan,
trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2. Penyakit
SSP :
a. Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis,
arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium
paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop,
hipotensi ortostatik, blok jantung.
b. Infeksi
: meningitis, ensefalitis, abses, lues.
c. Trauma
kepala/ labirin.
d. Tumor.
e. Migren.
f. Epilepsi.
3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi,
hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas,
sindrom hiperventilasi, fobia.
5. Kelainan
mata: kelainan proprioseptik.
6. Intoksikasi.
3. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat
ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan
aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan
VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu
lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal,
informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari
reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses
lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan
tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis,
atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di
samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (http://www.kalbefarma.com).
4. KLASIFIKASI
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas
beberapa kelompok :
1. Vertigo
paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika
serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali
bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a. Yang
disertai keluhan telinga :
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa
cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b. Yang tanpa disertai keluhan telinga;
termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris,
Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin
picu (trigger labyrinth).
c. Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan
posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo
posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo
kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa
(Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
a. Yang disertai keluhan telinga : Otitis
media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin
akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
b. Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri,
ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi,
sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis,
kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
c. Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi
ortostatik, Vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut,
kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :
1. Disertai keluhan telinga : Trauma labirin,
herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII,
cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
2. Tanpa keluhan telinga : Neuronitis
vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis,
vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli
inferior posterior.
1. Vertigo
Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.
5. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar
yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan
selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
6. PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
fisik :
- Pemeriksaan mata
- Pemeriksaan alat
keseimbangan tubuh
- Pemeriksaan
neurologik
- Pemeriksaan
otologik
- Pemeriksaan
fisik umum.
2. Pemeriksaan
khusus :
- ENG
- Audiometri dan
BAEP
- Psikiatrik
3.
Pemeriksaan tambahan :
- Laboratorium
- Radiologik
dan Imaging
- EEG,
EMG, dan EKG.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48)
:
Terdiri dari :
1. Terapi
kausal
2. Terapi
simtomatik
3. Terapi
rehabilitatif
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN VERTIGO
1.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas
/ Istirahat
• Letih, lemah,
malaise
• Keterbatasan
gerak
• Ketegangan
mata, kesulitan membaca
• Insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
• Sakit
kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
b. Sirkulasi
• Riwayat
hypertensi
• Denyutan
vaskuler, misal daerah temporal
• Pucat, wajah
tampak kemerahan.
c. Integritas
Ego
• Faktor-faktor
stress emosional/lingkungan tertentu
• Perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
• Kekhawatiran,
ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
• Mekanisme
refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d. Makanan
dan cairan
• Makanan
yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
• Mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri)
• Penurunan
berat badan
e. Neurosensoris
• Pening,
disorientasi (selama sakit kepala)
• Riwayat
kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
• Aura ;
fasialis, olfaktorius, tinitus.
• Perubahan
visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
• Parastesia,
kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
• Perubahan pada
pola bicara/pola pikir
• Mudah
terangsang, peka terhadap stimulus.
• Penurunan
refleks tendon dalam
• Papiledema.
f. Nyeri/
kenyamanan
• Karakteristik
nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
• Nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah
• Fokus
menyempit
• Fokus
pada diri sndiri
• Respon
emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
• Otot-otot
daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g. Keamanan
• Riwayat alergi
atau reaksi alergi
• Demam (sakit
kepala)
• Gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis
• Drainase nasal
purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
h. Interaksi
sosial
• Perubahan
dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
i. Penyuluhan
/ pembelajaran
• Riwayat
hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
• Penggunaan
alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
PENGKAJIAN FOKUS
Data objektif
Data objektif
·
Muntah
·
Test pendengaran: tuli konduktif, neural atau
campuran
·
Jalan limbung/ sepoyongan
·
Mata tampak sayu
·
Aktivitas menurun
Data subjektif
·
Mual (nausea)
·
Rasa pusing
·
Perasaan berputar (diri berputar/ subjektif)
atau benda di sekitar berputar (objektif).
2.
WEB OF COUTION
Ketidakcocokan informasi
aferen pusat kesadaran
Vertigo
Sensasi
pergerakan
merasa berputar
Sensasi
gerak bumi berputar ( subyektif)
(objektif)
Mata terbuka seakan-akan informasi tidak cocok merasa bergerak-gerak dalam
lingkungan bergerak ruangan
menyerang susunan saraf
pusat
informasi sensori
tidak koordinasi tidak akurat gangguan keseimbangan
akurat dari mata terhadap
informasi dalam otak
vestibular pergerakan yang
tidak disadari
|
teratur/berputar perubahan
posisi yang tidak disadari
penglihatan
terganggu merasa berputar-putar/gerakan abnormal
pengobatan
terapi seni, pemeriksaan metode
relaksasi & koping
|
adekuat tidak adekuat
berhasil/sembuh gagal
|
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,
iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,
ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
4.
INTERVENSI
No dx.
|
Tujuan / kriteria hasil
|
Intervensi
|
rasional
|
1.
2.
3.
|
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang
atau berkurang.
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan koping individu
menjadi lebih adekuat dengan kriteria hasil :
- mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
- mengungkapkan
kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki
- megkaji
situasi saat ini yang akurat
- menunjukkan perubahan gaya hidup yang
diperlukan atau situasi yang
Setelah
dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan pasien paham mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan dengan kriteria hasil:
- melakukan
prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai
perubahan
|
·
Pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri
·
Anjurkan klien istirahat
ditempat tidur
·
Atur posisi pasien senyaman
mungkin
·
Ajarkan teknik relaksasi dan
napas dalam.
·
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.
·
Kaji kapasitas fisiologis yang
bersifat umum.
·
Sarankan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
·
Berikan informasi mengenai
penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.
·
Dekati pasien dengan ramah dan
penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
·
Anjurkan pasien untuk selalu
memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan.
·
Berikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
·
Diskusikan penyebab individual
dari sakit kepala bila diketahui.
·
Minta klien dan keluarga
mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
·
Diskusikan mengenai pentingnya
posisi atau letak tubuh yang normal.
·
Kaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
|
·
Mengenal dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
·
istirahat untuk mengurangi
intesitas nyeri
·
posisi yang tepat mengurangi
penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
·
relaksasi mengurangi ketegangan
dan membuat perasaan lebih nyaman
·
analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
·
Mengenal sejauh dan
mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan
·
klien akan merasakan kelegaan
setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang
·
agar klien mengetahui kondisi
dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat
untuk pulih.
·
membuat klien merasa lebih
berarti dan dihargai.
·
megetahui seberapa jauh
pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
·
dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi
rasa cemas.
·
untuk mengurangi kecemasan klien
serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya.
·
mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
·
agar klien mampu melakukan dan
merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
·
Dengan memperhatikan faktor yang
berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan
sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.
|
5. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
o
Memantau tanda – tanda
vital,intensitas atau skala nyeri
o
Menganjurkan klien istirahat di
tempat tidur
o
Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin
o
Mengajarkan teknik relaksasi dan
napas dalam
o
Mengkolaborasi untuk pemberian
analgetik
DIAGNOSA 2
o
Mengkaji kapasitas fisiologis yang
bersifat umum
o
Menyarankan klien untuk
mengekspresikan perasaannya
o
Memberikan informasi mengenai
penyebab sakit kepala,penenangan dan hasil yang diharapkan.
o
Mendekati pasien dengan ramah dan
penuh perhatian,ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
DIAGNOSA 3
o
Mengkaji tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
o
Memberikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
o
Mendiskusikan penyebab individu
dari sakit kepala bila diketahui.
o
Meminta klien dan keluarga
mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
o
Mendiskusikan mengenai pentingnya
posisi atau letak tubuh yang normal.
o
Menganjurkan pasien untuk selalu
memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor – faktor yang
berhubungan.
6.
EVALUASI
Evaluasi
adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito,
1999:28)
Tujuan Pemulangan pada
vertigo adalah :
a. Nyeri
dapat dihilangkan atau diatasi.
b. Perubahan
gaya hidup atau
perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
c. Memahami
kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.
DIZZINESS
1.
PENGERTIAN
Isitlah dizzy/pening (atau
dizziness/kepeningan) dapat menjadi sulit untuk didefinisikan karena ia dapat
berarti hal-hal yang berbeda pada orang-orang yang berbeda.
Kepeningan (Dizziness) adalah
perasaan pening/pusing merujuk pada mabuk, perasaan lemah dan hampir pingsan,
atau ia merujuk pada vertigo (dimana ruangan atau orang nampaknya berputar).
Kepeningan
adalah perasaan dari kelemahan dan pingsan seperti jika anda hampir pingsan.
2.
ETIOLOGI
-
Tekanan Darah Rendah
-
vertigo
-
Hipotensi Postural Atau Orthostatik
-
Tekanan Darah Tinggi
-
Diabetes
-
Penyakit-Penyakit
Endokrin
-
Hiperventilasi
-
Kondisi-Kondisi
Jantung
-
Vasovagal
syncope
3.
PATOFISIOLOGI
Setiap orang biasanya akan
mengalami sensasi dizziness. Biasanya ringan, sementara, tidak penting serta
sering berhubungan dengan sebab-sebab yang jelas, seperti minum alcohol, atau
pada waktu permainan tertentu. Tetapi dizzness dapat persisten dan hebat
sehingga penderitanya mencari bantuan pengobatan. Untuk membantu menetukan
penyebab dizziness dan cara mengelolanya, terdapat daftar riwayat penyakit
sekarang dan dahulu yang relevan dengan keluhan ini, gejala-gejala, tanda-tanda,
pertimbangan terapi.
Gangguam system vestibular
menyebabkan vertigo dan ketidakseimbangan, atau hanya terjadi
ketidakseimbangan. Vertigo suatu keadaan yang penderitanya mengalami sensasi
pergerakan. Pada vertigo objektif, suatu bentuk vertigo yag lebih lazim dan
terjadi dengan mata terbuka, pasien merasakan seakan-akan lingkunannya
bergerak; pada vertigo subjektif ia merasakan dirinya bergerak di dalam suatu
ruangan (mata tertutup). Bila vertigo adalah sensasi utama sorang yang
mengalami dizziness, biasanya karena gangguan system vestibular, maka sensasi
selalu disertai dengan berbagai tingkat ketidakseimbangan dan nistagmus.
4.
TANDA DAN GEJALA
o
Kepeningan adalah perasaan dari kelemahan dan
pingsan seperti jika anda hampir pingsan. Gejala-gejalanya cenderung berumur
pendek, tergantung pada penyebabnya. Mungkin ada mual, berkeringat, dan penglihatan
yang kabur yang berhubungan.
o
Jika penyebabnya adalah dehidrasi atau perdarahan, gejala-gejalanya
mungkin ditimbulkan dengan berdiri secara cepat dan mungkin menghilang dengan
berbaring.
o
Gangguan-gangguan irama jantung (aritmia
jantung) mungkin terjadi tanpa peringatan dan mungkin
berhubungan dengan palpitasi-palpitasi. Ini mungkin datang dan pergi atau ia
mungkin bertahan. Denyut jantung mungkin dirasa seperti terlalu cepat
(seringkali digambarkan sebagai berdebar), terlalu perlahan, dan/atau tidak
teratur (irregular).
o
Vertigo adalah sensasi dari
berputar dan mungkin hadir tanpa peringatan dan berhubungan dengan mual
dan muntah. Pasien-pasien dengan persoalan-persoalan telinga
bagian dalam mungkin tidak mampu untuk bergerak tanpa membangkitkan
gejala-gejala.
o
Pasien-pasien dengan penyebab
cerebellar dari vertigo seperti stroke atau
tumor, mungkin mempunyai persoalan-persoalan koordinasi yang berhubungan atau
kesulitan berjalan.
5.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
o
Tanda-tanda Vital: Mengambil tekanan darah dan angka nadi pasien
berbaring dan berdiri (disebut tanda-tanda vital orthostatic atau postural)
seringkali akan megindikasi status cairan dari tubuh. Pada pasien-pasien yang
ter-dehidrasi atau mempunyai perdarahan, tanda-tanda vital mungkin meningkat
pada posisi yang berubah. Bagaimanapun, pasien-pasien yang sedang meminum
obat-obat seperti beta blockers tidak akan membangkitkan angka nadi yang
meningkat.
o
Pemeriksaan fisik yang disesuaikan: Sering, pemeriksaan fisik disesuaikan
pada pasien berdasarkan informasi yang disediakan dalam sejarah medis pasien.
Contohnya, seorang wanita dengan periode menstruasi yang berat mungkin
memerlukan pemeriksaan pelvis, atau seorang pasien dengan batuk dan sesak napas
mungkin memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti dari jantung dan paru-paru.
o
Studi-studi pencitraan dan tes-tes darah: Keperluan untuk studi-studi
pencitraan dan/atau tes-tes darah akan tergantung pada kekhawatiran-kekhawatiran
yang dipunyai oleh dokter dan pasien dalam hubungan dengan penyebab dari
kepeningan. Tes-tes umum mungkin diminta termasuk:
-
complete blood
count (CBC) untuk menyaring anemia atau infeksi.
-
evaluasi
elektrolit-elektrolit.
-
tes-tes gula darah.
-
tes-tes fungsi ginjal.
-
tes-tes tiroid.
X-rays,
CT scans, dan MRI mungkin diindikasikan tergantung pada keperluan-keperluan
pasien.
6.
PENATALAKSANAAN
o
Dalam
penatalaksanaan sakit kepala sangat diperlukan peranan pasien untuk
mengungkapkan segala hal yang dikeluhkan dan dirasakan saat ini. Karena sakit
kepala sangat subyektif, artinya sakit yang dirasakan oleh satu individu tidak
sama dengan individu yang lain. Ada
beberapa orang tahan terhadap sakit kepala yang dirasakan sehingga tidak
menganggu aktifitasnya sehari-hari, dilain pihak ada pula yang tidak tahan sama
sekali sehingga harus berbaring di tempat tidur padahal intensitas sakit yang
dirasakan adalah sama.
o
Catatlah setiap
serangan sakit kepala yang anda rasakan ke dalam sebuah buku untuk membantu
mengidentifikasi penyebab dan pencetus dari sakit kepala yang dialami. Pada
saat sakit kepala timbul, catat tanggal dan jam mulainya sakit kepala, apa saja
yang anda lakukan dalam 24 jam terakhir, berapa lama anda tidur pada malam
sebelumnya, apa yang anda lakukan dan pikirkan sesaat sebelum sakit kepala
timbul, stress apa yang anda alami saat itu, berapa lama sakit kepala
dirasakan, dan apa yang anda lakukan untuk menghentikannya. Setelah lewat
beberapa kali serangan, anda bisa melihat adanya sebuah pola dari sakit kepala
yang anda rasakan.
o
Dari pola yang
ada, anda dan dokter bisa mendiskusikan kira-kira apa yang menjadi biang kerok
dari sakit kepala yang di rasakan sehingga penyebab itu bisa anda hindari. Dari
sini anda sudah bisa menanggulangi sakit kepala tanpa memerlukan obat sama
sekali.
o
Terkadang sakit
kepala yang dirasakan bisa berkurang bila mata ditutup dan kepala di relaksasi.
Teknik relaksasi ini dapat membantu pada beberapa orang terutama bagi mereka
yang menderita sakit kepala yang disebabkan oleh stress. Pijatan dengan air
hangat atau balsem hangat pada leher bagian belakang cukup efektif untuk
mengurangi keluhan pada mereka yang menderita sakit kepala tegang.
o
Minumlah
paracetamol, aspirin atau ibuprofen bila tindakan diatas telah di lakukan namun
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Cuma yang harus diingat, jangan
memberikan aspirin pada anak-anak karena bisa menyebabkan sindroma Reyes. Untuk
migren bisa diobati dengan aspirin, naproxen, atau obat migren yang banyak di
jual di warung-warung. Bila keluhan tidak berkurang juga, maka anda harus
segera menemui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
o
Sebagian besar
obat yang dipergunakan untuk mengobati sakit kepala sangat tidak bersahabat
dengan lambung, sehingga sangat dianjurkan untuk meminum obat tersebut setelah
makan. Bila memang sebelumnya anda menderita maag maka harus dipilih obat yang
betul-betul aman untuk lambung.
ASKEP KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIZZINESS
1.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas / Istirahat
-
Letih, lemah, malaise.
-
Keterbatasan gerak.
-
Ketegangan mata, kesulitan membaca.
-
Insomnia, bangun pada pagi hari
dengan disertai nyeri kepala.
-
Sakit kepala yang hebat saat
perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b.
Sirkulasi
-
Riwayat hypertensi
-
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
-
Pucat, wajah tampak kemerahan.
c.
Integritas Ego
-
Faktor-faktor stress
emosional/lingkungan tertentu
-
Perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
-
Kekhawatiran, ansietas, peka
rangsangan selama sakit kepala
-
Mekanisme refresif/dekensif (sakit
kepala kronik)
d.
Makanan dan cairan
-
Makanan yang tinggi vasorektiknya
misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan
berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
-
Mual/muntah, anoreksia (selama
nyeri)
-
Penurunan berat badan
e.
Neurosensoris
-
Pening, disorientasi (selama sakit
kepala)
-
Riwayat kejang, cedera kepala yang
baru terjadi, trauma, stroke.
-
Aura ; fasialis, olfaktorius,
tinitus.
-
Per ubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
-
Parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore
-
Perubahan pada pola bicara/pola
pikir
-
Mudah terangsang, peka terhadap
stimulus.
f.
Nyeri/ kenyamanan
-
Karakteristik nyeri tergantung
pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, tumor otak,
pascatrauma, sinusitis.
-
Nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah
-
Fokus menyempit
-
Fokus pada diri sndiri
-
Respon emosional / perilaku tak
terarah seperti menangis, gelisah.
-
Otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
g.
Keamanan
-
Riwayat alergi atau reaksi alergi
-
Demam (sakit kepala)
-
Gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis
-
Drainase nasal purulent (sakit
kepala pada gangguan sinus)
h.
Interaksi sosial
-
Perubahan dalam tanggung
jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
i.
Penyuluhan / pembelajaran
-
Riwayat hypertensi, migrain,
stroke, penyakit pada keluarga
-
Penggunaan alcohol/obat lain
termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
PENGKAJIAN FOKUS
Data subjektif
-
Mual
-
Muntah
-
Anoreksia
-
Insomnia
Data objektif
-
Pucat,wajah tampak kemerahan
-
Penurunan berat badan
-
Hipertensi
-
Depresi
2.
WOC
Tekanan
darah DM hipotensi postural hiperventilasi vertigo
tinggi/rendah
dan orthostatik
suplai
darah ke glukosa dalam suplai darah kesimbangan asam basa respon emosi
otak
berkurang darah rendah ke otak berkurang terganggu
-
Cemas
-
Gangguan pola tidur
-
Cemas
-
Gangguan pola tidur
|
darah
kaya o2 hipoglikemia
dehidrasi
ke otak tidak
cukup
anemia/perdarahan kepeningan gangguan
cairan & elektrolit sensasi berputar
kepeningan
kehilangan keseimbangan
Nyeri
kepeningan
Nyeri
|
3.
DIAGNOSA
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan
ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial
ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan
posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Ansietas b/d ancaman,atau
perubahan status kesehatan.
3. Gangguan istirahat dan tidur b/d
gangguan rasa nyeri yang di rasakan
4.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx
|
Tujuan & kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkan nyeri hilang /berkurang. Dengan kriteria hasil:
- klien
mengungkapkan rasa nyeri berkurang
- tanda-tanda
vital normal
- pasien
tampak tenang dan rileks
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkan pasien mengalami penurunan ansietas dengan kriteria hasil:
·
Cemas
berkurang atau hilang.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapakan gangguan tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil : Gangguan tidur dapat teratasi
atau teradaptasi
|
·
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.
·
Anjurkan klien istirahat
ditempat tidur
·
Atur posisi pasien senyaman
mungkin.
·
Ajarkan teknik relaksasi dan napas
dalam
·
Pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri.
·
Instruksikan pasien dalam aspek
program pengobatan
·
Beri informasi mengenai dizziness dan
penanganannya.
·
Dorong pasien mendiskusikan
ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·
Ajarkan pasien teknik
penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perlu.
·
Beri upaya kenyamanan dan
hindari aktivitas yang menyebebkan stress
·
Kaji tingkat ansietas.
·
Bantu pasien mengidentifikasi
keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
·
Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.
·
Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur.
·
Kaji tingkat kesulitan tidur.
|
·
Mengenal dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
·
istirahat untuk mengurangi
intesitas nyeri.
·
posisi yang tepat mengurangi
penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
·
relaksasi mengurangi ketegangan
dan membuat perasaan lebih nyaman
·
analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
·
Memandukan intervensi terapeutik
dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu
dapat mengurangi ansietas.
·
Meningkatkan pengetahuan
membantu mengurangi ansietas.
·
Meningkatkan kesadaran dan
pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
·
Memperbaiki manajemen stress,
mengurangi frekwensi dan beratnya serangan vertigo sebagai penyebab dizziness.
·
situasi penuh stress dapat
memperberat gejala kondisi ini.
·
pengetahuan pasien membantu
mengurangi ansietas.
·
mengetahui tingkat dan kualitas tidur pasien.
·
Rasional: dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas tidur pasien.
·
Rasional:
membantu pasien bedaradaptasi dan
menentukan solusi untuk gangguan tersebut.
|
5.
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
-
Memantau tanda – tanda
vital,intensitas/skala nyeri
-
Menganjurkan
klien istirahat ditempat tidur
-
Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin
-
Mengajarkan
teknik relaksasi dan napas dalam
-
Mengkolaborasi
untuk pemberian analgetik
DIAGNOSA
2
-
Mengkaji tingkat ansietas
-
Memberikan informasi mengenai
dizzinnes dan penanganannya.
-
Mendorong pasien mendiskusikan
ansietas dan gali keperihatinan serangan vertigo.
-
Mengajarkan pasien teknik
penatalaksanaan stres atau lakukan rujukan bila perlu
-
Memberikan upaya kenyamanan dan
hindari aktivitas yang menyebabkan stres
-
Menginstruksikan pasien dalam
aspek program pengobatan
DIAGNOSA 3
-
Mengkaji
tingkat kesulitan tidur
-
Mengkolaborasi
dalam pemberian obat penenang / obat tidur
-
Menganjurkan
klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut.
6.
EVALUASI
-
Nyeri dapat dihilangkan atau
diatasi.
-
Perubahan gaya hidup atau perilaku
untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
-
Memperlihatkan penurunan ansietas
atau tidak mengalami ansietas .
-
Memperlihatkan kenyamanan.
-
Gangguan tidur dapat di atasi
SINDROM MENIERE
1.
PENGERTIAN
Penyakit Meniere
adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang vertigo (perasaan
berputar), tuli dan tinnitus (telinga berdenging). http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/penyakit-meniere.html.
Penyakit meniere adalah suatu kelainan
labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang
khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo (Kapita Selekta
Edisi 3).
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang
terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara
progresif.
2.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit Meniere tidak diketahui
namun terdapat berbagai teori, termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal
abnormal pada aliran darah yang menuju ke labirin, gangguan elektrolit dalam
cairan labirin, reaksi alergi, dan gangguan autoimun.
Penyakit Meniere masa kini dianggap
sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang
abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun,
ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere
mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu
terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus.
Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam
dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere.
3.
PATOFISIOLOGI
Gejala klinis
penyakit meniere disebabkan oleh adanya hidrofs endolimfa pada koklea dan
vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh: 1. meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2. berkurangnya
tekanan osmotic di dalam kapiler 3. meningkatnya tekanan osmotic ruang
ekstrakapiler 4. jalan keluar sakus
endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan
histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada
membran reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibule, terutama di
daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat
menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari daerah apeks
koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea. Hal ini
yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit meniere.
4.
TANDA DAN GEJALA
a.
Merasa berputar tiap kali berdiri
b.
Mual dan muntah
c.
Telinga terasa penuh
d.
Pendengaran berkurang
e.
Telinga berdenging
5.
KLASIFIKASI
a.
Penyakit Meniere vestibular
Penyakit
Meniere vestibular ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan
tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tanda dan gejala:
-
Vertigo hanya bersifat episodic
-
Penurunan respons vestibuler atau
tak ada respons total pada telinga yang sakit
-
Tak ada gejala koklear
-
Tak ada kehilangan pendengaran
objektif
-
Kelak dapat mengalami gejala dan
tanda koklear
b.
Penyakit Meniere klasik
Tanda dan gejala:
-
Mengeluh vertigo
-
Kehilangan pendengaran
sensorineural berfluktuasi
-
tinitus
-
Penyakit Meniere koklea
c.
Penyakit Meniere koklea
Penyakit Meniere koklea dikenali dengan
adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus
dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
-
Kehilangan
pendengaran berfluktuasi
-
Tekanan
atau rasa penuh aural
-
Tinnitus
-
Kehilangan
pendengaran terlihat pada hasil uji
-
Tak
ada vertigo
-
Uji
labirin vestibuler normal
-
Kelak
akan menderita gejala dan tanda vestibuler.
6. MANIFESTASI KLINIS
-
Gejalanya
berupa seangan vertigo tak tertahankan episodic yang sering disertai mual dan/atau
muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara
perlahan.
-
Secara
periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di
dalam telinga.
-
Kehilangan
pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif.Tinnitus bisa menetap atau
hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan
vertigo.
-
Pada
kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15%
penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga.
7. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
-
Pemeriksaan fisik biasanya normal
kecuali pada evaluasi nervus cranial ke VIII. Garputala (uji weber) akan
menunjukkan lateralisasi ke sisi berlawanan dengan sisi yang mengalami
kehilangan pendengaran (sisi yang terkena penyakit Meniere).
-
Audiogram biasanya menunjukkan
kehilangan pendengaran sensorineural pada telinga yang sakit. Kadang audiogram
dehidrasi dilakukan di mana pasien diminta meminum zat penyebab dehidrasi,
seperti gliserol atau urea, yang secara teoritis dapat menurunkan jumlah hidrops
endolimfe.
-
Elektrokokleografi menunjukkan
abnormalitas pada 60% pasien yang menderita penyakit meniere.
-
Elektronistagmogram bisa normal
atau menunjukkan penurunan respons vestibuler.
-
CT scan atau MRI kepala
-
Elektroensefalografi
-
Stimulasi kalorik
8.
PENATALAKSANAAN
a.
Diet
Banyak
pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000
mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan
halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam
Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian
pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih
banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam
Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium
Chlorida atau garam dapur, Mono Sadium Glumat atau vetsin, Natrium Bikarbonat
atau soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan
daging seperti cornet beef.
Makanan
yang diperbolehkan adalah:
1.
Semua bahan makanan segar atau
diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti :
-
Beras, kentang, ubi, mie tawar,
maezena, hunkwee, terigu, gula pasir.
-
Kacang-kacangan dan hasil oleh
kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe , tahu tawar, oncom.
-
Minyak goreng, margarin tanpa
garam.
-
Sayuran dan buah-buahan.
-
Bumbu-bumbu seperti bawang merah,
bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos , lombok, salam, sereh, cuka.
2.
Bahan makanan berasal dari hewan
dalam jumlah terbatas
3.
Minuman seperti the, sirup, sari
buah.
Makanan yang perlu dibatasi:
1.
Semua bahan makanan segar atau
diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
-
Roti biskuit, kraker, cake dan kue
lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.
-
Dendeng, abon, corned beef, daging
asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur
asing, telur pindang.
-
Keju, Keju kacang tanah
(pindakas).
-
Margarin, mentega.
-
Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
-
Asinan buah, manisan buah, buah
dalam kaleng.
-
Garam dapur, vetsin, soda kue,
kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.
2.
Otak, ginjal, paru-paru, jantung
dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini
dihindarkan.
Kafein
dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut
dapat mengurangi gejala. Ada
kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam
alkohol dan bukan karena alkoholnya.
b.
Farmakologis
Tindakan
pengobatan untuk vertigo terdiri atas antihistamin, seperti meklizin
(antivert), yang menekan sistem vestibuler. Tranquilizer seperti diazepam
(valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo,
namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka
panjang. Antiemetik seperti supositoria prometazin (phenergan) tidak hanya
mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek antihistaminnya.
Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat membantu mengurangi
gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe.
Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang mengandung kalium, seperti
pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan diuretik yang menyebabkan
kehilangan kalium.
c.
Penatalaksanaan Bedah
Dekompresi
sakus endolimfatikus atau pintasan secara teoritis akan menyeimbangkan tekanan
dalam ruangan endolimfe. Pirau atau drain dipasang di dalam sakus
endolimfatikus melalui insisi postaurikuler.
Obat
ortotoksik, seperti streptomisisn atau gentamisisn, dapat diberikan kepada
pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.
Prosedur
labirinektomi dengan pendekatan transkanal dan transmastoid juga berhasil sekitar
85% dalam menghilangkan vertigo, namun fungsi auditorius telinga dalam juga
hancur.
Pemotongan
nervus nervus vestibularis memberikan jaminan tertinggi sekitar 98% dalam
menghilngkan serangan vertigo. Dapat dilakukan translabirin (melali mekanisme
pendengaran) atau dengan cara yang dapat mempertahankan pendengaran
(suboksipital atau fosa kranialis medial), bergantung pada derajat hilangnya
pendengaran. Pemotongan saraf sebenarnya mencegah otak menerima masukan dari
kanalis semisirkularis.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM MINIERE
1.
PENGKAJIAN
Data
Subyektif:
·
mengeluh telinga kanan sering
berdenging
·
perasaan penuh di bagian dalam
telinga.
·
Beberapa bulan ini sering
terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit
dan hilang sendiri
·
saat vertigo sampai mual dan
muntah.
Data
Obyektif:
·
Hasil pemeriksaan Weber suara
hanya terdengar pada telinga kiri
·
auditorium menunjukkan adanya
sensorineural hearing loss.
Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
Data subjektik:
·
Beberapa bulan ini sering
terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama kira-kira 30
menit dan hilang sendiri
·
mengeluh telinga kanan sering
berdenging
·
perasaan penuh di bagian dalam
telinga
Data
Obyektif:
·
Hasil pemeriksaan Weber suara
hanya terdengar pada telinga kiri
·
auditorium menunjukkan adanya
sensorineural hearing loss.
|
Gangguan pendengaran
|
Gangguan pola tidur
|
2
|
Data subjektik:
Beberapa
bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo) selama
kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
·
Saat vertigo sampai mual dan
muntah
Data
Obyektif:
-
|
Mual dan muntah
|
Resiko kekurangan volume cairan
|
2.
WOC
Neurokimia hormonal abnormal gg. Elekolit di labirin
reaksi alergi gg autoimun
Ketidakseimbangan
cairan sumbatan
duktus
Telinga tengah endolimfatikus
Pembengkakan
rongga tekanan tekanan tekanan
endolimfatikus hidrostatik ujung
arteri osmotic kapiler osmotic
ekstrakapiler
sistem keseimbangan tubuh penumpukan
(vestibular) terganggu cairan endolimfa
Hidrops endolimfatikum
pada koklea dan vestibulum
sindrom meniere
kesulitan perubahan
status disfungsi labirin perubahan
keseimbangan kesehatan cara berjalan
|
|
|
|
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko tinggi cedera b/d perubahan
mobilitas karena gangguan cara jalan dan vertigo.
2.
Ansietas b/d ancaman,atau
perubahan status kesehatan dan efek ketidakmampuan vertigo.
3.
Resiko terhadap trauma b/d
kesulitan keseimbangan.
4.
Kurang perawatan
diri,makan,mandi/higiene,berpakaian/berdandan,toileting,b/d disfungsi labirin
dan vertigo.
4.
INTERVENSI
No Dx
|
Tujuan & kriteris hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pasien bebas dar cedera dengan kriteria hasil :
·
bebas dari cedera yang berkaitan
dengan ketidakseimbangan dan/jatuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan ansietas hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :
·
cemas berkurang
·
pasien tampak rileks.
Setelah
dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko trauma
berkurang denga n kriteria hasil :
·
Mampu mengidentifikasi bahaya
dilingkungan rumah.
·
Memperlihatkan peningkatan
aktivitas tanpa menggunakan alat Bantu.
Setelah dilakukan tindakan selama 2x 24 jam diharapkan
pasien mampu merawat diri dengan kriteris hasil :
·
Mempertahankan personal hyegene.
·
Bergabung dalam aktivitas
pengalih.
|
·
Letakkan bantal pada kedua sisi
kepal untuk membatasi gerakkan
·
Kaji luasnya ketidakmampuan
dalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari.
·
Ajarkan atau tekankan terapi
vestibular/keseimbangan sesuai keten
·
Berikan atau ajari cara
pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenang vestibular serta beri
petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
·
Dorong pasien untuk berbaring
bila merasa pusing,dengan pagar tempat tidur dinaikkan
·
Kaji vertigo yang meliputi
riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi, frekuensi, dan adanya gejala
telinga yang terkait kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh di telinga.
·
Instruksikan pasien dalam aspek
program pengobatan
·
Beri informasi mengenai vertigo
dan penanganannya.
·
Dorong pasien mendiskusikan
ansietas dan gali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·
Ajarkan pasien teknik
penatalaksanaan stress atau lakukan rujukan bila perlu.
·
Beri upaya kenyamanan dan
hindari aktivitas yang menyebebkan stress
·
Kaji tingkat ansietas. Bantu
pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan
berhasil pada masa lalu
.
·
Bantu mengidentifikasi bahaya
dilingkungan rumah.
·
Bantu ambulasi bila ada indikasi
·
Lakukan pengkajian ketajaman
penglihatan dan defisit proprioseptif
·
Dorong peningkatan tingkat
aktivitas dengan atau tanpa menggunakan alat Bantu.
·
Lakukan pengkajian untuk
gangguan keseimbangan dan /atau fertigo dengan menarik riwayat dan dengan
pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidak mampuan melakukan
romberg tandem.
·
Diskusikan pola aktivitas
pengalih yang biasa dengan pasien. Berikan kesempatan untuk melanjutkan
aktivitas pengalih yang sangat berarti.
·
Kaji tingkat dan jenis aktivitas
pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai.
|
·
Riwayat memberikan dasar untuk
intervensi selanjutnya.
·
Luasnya ketidakmampuan
menurunkan resiko jatuh.
·
Latihan mempercepat kompensasi
labirin yang dapat mengurangi vertigo dan gangguan cara jalan.
·
Menghilangkan gejala akut
vertigo.
·
Mengurangi kemungkinan jatuh dan
cedera.
·
Gerakkan akan memperberat
vertigo.
·
Memandukan intervensi terapeutik
dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu
dapat mengurangi ansietas.
·
Meningkatkan pengetahuan
membantu mengurangi ansietas.
·
Meningkatkan kesadaran dan
pemahaman hubungan antara tingkat antietas dan perilaku.
·
Memperbaiki manajemen stress, mengurangi
frekwensi dan beratnya serangan fertigo.
·
situasi penuh stress dapat
memperberat gejala kondisi ini.
·
pengetahuan pasien membantu
mengurangi ansietas.
·
Kelainan vestibuler perifer
menyebabkan gejala dan tanda ini.
·
Cara jalan yang abnormal yang
dapat membuat pasien tidak bisa tegak dan jatuh.
·
keseimbangan tergantung pada
sistem visual, vestibuler dan propriosep.
·
peningkatan aktivitas dapat
membantu mencapai kembali sistem keseimbangan.
·
Adaptasi terhadap lingkungan
rumah dapat menurunkan resiko jatuh selama proses rehabilitasi.
·
Kebosanan dapat terlihat, begitu
juga depresi, membantu menentukan toleransi maupun kesukaan.
·
Untuk menyediakan informasi
mengenai stresor yang nyata maupun yang dirasakan yang mempengaruhi tingkat
aktivitas, mendukung rasa harga diri dan produktifitas pasien.
|
5. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA
1
·
Mengkaji vertigo yang meliputi
riwayat, awitan, gambaran seragam, durasi, frekwensi adanya gejala telinga yang
terkait ( kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh ditelinga ).
·
Mengkaji luasnya ketidak
mampuandalam hubungannya dengan aktivitas hidup sehari-hari
·
Mengajarkan atau menekankan terapi
vestibuler/keseimbangan yang sesuai dengan ketentuan.
·
Memberikan atau mengajari cara
pemberian obat anti vertigo dan atau obat penenangvestibuler serta memberi
petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
·
Mendorong pasien untuk berbaring
bila merasa pusing, dengan pagar tempat tidur dinaikan.
·
Meletakan bantal pada kedua sisi
kepala untuk membatasi gerakan.
DIAGNOSA
2
·
Mengkaji tingkat ansietas. Membantu
pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan
berhasil pada masa lalu.
·
Memberikan informasi mengenai
vertigo dan penanganannya.
·
Mendorong pasien mendiskusikan
ansietas dan menggali keprihatinan mengenai serangan vertigo.
·
Mengajarkan pasien teknik
penatalaksanaanstress atau melakukan rujukan bila perlu.
·
Memberikan upaya kenyamanan dan
mungkin dari aktivitas yang menyebabkan stres.
·
Instruksikan pasien dalam aspek
program pengobatan.
DIAGNOSA
3
·
Melakukan pengkajian untuk
gangguan keseimbangan dan atau vertigo dengan menarik riwayat dan dengan
pemeriksaan adanya nistagmus, romberg positif, dan ketidakmampuan melakukan
romberg tandem.
·
Membantu ambulasi bila ada
indikasi.
·
Melakukan pengkajian ketajaman
penglihatan devisit proprioseptif.
·
Mendorong peningkatan aktivitas
dengan atau tanpa menggunakan alat bantu.
·
Membantu mengidentifikasi bahaya
dilingkungan rumah.
DIAGNOSA
4
·
Mengkaji tingkat dan jenis
aktivitas pengalih untuk merencanakan aktivitas yang sesuai.
·
Mendiskusikan pola aktivitas
pengalih yang biasa dengan pasien. Memberikan kesempatan untuk melanjutkan
aktivitas pengalih yang sangat berarti
6. EVALUASI
1.
Resiko tinggi cedera
Memperlihatkan
adanya pengurangan resiko cedera :
·
Klien mengerti dan mampu mengikuti
terapi vestibular.
·
Klien tahu dan mengerti cara
meminum obat yang benar dan efek samping obat.
·
Dan mempertahankan tirah baring
bila merasa pusing.
2.
Ansietas
Memperlihatkan
penurunan ansietas atau tidak mengalami ansietas :
·
Melaporkan atau mendiskusikan
ansietas.
·
Mengikuti teknik penatalaksanan
stress.
·
Memperlihatkan kenyamanan.
·
Menghindari aktivitas yang
menyebabkan stress
3.
Resiko terhadap trauma
Memperlihatkan
adanya pengurangan resiko terhadap trauma :
·
Memperlihatkan peningkatan
aktivitas tanpa menggunakan alat Bantu.
·
Mampu mengidentifikasi bahaya
dilingkungan rumah
4.
Kurang perawatan diri
memperlihatkan
perubahan atau peningkatan personal hygiene :
·
Melakukan aktivitas yang sesuai
dengan jenis aktivitas pengalih.
·
Melaporkan pola aktivitas pengalih
·
Mampu melanjutkan aktivitas
pengalih.
LABIRINTITIS
1. PENGERTIAN
Labirititis adalah inflamasi pada telinga bagia dalam (wikipedia).
Inflamasi telinga dalam yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus
( Brunner & Suddart ).
Labirinitis
pada dasarnya di kenal dua macam dan dengan gejala yang berbeda, labirinitis
yang mengenai seluruh bagian labirin disebut
dengan labirinitis umum ( general ), dengan gejala vertigo berat dan
tuli saraf berat, kemudian yang mengenai hanya sebagian atau terbatas disebut
labirinitis terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya
vertigo saja atau tuli saraf saja.
2. ETIOLOGI
Virus penyebab yang paling sering
terindentifikasi adalah :
-
Gondongan
-
Rubella
-
Rubeola
-
Influenza
-
Penyakit viral saluran nafas
3. PATOFISIOLOGI
Secara
etiologi labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa.
Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis
supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan
labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam
labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supurati dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi kerusakan yang iereversibel, seperti fibrosa dan osifikasi.
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supurati dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi kerusakan yang iereversibel, seperti fibrosa dan osifikasi.
Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus esgera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.
4. TANDA DAN GEJALA
-
Ditandai dengan awitan yang
mendadak vertigo yang melumpuhkan.
-
Mual dan muntah
-
Kehilangan derajat tertentu
-
tinitus
5. PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
fisik :
- Pemeriksaan mata
- Pemeriksaan alat
keseimbangan tubuh
- Pemeriksaan
neurologik
- Pemeriksaan
otologik
- Pemeriksaan
fisik umum.
2. Pemeriksaan
khusus :
- ENG
- Audiometri dan
BAEP
- Psikiatrik
3.
Pemeriksaan tambahan :
- Laboratorium
- Radiologik
dan Imaging
- EEG,
EMG, dan EKG.
6. PENATALAKSANAAN
Procholoperance
biasanya sudah ditentukan untuk menolong mengurangi gejala-gejala pada vertigo
dan mual muntah.
Karena kecemasan
mengganggu keseimbangan proses penggantian, hal ini sangat penting untuk
mengobati penyakit kecemasan dan depresi sesegera mungkn untuk memberikan otak
untuk mengimbang pada setiap kerusakan vestibular. Kecemasan akut dapat diobati
dalam waktu singkat dengan Benzodiazepenis seperti diazepam (valium) :
bagaimanapun waktu lama digunakan adalah tidak merekomendasikan karena pada
yang bersifat mengakibatkan kecanduan pada benzodiazepenis dan campur tangan
mereka boleh karena penggantian vestibular dan menyesuaikan kekenyalan.
Tanda-tanda
menganjurkan bahwa selektif serotonin reuptake inhibitors mugkin menjadi
pengobatan efektif pada labirintitis. Tindakan dengan menghilangkan
gejala-gejala kecemasan dan mungkin merangsang pertumbuhan saraf baru sampai
telinga dalam. Membiarkan aliran deras penggantian vestibular yang terjadi.
Pemeriksaan mempunyai SSRIs vestibular dengan cara langsung dan dapat
mengurangi kepusingan.
Beberapa tanda
menganjurkan bahwa labirintitis disebabkan oleh virus, seharusnya dapat diobati
dengan langkah-langkah lebih dini dengan kortikosteroid seperti prednisone dan
mungkin pengobatan antivirus seperti valacilovir sesegera mungkin untuk
mencegah kerusakan telinga dalam.
Terapi rehabilitasi
vestibular (VRT) adalah jalan sangat efektif untuk pada dasarnya menurunkan
sisa kepusingan dari labirintitis. VRT bekerja dengan menyebabkan otak untuk
mulai digunakan mekanisme saraf untuk penyesuaian,kekenyalan, dan penggantian.
Petunjuk, durasi, frekuensi dan besarnya pada olahraga-olahraga secara langsung
adalah lekat menyambung dengan penyesuaian dan kesembuhan. Simetri adalah lebih
dengan cepat memugar saat olahraga VRT adalah
khususnya menyesuaikan kepasien.
Salah satu studi
menemukan bahwa pasien yang percaya mereka yang tak terkendali oleh mereka
menunjukkan perkembangan yang sangat lambat untuk penyembuhan total, setelah
beberapa lama luka awal pada vestibular telah disembuhkan. Ilmu tersebut
menyatakan bahwa pasien yang mengganti dengan baik adalah salah satunya adalah
tingkat psycological, tak takut pada gejala-gejala dan memiliki beberapa
kendali mereka. Khususnya penurunan pandangan negatif melebihi waktu lebih baik
pada pasien dirawat dengan pemulihan daripada tidak dirawat. Sangatlah penting
kepercayaan mendasar yang hanya cenderung peramalan perubahan pada rintangan
dalam 6 bulan tindakan .
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
LABIRINTITIS
1.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
b. Sirkulasi
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres).
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres).
c. Nutrisi
- Mual
- Mual
d. Sistem pendengaran
- Adanya suara abnormal(dengung)
- Adanya suara abnormal(dengung)
e. Pola istirahat
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
PENGKAJIAN FOKUS
Data
subjektif
-
Mudah
lelah
-
Mual
-
Gangguan
tidur/kesulitan tidur
-
Adanya
suara abnormal ( dengung )
-
Suhu
tubuh tinggi
Data
objektif
-
Klien
kelihatan pucat
-
Gangguan
keseimbangan tubuh
2.
Melalui aliran darah mencegah
meningitis
3.
DIAGNOSA
·
Nyeri (akut/kronis) berhubungan
dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan
intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor
misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
·
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
infeksi
4.
INTERVENSI
No Dx
|
Tujuan / kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
|
Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang
atau berkurang.dengan kriteria pasien tidak meringis lagi, lebih santai.
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu tubuh turun dengan kriteria hasil:
badan pasien tidak panas lg.
|
·
Pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri
·
Anjurkan klien istirahat
ditempat tidur
·
Atur posisi pasien senyaman
mungkin
·
Ajarkan teknik relaksasi dan
napas dalam.
·
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.
·
Kaji saat timbulnya demam.
·
Observasi tanda-tanda
vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam.
·
Berikan penjelasan
tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
·
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan.
·
Jelaskan pentingnya tirah
baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
·
Anjurkan klien untuk
banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya
.
·
Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis
·
Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi
|
·
Mengenal dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
·
istirahat untuk mengurangi
intesitas nyeri.
·
posisi yang tepat mengurangi
penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
·
relaksasi mengurangi ketegangan
dan membuat perasaan lebih nyaman
·
analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
·
Dapat
diidentifikasi pola/tingkat demam.
·
Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadan umum klien.
·
Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
·
Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk
lebih kooperatif .
·
Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan
klien di RS.
·
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
·
Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis
akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh .
Antipiretika yang mempunyai reseptor di
hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan
mendekati suhu normal
|
5.
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
-
Memantau tanda – tanda
vital,intensitas/skala nyeri
-
Menganjurkan
klien istirahat ditempat tidur
-
Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin
-
Mengajarkan
teknik relaksasi dan napas dalam
-
Mengkolaborasi
untuk pemberian analgetik
DIAGNOSA 2
-
Mengkaji
timbulnya demam
-
Memantau
TTV
-
Menjelaskan
tentang demam
-
Menginformasikan
tindakan yang akan dilakukan
-
Memberikan
kompres hangat
-
Berkolaborasi
dalam pemberian obat
6.
EVALUASI
·
Nyeri dapat dihilangkan atau
diatasi.
·
Suhu tubuh normal.
·
Perubahan gaya hidup atau perilaku
untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://medicastore.com/penyakit/25/Vertigo.html
·
Marilynn E.
Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
·
Ludman Harold,
Petunjuk Penting Pada Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan, Hipocrates, Jakarta,2007.
·
Mansjoer a, Triyanti K, Savitri R, Wardhani
WI, Setowulan W. Penyakit Menierre. Dalam : KApita Selekta Kedokteran. Edisi
Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001.
ahaha thanks :D ini sangat membantu.
BalasHapus