Kamis, 13 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM MUSKULUSKELETAL PADA KLIEN DENGAN NEOPLASMA TULANG


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
                  
            Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
            Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

B.       Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
setelah mengikuti kuliah atau seminar  ini diharapkan mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan Neoplasma.
2.      Tujuan khusus
a.    Mahasiswa Mampu menjelaskan pengertian dari Neoplasma Pada Tulang
b.    Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi dari Neoplasma pada Tulang
c.    Mahasiswa mampu menjelaskan Manefistasi klinis dari Neoplasma Padaa Tulang
d.   Mahasiswa Mampu menjelaskan Patofisiologi dari Neoplasma Pada Tulang
e.    Mahasiswa mampu menjelaskan Pathway dari Neoplasma Pada Tulang
f.     Mahaswa mampu menjelaskan Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Neoplasma pada Tulang
g.    Mahaswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan pada Neoplasma Tulang
h.    Mahasiswa mampu melaksanakan Pengkajian menyeluruh pada pasien Neoplasma Tulang
i.      Mampu menjelaskan dan menentukan masalah keperawatan pada pasien Neoplasma tulang
j.      Mampu melakukan Intervensi dan Implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada pasien Neoplasma tulang
k.    Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan Neoplasma Tulang

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN
      Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
      Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).
dalam kasus tumor pada tulang dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tumor tulang jinak dan tumor tulang ganas :
a)      Tumor Jinak
Osteoma
Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak  dan ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klassik berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat, tidak nyeri. Pada pemeriksaan radiografi, ostioma perifer tampak sebagai lesi r lesi menimbulakan addiopak yang meluass dari perrmukaan tulang, osteoma sentral tmpak sebagai suatu massa sklerotikterbatas jelas dii dalam tulang. Kalau leasi menimbukan gejala-gejala, membesar, atau menyebakan ketidak mampuan maka perawatan ayang di pilaih adalah eksisi osteoma dengan pembedahan . operasi pembuangan bagaian tulang yang menbesar ini uga dilakukan ntuk tujuan diagnostic pada lesi-lesi yang besar. Eksisi meemberikan penyembuhan pada tulang
Kondroblastoma. Tumor jinak yang jarang di temukkan, dan biasanya paling sering mengenai anak-anak pada remaja. Tumor ininsecra ini di ntemukkan di efipissi. Tempat paling sring trserang adalah tulang huherus. Gejala seringkali nberupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tyulang rawan. Perawatannya dengan eksisi pembedahan . jika kambuh, tumor ini akan di tanggani dengan eksisi, bdah beku atau radioterapi
Endrokoma
Endrokoma ataunkondroma sentral adalah tomur jinak sel-sel rawan displatik yang timbul pada  metafisis tulang fibula, terutama pada tanggan dan kaki. Pada pemerikasasn radiografi didapati titik-titik perkapuran yang berbatas tegas , membesar dan menipis. Tanda ini merupakan cirri khas dari tumor . tumor berkembang semasa pertumbuhan pada nak-anak atau remaja. Keadaan ini meningkatkan fraktur patologis u tuk jenis gangguan ini biasanyandi akukan pembedahan dengan kuretase dan pencangkokan tulang.
Tomor sel raksasa
Sifat khas sel raksasa adalah adanya stroma vascular yang terdiri dari sel-sel dan bentuk oval yang mengandung sejumkllah nucleus lonjong , kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini merupaakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini mengandung sejumlah  nucleus yang vesicular dan menyerupai sel-sel stroma. Walaupun tumor ini dianggap jinak tetapi teteap memiliki derajat keganasaaan bergantung pada sifat sarkopatosa dari stromanya . padajenis yang ganas, tumor ini menjadi anaplastik dengan daerah-daerah nekrosis dan perdarahan .
Tomur-tumor sel raksasa terjadi pada orang dewasa muda dan lebih banyak terjadi pada perempuan. Tempat-tempat biasa yangt di sarang pada tumor ini adalah ujung-ujung tulang panjang radius. Gejala yang paling seringn adalah nyeri . juga ada kterbatasan gerakan sendi dan keleamahan. Setelah dibiopsi untuk memastikan adanyan tumor ini , biasanya diperlukkan ekssii yang cukup luas, termasuk pengakagkatan di tepi tumor,. Tomur ini cenderung kambuh secara local dan tumor yang kambuh setelah suatau ekssisi yang tidak bersih biasanya lebih ganas . dengan melakukan biopsy maka diagnosis dapat di tegakkan dan yang di sertai tindakan rekontruksi segera dapat di lakukan . pada kasus-kasus tomor sel raksasa ini menyerang sautu daerah yang luas di bagaian distal radius , maka bagian fraoksiumal fibula pasien dapat di cangkokkanuntuk rekontrukasi lenggan bawah.
b)      Tumor ganas
Sarkoma Osteogenik
sarcoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang. tempat yang paling sering terkena tumor ini adalah bagian tulang-tulang panjang, terutama lutut. sarcoma osteogenik paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang baru menginjak masa bewasa, tetapi dapat juga menyerang pasien penyakit Paget yang berusia lebih dari 58 tahun. nyeri yang disertai distruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari penyakit ini.
Penampakan kasar ari sarcoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut dapat berupa (1) oateolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor, atau (2) osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklorotik yang baru. Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat dengan lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang berbentuk segitiga. walaupun deposit tulang ini terlihat pada banyak keganasan tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik, tumor itu sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. gangguan seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran sinar matahari).
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan  tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya merupakan pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan. tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif. tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor in adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemotrapi. untuk lesi-lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-lang, penatalaksanaan yng paling tepat mungkin adalah dengan melakukan amputasi.
Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing paling swring terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang palings erring adalah korpus tlang-tulang panjang. penampilan kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak korteks tulang dari sebelah dalam. dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan peralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.
Sifat-sifat neoplasma ganas.
1)      Neoplasma ganas umumnnya tumbuh lebih cepat dan hamper selalu tumbuh secara progresif
2)      Sel neoplasma ganas tidak sekohesif sel jinak
3)      Pola penyebaran neoplasma ganas sering kali sangat tidak teratur.
4)      Neoplasma ganas cendrung tidak berkapsul dan biasanya merka tidak mudah dipisahkan dari sekitar seperti neoplasma jinak
5)      Kenyataannya neoplasma ganas menyerbu masuk kesekitar mereka bukan mendesak mereka kesamping. Sel-sel ganas apakah dalam kelompok, benang atau tunggal kelihatannya mencari jalan kejaringan sekitarnya dengan cara destruktif.
Sel-sel neoplasma ganas berploriferasi mampu untuk melepaskan diri dari tumor induk (tumor primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain.
B.     ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang berhubungan  dan memungkinkan menjadi factor penyebab terjadinya  tumor tulang yang meliputi:
1.      Genetik. Beberapa kelainan gentik dikaitkan dengan terjadinya keganasna tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan  sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mem[punya iperanan dalam  kejadian sarcoma,  antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui  mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine DoubelMinute 2). Gen ini dapat mnghassilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
2.      Radiasi. Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.  Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah dketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara rdiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
3.      Bahan Kimia. Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, teta[pi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma,  sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
4.      Trauma sekitar 30 % kasus keganassan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
5.      Limfedema kronis. Limfedema akibat operasi atu radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma dapa estremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mamma yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
6.      Infeksi. Keganasan pada jaringan luank dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariais dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

C.     MANIFESTASI KLINIS
1.      Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2.      Fraktur patologi
3.      Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas  (Gale, 1999)
4.      Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
5.      Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise. (Smeltzer., 2001)

D.    PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Adanya tumor tulang Jaringan lunak di invasi oleh tumor, Reaksi tulang normal, Osteolitik (destruksi tulang), Osteoblastik (pembentukan tulang) destruksi tulang lokal, Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, Pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

E.     PATHWAY

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
      Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
      Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999).
2.      Tindakan keperawatan
a.       Manajemen nyeri
      Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b.      Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
      Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c.       Memberikan nutrisi yang adekuat
      Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d.      Pendidikan kesehatan
      Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)

H.    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.       Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b.      Pemeriksaan fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas.
Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal sering hilang dengan posisi flexi, anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat, Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.



c.       Pemeriksaan Diagnostik
            Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).(Wong, 2003)
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
b.      Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
d.      Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
(Doengesm 1999)
e.       Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak (Wong, 2003)
3.      RENCANA INTERVENSI
a.       Dx 1
Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri
KH :
·      Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
·      Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

INTERVENSI
RASIONAL
1.     Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri

2.     Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )

3.     Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi

4.     Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.


memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.


Meningkatkan relaksasi klien



Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien


Mengurangi nyeri dan spasme otot
(Doenges, 1999)


b.      Dx 2
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan
KH :
·      Pasien tampak rileks
·      Melaporkan berkurangnya ansietas
·      Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

INTERVENSI
RASIONAL
1.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan

2.    Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara

3.    Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien

4.    Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis
Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya

Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.

Menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.
(Doenges, 1999


c.       Dx 3
Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
KH : penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% ).

INTERVENSI
RASIONAL
1.     Catat asupan makanan setiap hari


2.     Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.

3.     Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.




4.     Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi

Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal

Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.

Membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
(Doenges, 1999)



d.      Dx 4
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH : Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.

INTERVENSI
RASIONAL
1.    Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.

2.    Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan.



3.    Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien
R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.


Membantu dalam pemecahan masalah




R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. (Doenges, 1999)


e.       Dx. 5
Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
KH :
·      Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
·      Mengalami peninggkatan mobilitas

INTERVENSI
RASIONAL
1.    Lakukan pendekatan langsung dengan klien.

2.    Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.

3.    Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien

4.    Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
Meningkatkan rasa percaya dengan klien

Memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan

Membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien

secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi
(Wong, 2003)



4.      IMPLEMENTASI
Lakukan sesuai dengan Intervensi
5.      EVALUASI
1.      Pasien mampu mengontrol nyeri
a.       Melakukan teknik manajemen nyeri,
b.      Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c.       Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
2.      Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
a.       Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
b.      Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
c.       Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
3.      Masukan nutrisi yang adekuat
a.       Mengalami peningkatan berat badan
b.      Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
c.       Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi

4.      Memperlihatkan konsep diri yang positif
a.       Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
b.      Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
c.       Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi


B A B  I I I
P E N U T U P
A      KESIMPULAN
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
·         Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
·         Keturunan
·         Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001
     Dengan manifestasi klinis nyeri , keterbatasan gerak, kehilangan berat badan., peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena ,lesi primer dapat mengenai semua tulang, malaise ,demam. Adapun klasifikasinya yaitu 1) banigna : Osteoma, Chondroma, Osteohondroma, bukan neoplasma sejati, 2) maligna : Osteosarkoma, Ewings sarkoma, Multiple myeloma ,Fibrosarkoma ,Chondro sarcoma, Tumor tulang maligna sekunder yaitu berasal dari metaste , 3) Kangker tulang metastatic. Dalam konsep asuhan keperawatan kita mengkaji tentang identitas klien, riwayat penyakit baru, riwayat penyakit lama, riwayat penyakit keluarga. Dan ada beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik tentang skala nyeri, lokasi. Pemeriksaan penunjang bisa biopsy dan dapat menentukkan grade. Dari pemeriksaan fisik dan diagnostic kita dapat membuat analisis data untuk menetapkan beberapa diagnose keperawatan.
     Diagnose yang minkin muncul adalah nyeri yang  berhhubungan dengan ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya,perdarahan atau degenerasi. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan penekanan kejaringan sekitarnya, perdarahan,atau degenerasi. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang berlebihan. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan keterbatasan keterbatasan dan kelemahan ketahanan fisik, penurunan ketidakmampuan pergerakan. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan peningkatan kerusakan pembuluh darah kapiler dan trauma jaringan lunak. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi. Ansietas yang berhubungan dengan prognosis penyakit. Ketidak efektifan koping yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peran yang actual atau dirasakan. Defisiensi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peran yang actual atau dirasakan.

B       SARAN
Semoga makalah tugas in dapat menjadi bacaan yang baik bagi pembacanya, dan dapat di pahami. Namun makalah ini penuh dengan kesalahan dan kekurangan maka kami terima kritik dan saran dari pembaca agar bisa menjadi makalah yang lebih baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar