Kamis, 13 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OLIGOHIDROMNION




A.    Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah AFI yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup bulan).
B.     Etiologi Oligohidramnion
Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting enxyme inhibitor (mis captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.

C.    Patofisiologi Oligohidramnion
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.

D.    Epidemiologi Oligohidramnion
Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena jumlah cairan ketuban yang berkurang hamper setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan 42 minggu

E.     Faktor Resiko Oligohidramnion
Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi :
1.      Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).
2.      Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3.      Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).
4.      Sindrom pasca maturitas.

F.     Manifestasi Klinis Oligohidramnion
1.      Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2.      Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3.      Sering berakhir dengan partus prematurus.
4.      Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5.      Persalinan lebih lama dari biasanya.
6.      Sewaktu his akan sakit sekali.
7.      Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

G.    Diagnosis dan Pemeriksaan Oligohidramnion
Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami poluhydramnion.

H.    Penatalaksanaan Oligohidramnion
Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal dan janin masih hidup. Bahkan air ketuban akan tetap diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walau sebagian berasal dari kencing janin, air ketuban berbeda dari air seni biasa, baunya sangat khas. Ini yang menjadi petunjuk bagi ibu hamil untuk membedakan apakah yang keluar itu air ketuban atau air seni.
Supaya volume cairan ketuban kembali normal, dokter umumnya menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah ”salah kaprah”. Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga mesti dioperasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan dengan cara operasi sesar merupakan pilihan terakhir pada kasus kekurangan air ketuban. Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya, tetap harus diusahakan persalinan pervaginam dengan cara induksi yang baik dan benar.
Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para wanita dengan kehamilan normal tetapi mengalami oligohydramnion dimasa-masa terakhir kehamilannya kemungkinan tidak perlu menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung lahir denga sehat. Akan tetapi wanita tersebut harus mengalami pemantauan terus-menerus. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk menjalani pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus berkurang. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus berlangsung, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal dengan bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran. Sekitar 40-50% kasus oligohydramnion berlangsung hingga persalinan tanpa treatment sama sekali. Selain pemeriksaan USG, dokter mungkin akan merekomendasikan tes terhadap kondisi janin, seperti tes rekam kontraksi untuk mengganti kondisi stress tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung janin. Tes ini dapat memberi informasi penting untuk dokter jika janin dalam rahim mengalami kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter cenderung untuk merekomendasikan persalinan lebih awal untuk mencegah timbulnya masalah lebih serius. Janin yang tidak berkembang sempurna dalam rahim ibu yang mengalami oligohydramnion beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama persalinan, seperti asphyxia (kekurangan oksigen), baik sebelum atau sesudah kelahiran. Ibu dengan kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan kadang-kadang harus tinggal di rumah sakit.
Jika wanita mengalami oligohydramnion di saat-saat hampir bersalin, dokter mungkin akan melakukan tindakan untuk memasukan laruran salin melalui leher rahim kedalam rahim. Cara ini mungkin mengurangi komplikasi selama persalinan dan kelahiran juga menghindari persalinan lewat operasi caesar. Studi menunjukan bahwa pendekatan ini sangat berarti pada saat dilakukan monitor terhadap denyut jantung janin yang menunjukan adanya kesulitan. Beberapa studi juga menganjurkan para wanita dengan oligohydramnion dapat membantu meningkatkan jumlah cairan ketubannya dengan minum banyak air. Juga banyak dokter menganjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik bahkan melakukan bedrest

I.       Prognosis Oligohidramnion
1.    Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk prognosisnya
2.    Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas

J.      Komplikasi Oligohidramnion
Kurangnya cairan ketuban tentu aja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam ”kamar sempit” yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus extrem dimana suah terbentuk amniotic band (benang atau serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin ”terjepit” atau ”terpotong” oleh amniotic band tersebut.
Efek lainnya janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi beresiko tak segera bernafas secara spontan dan teratur.
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya merembes sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat beresiko menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal daribawah. Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatka resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya.

K.    Tindakan Konservatif
1.    Tirah baring.
2.    Hidrasi.
3.    Perbaikan nutrisi.
4.    Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5.    Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6.    Amnion infusion.
7.    Induksi dan kelahiran.


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
OLIGOHIDROMNION
 

A.    Pengkajian
1.    Identitas                      :
a.    Nama                      :
b.    Umur                      :
c.    Jenis kelamin          :
d.   Usia kehamilan       :
e.    Pendidikan                         :
f.     Alamat                    :
2.    Keluhan utama
3.    Riwayat penyakit sekarang
4.    Riwayat penyakit sebelumnya
5.    Analisa data                :
·      Data subyektif
·      Data obyektif
6.    Pengkajian Fisik
a.     Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk mengikuti aktivitas hidup yang diperlukan/diinginkan (kerja dan kesenangan) dan untuk dapat tidur/istirahat.
b.    Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu untuk memenuhi kebutuhan seluler.
c.    Integritas Ego
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dan perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur pengalaman hidup.
d.   Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
e.    Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
f.     Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
g.    Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon terhadap isyarat internal dan eksternal.
h.    Nyeri/Ketidaknyamanan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan internal/eksternal untuk mempertahankan kenyamanan.
i.      Pernapasan
Kemampuan untuk memberikan dan menggunakan oksigen untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
j.      Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan, aman.
k.    Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria atau peran wanita.
l.      Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.
m.  Belajar/Mengajar
Kemampuan untuk menghubungkan dan menggunakan informasi untuk mencapai gaya hidup yang sehat/kesejahtraan optimal.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan pergerakan bayi
2.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3.      Resiko cedera terhadap janin berhubungan dengan berkurangnya cairan amnion
4.      Ansietas berhubungan dengan resiko kelahiran posterm
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal informasi
C.    Intervensi

Dx1 : Nyeri berhubungan dengan pergerakan bayi
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria hasil :
1.    Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
2.    Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi/aktifitas hiburan
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
1.      Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran


2.      Beri posisi yang menyenangkan



3.      Ajarkan teknik relaksasi napas dalam


4.      Ukur tanda-tanda vital

Kolaborasi
5.      Penatalaksanaan pemberian analgetik

6.      Siapkan untuk prosedur bedah bila diindasikan

1.      Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2.      Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secaraefektifdandapat mengurangi nyeri
3.      Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi o2 ke seluruh jaringan
4.      Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri
5.      Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan
6.      Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri

Dx2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil :
1.      Klien melaporkan perbaikan tidur.
2.      Klien melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan perasaan segar.
Intervensi
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan kehamilan. Tentukan pola tidur saat ini.
2.      Evaluasi tingkat kelelahan : anjurkan klien untuk istirahat 1-2 jam dan dapatkan 8 jam tidur per malam. Berikan informasi tentang kelelahan sedang yang normal. Kaji ulang tanggung jawab terhadap kerja dan keluarga.
3.      Kaji terhadap kejadian insomnia dan respon klien terhadap penurunan tidur. Anjurkan alat bantu untuk tidur, seperti teknik relaksasi, membaca, mandi air hangat, dan penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat.
4.      Perhatikan keluhan kesulitan bernafas karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi semifowler.




Kolaborasi
5.      Dapatkan sel darah merah (SDM) dna kadar Hb; kesampingkan masalah-masalah organic seperti anemia.
6.      Rujuk klien untuk konseling bila kekurangan tidur/kelelahan mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

1.      Membantu mengidentifikasi kebutuhan untuk menetakan pola tidur yang berbeda.

2.      Peningkatan retensi cairan, penambahan berat badan, dan pertumbuhan janin semua memperberat perasaan lelah, khususnya pada multipara dengan anak lain dan atau kebutuhan lain


3.      Ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan fisik, nokturia, dan aktivitas janin dapat mempersulit tidur.


4.      Pada posisi recumbent, pembesaran uterus serta organ abdomen menekan diafragma, sehingga membatasi ekspansi paru. Penggunaan posisi semi-fowler memungkinkan diafragma menurun, membantu mengembangkan ekspansi paru dengan optimal.
5.      Anemia dan penurunan kadar hb/sdm, mengakibatkan penurunan oksigenasi jaringan serta mempengaruhi perasaan lelah berlebihan.
6.      Mungkin perlu bagi klien menghadapi perubahan siklus tidur-terjaga, mengidentifikasi prioritas yang tepat dan memodifikasi komitmen.

Dx3 : Resiko cedera terhadap janin berhubungan dengan berkurangnya cairan
Amnion
Kriteria hasil : Mempertahankan kehamilan sampai kelangsungan hidup janin tercapai.
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Lakukan tes nitrazin.




2.      Kaji kondisi ibu yang dapat dikontraindikasikan pada terapi steroid.



3.      Kaji DJJ; catat adanya aktifitas uterus atau dilatasi serviks.




4.      Tinjau ulang pro dan kontra terapi steroid pada pasangan.

5.      Berikan betametason 12,5 mg (2 ml) IM 18.00, ulangi pada 16.00.





6.      Tekankan perlunya perawatan tindak lanjut bila pulang tanpa kelahiran.
1.     Memeriksa pecah ketuban yang menunjukkan peningkatan resiko inseksi serta mempengaruhu pilihan intervensi dan waktu kelahiran
2.     Pada hipertensi karena kehamilan dan karioamnionitis, terapi steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan kadar glukosa darah pada klien dengan diabetes.
3.     Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat dengan bayi kecil jika kontraksi uterus tetap tidak berespon terhadap tokolitik, atau jika perubahan serviks kontinu.
4.     Terapi steroid paling efektif diantara gestasi 28 dan 34 minggu untuk merangsang maturitas paru.
5.     Meskipun terapi steroid masih controversial, penelitian menandakan bahwa ini mencegah atau menurunkan beratnya sindrom distress pernapasan dengan merangsang produksi surfaktan janin.
6.     Bila janin tidak dilahirkan dalam tujuh hari pemberian steroid, dosis harus diulang setiap minggu.

Dx4 : Ansietas berhubungan dengan resiko kelahiran posterm
Tujuan :
1.    Mengungkapkan rasa takut dan masalah yang berhubungan dengan komplikasi dan atau kehamilan
2.    Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi ansietas
3.    Mendemonstarasikan keterampilan pemecahan masalah
4.    Menggunakan sumber-sumber system pendukung secara efektif
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan untuk berfungsi atau mengambil keputusan



2.      Berikan kehangatan secara emosional dan situasi mendukung ; terima klien/pasangan seperti
adanya mereka
3.      Lakukan sikap tidak terburu-buru kapanpun dalam menghadapi keluarga

4.      Berikan akses 24 jam pada tim perawatan kesehatan
5.      Tinjau ulang kemungkinan sumber-sumber ansietas






6.      Kaji tingkat stress klien berkenaan dengan komplikasi medis, hubungan pasangan, hubungan klien dengan anggota keluarga, dan ketersediaan jaringan kerja pendukung.
7.      Anjurkan klien mengekspresikan perasaan prustasi yang berkenaan dengan aturan terapi dan atau perubahan gaya hidup. Jelaskan pada klien bahwa pengungkapan dapat diterima dan penting.
8.      Observasi tanda-tanda perubahan emosional, ketidakseimbangan, atau komplik dengan keluarga atau orang terdekat.
9.      Kaji respon fisiologis terhadap ansietas (misalnya tekanan darah, nadi).



10.  Berikan informasi yang tepat secara individu mengenai intervensi atau tindakan dan dampak potensial kondisi klien dan janin.
11.  Kuatkan aspek-aspek positif dari kondisi janin, bila ada, seperti pertumbuhan dan aktivitas janin.

Kolaborasi
12.  Koordinasikan tim konferehensi termasuk klien. Buat rencana perawatan terus menerus



13.  Rujuk pada kelompok pendukung komunitas, atau pada pasangan yang telah berhasil menyelesaikan kehamilan resiko tinggi.
14.  Rujuk pada sumber-sumber konseling lain sesuai indikasi.


1.      Stres yang tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas kehamilan, dengan penerimaan normal dari kehamilan/janin dan dengan keputusan mengenai kehamilan masa datang versus sterilisasi
2.      Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya. Penerimaan yang tidak menghakimi meningkatkan rasa percaya.
3.      Rasa takut tentang ketidaktahuan dan rasa takut menjadi penghambat inkompatibel dengan psikologis dan istirahat emosional
4.      Menurunkan rasa sendiri

5.      Kehamilan tidak lengkap dihubungkan dengan beberapa ansietas bagi klien ; komplikasi selanjutnya memperberat keadaan tidak pasti mengenai hasil kehamilan. Penerimaan realita akan apa yang terjadi dapat memberikan dukungan.
6.      Hubungan keluarga yang buruk dan tidak tersedianya system pendukung dapat meningkatkan tingakt stress



7.      Klien membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan rasa marah tentang perubahan dalam hidup keluarga untuk meminimalkan tingkat ansietas. Ansietas dapat mempengaruhi pembuatan keputusan realistis.

8.      Memberikan kesempatan untuk intervensi awal.



9.      Ansietas atau stress dapat disertai dengan pelepasan katekolamin, menciptakan respon fisik yang mempengaruhi rasa sejahtera klien dan kemudian meningkatkan ansietas.
10.  Membantu untuk menurunkan ansietas karena ketidak tahuan, meningkatkan hasil kehamilan optimal.

11.  Meningkatkan kepercayaan dan harapan pada klien dan orang terdekat.


12.  Meningkatkan kelanjutan perawatan dan pendekatan tim pada situasi. Bila perawatan dirumah sakit diperlukan, tingakat stress cenderung meningkat setelah dua minggu dan tetap tinggi selama sisa perawatan dirumah sakit.
13.  Menurunkan rasa kesepian dan dapat membantu pasangan mengembangkan pandangan positif pada kehamilan.

14.  Konseling atau terapi mungkin perlu untuk membantu klien mengungkapkan dengan lebih bebas dan memeriksa ansietas yang tidak teratasi.

Dx5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal pengetahuan
Kriteria hasil :
1.      Memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri dan janin.
2.      Tidak meminum obat tanpa memberi tahu dokter kandungannya.
3.      Tidak merokok, minum alcohol, dan obat-obat terlarang.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.


2.      Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenan dengan perubahan fisiologi/psikologi yang normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
3.      Klarifikasi kesalahpahaman.



4.      Tentukan derajat motivasi untuk belajar.

5.      Identifikasi siapa yang memberikan dukungan/intruksi dalam kebudayaan klien (mis.,nenek/anggota keluarga lain, cuerandero, penyembuh lain). Kerja dengan orang yang medukung bila mungkin, menggunakan pengalih bahasa sesuai kebutuhan.
6.      Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
7.      Tentukan sikap klien terhadap asuhan yang diberikan oleh pria, versus bidan atau pra
ktisi wanita.






8.      Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi (mis., tes urin, pemantuan TD, berat badan). Kuatkan pentingnya mempertahankan perjanjian teratur.



9.      Berikanan bimbingan antisipasi, meliputi diskusi tentang nutrisi, latihan yang nyaman, istirahat, pekerjaan, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kebiasaan/gaya hidup sehat.
10.  Tinjauan ulang kebutuhan vitamin, besi sulfat, dan asam folat prenatal.














11.  Diskusikan perkembangan janin dengan menggunakan gambar.

12.  Jawab pertanyaan tentang perawatan dan memberikan makan bayi.
13.  Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti pendarahan, kram, nyeri abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala, dan tekanan pelvis.



14.  Identifikasi hal yang membahayakan pada janin. Kaji oabt-obatan yang digunakan klien (nikotin, alcohol, kokain dan sebagainya). Tekankan perlunya menghidari semua obat-obatn tersebut sampai dikonsultasikan dengan anggota tim kesehatan.
15.  Rujuk klien pada kelas persiapan kelahiran anak. Berikan daftar bacaan yang di anjurkan.

1.      Peran penyuluh/konselor dapat memberikan bimbingan antisipasi dan meningkatkan tanggung jawab individu terhadap kesehatan.
2.      Memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana perawatan.



3.      Ketakutan biasa timbul dari kesalahan informasi dan dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya.
4.      Klien dapat memahami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan untuk belajar tersebut jelas.
5.      Membantu menjamin kualitas/kontinuitas asuhan karena orang pendukung mungkin lebih berhasil daripada dokter/perawat/bidan dalam memberikan informasi.


6.      Penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
7.      Beberapa budaya memandang dokter medis sebagai seseorang yang menangani penyakit dan menggunakan bidan/cuerandero untuk kelahiran sehat. Tuntutan kesopanan atau budaya dapat menghambat asuhan yang dilakukan pria dan/atau dapat meminta suami tetap di ruangan selama asuhan diberikan.
8.      Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan hasil positif untuk ibu/bayi. Perbedaan budaya memberi tekanan pada fase kehamilan yang berbeda (mis., prenatal, kelahiran, atau pascanatal), dan budaya klien mungkin tidak memprtimbangkan bahwa kunjungan prenatal penting.
9.      Informasi mendorong penerimaan tanggung jawab dan meningkatkan keinginan untuk melakukan perawatan diri.

10.  Membantu mempertahankan kadar Hb normal. Defisiensi asam folat memperbesar kemungkinan terkena anemia megablastik, abrupsio plasenta, aborsi, dan malformasi janin. Penelitian mengindikasikan suplemen zat besi mungkin tidak dibutuhkan sampai trimester kedua dan ketiga, pada saat kebutuhan najin meningkat. (Catatan: Zat besi mungkin dikontraindikasikan pada anemia sel sabit karena kemungkinan kelebihan, namun, klien mungkin memerlukan peningkatkan asam folat selama dan setelah krisis sel sabit.)
11.  Visualisasi meningkatkan realita akan anak dan menguatkan proses pembelajaran.
12.  Memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat pilihan.
13.  Membantu klien membedakan yang normal abnormal sehingga membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu yang tepat (Tanda-tanda dan gejala-gejala merugikan dapat dipandang sebagai kejadian “normal” untuk kehamilan dan bantuan mungkin tidak dicari.
14.  Janin paling rentan dalam trimester pertama selam periode kritis perkembangan organ.



15.  Penamabahan pengetahuan membantu menurunkan rasa takut tentang ketidaktahuan dan meningkatkan rasa percaya diri, pasangan dapat mengatur dpersiapan kelahiran anak.





DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD. Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas/E.6. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke 2. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika.
Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB- SP.

2 komentar: