BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Menurut Errol untung hutagalung,
seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam
kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri
dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%).
Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor
tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam
stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika
belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup
sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang
kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih
sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain,
sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan
pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal
dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut
Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant)
atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, 1991).
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
setelah mengikuti kuliah atau
seminar ini diharapkan mahasiswa mampu
membuat Asuhan Keperawatan Neoplasma.
2. Tujuan
khusus
a. Mahasiswa Mampu menjelaskan pengertian dari Neoplasma Pada Tulang
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi dari Neoplasma
pada Tulang
c. Mahasiswa mampu menjelaskan Manefistasi klinis dari
Neoplasma Padaa Tulang
d. Mahasiswa Mampu menjelaskan Patofisiologi dari
Neoplasma Pada Tulang
e. Mahasiswa mampu menjelaskan Pathway dari Neoplasma
Pada Tulang
f. Mahaswa mampu menjelaskan Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada Neoplasma pada Tulang
g. Mahaswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan pada
Neoplasma Tulang
h. Mahasiswa mampu melaksanakan Pengkajian
menyeluruh pada pasien Neoplasma Tulang
i. Mampu
menjelaskan dan menentukan masalah
keperawatan pada pasien Neoplasma tulang
j. Mampu
melakukan Intervensi dan Implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul pada pasien Neoplasma tulang
k. Mampu
mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan Neoplasma Tulang
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
PENGERTIAN
Tumor merupakan salah satu
dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti
bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal
jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang
ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, 1991).
dalam kasus tumor pada tulang dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tumor tulang jinak dan tumor tulang
ganas :
a) Tumor
Jinak
Osteoma
Osteoma
merupakan lesi tulang yang bersifat jinak
dan ditandai oleh pertumbuhan tulang yang abnormal. Osteoma klassik
berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh dengan lambat, tidak nyeri. Pada
pemeriksaan radiografi, ostioma perifer tampak sebagai lesi r lesi menimbulakan
addiopak yang meluass dari perrmukaan tulang, osteoma sentral tmpak sebagai
suatu massa sklerotikterbatas jelas dii dalam tulang. Kalau leasi menimbukan
gejala-gejala, membesar, atau menyebakan ketidak mampuan maka perawatan ayang
di pilaih adalah eksisi osteoma dengan pembedahan . operasi pembuangan bagaian
tulang yang menbesar ini uga dilakukan ntuk tujuan diagnostic pada lesi-lesi
yang besar. Eksisi meemberikan penyembuhan pada tulang
Kondroblastoma. Tumor jinak yang jarang
di temukkan, dan biasanya paling sering mengenai anak-anak pada remaja. Tumor
ininsecra ini di ntemukkan di efipissi. Tempat paling sring trserang adalah
tulang huherus. Gejala seringkali nberupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan
tyulang rawan. Perawatannya dengan eksisi pembedahan . jika kambuh, tumor ini
akan di tanggani dengan eksisi, bdah beku atau radioterapi
Endrokoma
Endrokoma ataunkondroma sentral adalah
tomur jinak sel-sel rawan displatik yang timbul pada metafisis tulang fibula, terutama pada
tanggan dan kaki. Pada pemerikasasn radiografi didapati titik-titik perkapuran
yang berbatas tegas , membesar dan menipis. Tanda ini merupakan cirri khas dari
tumor . tumor berkembang semasa pertumbuhan pada nak-anak atau remaja. Keadaan
ini meningkatkan fraktur patologis u tuk jenis gangguan ini biasanyandi akukan
pembedahan dengan kuretase dan pencangkokan tulang.
Tomor
sel raksasa
Sifat khas sel raksasa adalah adanya
stroma vascular yang terdiri dari sel-sel dan bentuk oval yang mengandung
sejumkllah nucleus lonjong , kecil dan berwarna gelap. Sel raksasa ini
merupaakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah muda. Sel ini
mengandung sejumlah nucleus yang
vesicular dan menyerupai sel-sel stroma. Walaupun tumor ini dianggap jinak
tetapi teteap memiliki derajat keganasaaan bergantung pada sifat sarkopatosa
dari stromanya . padajenis yang ganas, tumor ini menjadi anaplastik dengan
daerah-daerah nekrosis dan perdarahan .
Tomur-tumor sel raksasa terjadi pada
orang dewasa muda dan lebih banyak terjadi pada perempuan. Tempat-tempat biasa
yangt di sarang pada tumor ini adalah ujung-ujung tulang panjang radius. Gejala
yang paling seringn adalah nyeri . juga ada kterbatasan gerakan sendi dan
keleamahan. Setelah dibiopsi untuk memastikan adanyan tumor ini , biasanya
diperlukkan ekssii yang cukup luas, termasuk pengakagkatan di tepi tumor,.
Tomur ini cenderung kambuh secara local dan tumor yang kambuh setelah suatau
ekssisi yang tidak bersih biasanya lebih ganas . dengan melakukan biopsy maka
diagnosis dapat di tegakkan dan yang di sertai tindakan rekontruksi segera
dapat di lakukan . pada kasus-kasus tomor sel raksasa ini menyerang sautu
daerah yang luas di bagaian distal radius , maka bagian fraoksiumal fibula
pasien dapat di cangkokkanuntuk rekontrukasi lenggan bawah.
b) Tumor
ganas
Sarkoma
Osteogenik
sarcoma
osteogenik atau osteosarkoma
merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. tumor ini tumbuh dibagian
metafisis tulang. tempat yang paling sering terkena tumor ini adalah bagian
tulang-tulang panjang, terutama lutut. sarcoma osteogenik paling banyak
menyerang anak remaja dan mereka yang baru menginjak masa bewasa, tetapi dapat
juga menyerang pasien penyakit Paget yang berusia lebih dari 58 tahun. nyeri
yang disertai distruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari penyakit ini.
Penampakan
kasar ari sarcoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut dapat berupa (1)
oateolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan lunak
diinvasi oleh tumor, atau (2) osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang
sklorotik yang baru. Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat dengan
lesi, dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan
yang berbentuk segitiga. walaupun deposit tulang ini terlihat pada banyak
keganasan tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik, tumor itu sendiri
dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. gangguan
seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran
sinar matahari).
Kondrosarkoma
Kondrosarkoma
merupakan tumor tulang ganas yang
terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang
perifer atau sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia
diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang
berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan
gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya merupakan
pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan. tetapi
mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif.
tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor in adalah : pelvis, femur,
tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
Pada
radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan
bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik yang dilakukan
pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan
bedah beku, radioterapi, dan kemotrapi. untuk lesi-lesi besar yang agresif dan
kambuh berulang-lang, penatalaksanaan yng paling tepat mungkin adalah dengan
melakukan amputasi.
Sarkoma
Ewing
Sarkoma
Ewing paling swring terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang
palings erring adalah korpus tlang-tulang panjang. penampilan kasar adalah
berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak
korteks tulang dari sebelah dalam. dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan
tulang yang baru diendapkan peralel dengan batang tulang sehingga membentuk
gambaran seperti tulang bawang.
Sifat-sifat
neoplasma ganas.
1) Neoplasma
ganas umumnnya tumbuh lebih cepat dan hamper selalu tumbuh secara progresif
2) Sel
neoplasma ganas tidak sekohesif sel jinak
3) Pola
penyebaran neoplasma ganas sering kali sangat tidak teratur.
4) Neoplasma
ganas cendrung tidak berkapsul dan biasanya merka tidak mudah dipisahkan dari
sekitar seperti neoplasma jinak
5) Kenyataannya
neoplasma ganas menyerbu masuk kesekitar mereka bukan mendesak mereka
kesamping. Sel-sel ganas apakah dalam kelompok, benang atau tunggal
kelihatannya mencari jalan kejaringan sekitarnya dengan cara destruktif.
Sel-sel
neoplasma ganas berploriferasi mampu untuk melepaskan diri dari tumor induk
(tumor primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain.
B.
ETIOLOGI
Penyebab pasti
terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,
Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Meskipun
tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi
factor penyebab terjadinya tumor tulang
yang meliputi:
1. Genetik.
Beberapa kelainan gentik dikaitkan dengan terjadinya keganasna tulang, misalnya
sarcoma jaringan lunak atau soft tissue
sarcoma (STS). Dari data penelitian
diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah
diketahui ,mem[punya iperanan dalam
kejadian sarcoma, antara lain gen
RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen
lain yang juga diketahui mempunyai
peranan adalah gen MDM-2 (Murine
DoubelMinute 2). Gen ini dapat mnghassilkan suatu protein yang dapat
mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi
seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat
radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien
penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah dketahui sejak 1922.
Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor
yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara rdiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
3. Bahan
Kimia. Bahan kimia seperti Dioxin dan
Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, teta[pi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium
dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma,
pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan
angiosarkoma hepatik.
4. Trauma
sekitar 30 % kasus keganassan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar,
dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
5. Limfedema
kronis. Limfedema akibat operasi atu radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma
dan kasus limfangiosarkoma dapa estremitas superior ditemukan pada klien
karsinoma mamma yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan luank dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi
parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariais dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
C.
MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah
pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2. Fraktur
patologi
3. Pembengkakan
pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas (Gale, 1999)
4. Teraba
massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena
5. Gejala-gejala
penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan
malaise. (Smeltzer., 2001)
D.
PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada
tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari
tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran
tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka
terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi,
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Adanya tumor tulang
Jaringan lunak di invasi oleh tumor, Reaksi tulang normal, Osteolitik
(destruksi tulang), Osteoblastik (pembentukan tulang) destruksi tulang lokal,
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, Pertumbuhan
tulang yang abortif.
Kelainan congenital,
Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan fisik berulang, Hormon,
Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat
menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat
benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor
jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat
membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah
dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor
ganas (kanker) tumbuh
cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas
tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan
seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena.
Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat
tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh
lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi
terganggu.
Kanker adalah sebuah
penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan
sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat
yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,
dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh
sel kanker
adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk
DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase
mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
E.
PATHWAY
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis didasarkan
pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, mielogram,
asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan
foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya
stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma
osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara,
paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan,
anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus
diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi
histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan
kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).
G.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan
medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan
fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum
meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan
pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang
sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau
terapi kombinasi.
Osteosarkoma
biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin)
cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)
dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam
kombinasi.
Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan
normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999).
2. Tindakan
keperawatan
a. Manajemen
nyeri
Teknik
manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b. Mengajarkan
mekanisme koping yang efektif
Motivasi
klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau
rohaniawan.
c. Memberikan
nutrisi yang adekuat
Berkurangnya
nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik
relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan
kesehatan
Pasien
dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)
H. KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit,
bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien
mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan
misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari,
kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b. Pemeriksaan
fisik
Teraba massa tulang dan peningkatan suhu
kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, Pembengkakan pada atau di atas
tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas.
Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang
sakit, mungkin hebat atau dangkal sering hilang dengan posisi flexi, anak
berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan
objek berat, Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda
inflamasi, nodus limfe regional.
c. Pemeriksaan
Diagnostik
Radiografi, tomografi, pemindaian
tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk
diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).(Wong, 2003)
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologi
b. Koping
tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
c. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
d. Gangguan
harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
(Doengesm 1999)
(Doengesm 1999)
e. Berduka
berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak (Wong, 2003)
3. RENCANA
INTERVENSI
a. Dx
1
Tujuan: klien mengalami pengurangan
nyeri
KH :
· Mengikuti
aturan farmakologi yang ditentukan
· Mendemontrasikan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi
individu.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji
status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri
2. Berikan
lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )
3. Ajarkan
teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi
4. Kolaborasi
: Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
|
memberikan data dasar untuk menentukan
dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
Meningkatkan relaksasi klien
Meningkatkan relaksasi yang dapat
menurunkan rasa nyeri klien
Mengurangi nyeri dan spasme otot
(Doenges, 1999) |
b. Dx
2
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan
mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan
KH :
· Pasien
tampak rileks
· Melaporkan
berkurangnya ansietas
· Mengungkapkan
perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Motivasi
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
2. Berikan
lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara
3. Pertahankan
kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien
4.
Berikan informasi
akurat, konsisten mengenai prognosis
|
Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis
Membina hubungan saling percaya dan membantu
pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
atau ditolak.
Menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien
membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.
(Doenges, 1999 |
c. Dx
3
Tujuan : mengalami peningkatan asupan
nutrisi yang adekuat
KH : penambahan berat badan, bebas tanda
malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% ).
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Catat
asupan makanan setiap hari
2. Ukur
tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
3. Berikan
diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
4. Kolaborasi
: Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
|
Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
Mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori
khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
Memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan
cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.
Membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
(Doenges, 1999) |
d. Dx
4
Tujuan : mengungkapan perubahan
pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan
tidak mampu.
KH : Mulai mengembangkan mekanisme
koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Diskusikan
dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan
pribadi pasien dan keluarga.
2. Motivasi
pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan.
3.
Pertahankan kontak
mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh
pasien
|
R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai
proses pemecahan masalah.
Membantu dalam pemecahan masalah
R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan
saling percaya dengan pasien dan keluarga. (Doenges, 1999)
|
e. Dx.
5
Tujuan : Keluarga dan klien siap
menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
KH :
· Pasien
menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak
· Mengalami
peninggkatan mobilitas
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Lakukan
pendekatan langsung dengan klien.
2. Diskusikan
kurangnya alternatif pengobatan.
3. Ajarkan
penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai
dengan kemampuan pasien
4.
Motivasi dan libatkan
pasien dalam aktifitas bermain
|
Meningkatkan rasa percaya dengan klien
Memberikan dukungan moril kepada klien untuk
menerima pembedahan
Membantu dalam melakukan mobilitas dan
meningkatkan kemandirian pasien
secara tidak langgsung memberikan latihan
mobilisasi
(Wong, 2003) |
4. IMPLEMENTASI
Lakukan sesuai dengan Intervensi
5. EVALUASI
1. Pasien
mampu mengontrol nyeri
a. Melakukan
teknik manajemen nyeri,
b. Patuh
dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c. Tidak
mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari
2. Memperlihatkan
pola penyelesaian masalah yang efektif.
a. Mengemukakan
perasaanya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki pasien
c. Keluarga
mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
3. Masukan
nutrisi yang adekuat
a. Mengalami
peningkatan berat badan
b. Menghabiskan
makanan satu porsi setiap makan
c. Tidak
ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
4. Memperlihatkan
konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan
kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
b. Memperlihatkan
penerimaan perubahan citra diri
c. Klien
dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi
B
A B I I I
P
E N U T U P
A KESIMPULAN
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
·
Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
·
Keturunan
·
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001
Dengan manifestasi klinis nyeri , keterbatasan gerak,
kehilangan berat badan., peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena
,lesi primer dapat mengenai semua tulang, malaise ,demam. Adapun klasifikasinya
yaitu 1) banigna : Osteoma, Chondroma, Osteohondroma, bukan neoplasma sejati,
2) maligna : Osteosarkoma, Ewings sarkoma, Multiple myeloma ,Fibrosarkoma
,Chondro sarcoma, Tumor tulang maligna sekunder yaitu berasal dari metaste , 3)
Kangker tulang metastatic. Dalam konsep
asuhan keperawatan kita mengkaji tentang identitas klien, riwayat penyakit
baru, riwayat penyakit lama, riwayat penyakit keluarga. Dan ada beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik tentang skala nyeri, lokasi. Pemeriksaan
penunjang bisa biopsy dan dapat menentukkan grade. Dari pemeriksaan fisik dan
diagnostic kita dapat membuat analisis data untuk menetapkan beberapa diagnose
keperawatan.
Diagnose yang minkin muncul adalah nyeri
yang berhhubungan dengan ekspansi tumor
yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya,perdarahan atau degenerasi.
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan kejaringan sekitarnya, perdarahan,atau degenerasi. Risiko
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang berlebihan.
Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan keterbatasan keterbatasan dan
kelemahan ketahanan fisik, penurunan ketidakmampuan pergerakan. Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan peningkatan kerusakan pembuluh darah
kapiler dan trauma jaringan lunak. Defisit perawatan diri yang berhubungan
dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh
penyakit atau terapi gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan
ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau
terapi. Ansietas yang berhubungan dengan prognosis penyakit. Ketidak efektifan
koping yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peran yang actual atau
dirasakan. Defisiensi pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan gaya
hidup atau perubahan peran yang actual atau dirasakan.
B SARAN
Semoga makalah tugas in
dapat menjadi bacaan yang baik bagi pembacanya, dan dapat di pahami. Namun
makalah ini penuh dengan kesalahan dan kekurangan maka kami terima kritik dan
saran dari pembaca agar bisa menjadi makalah yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar