BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Posyandu
merupakan wujud partisipasi atau peran aktif masyarakat dalam memelihara dan
menjaga kesehatannya. Posyandu diselenggarakan oleh masyarakat sendiri dengan
bimbingan dan pembinaan dari petugas lintas sektor terkait. Semula dasar
diselenggarakannya posyandu ialah mendekatkan pelayanan KB-Kesehatan kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan cakupan terhadap penduduk yang
membutuhkan. Posyandu berfungsi sebagai jembatan dalam pembentukan jaringan
pelayanan KB Kesehatan di tingkat masyarakat antara fasilitas kesehatan dengan
rumah tangga. Dalam perkembangannya posyandu juga berfungsi sebagai forum
komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2006).
Semua posyandu
di data tingkat pencapaiannya, baik dari segi pengorganisasian maupun
pencapaian programnya yang bertujuan untuk melakukan kategorisasi atau
stratifikasi posyandu, yang bisa dikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu mualai dari
tingkat terendah sampai tingkat tertinggi sebagai berikut yang pertama yaitu posyandu
pratama adalah posyandu yang masih belum mantap kegiatannya, belum bisa rutin
tiap bulan dan kader yang aktif terbatas. Kemudian posyandu madya yaitu posyandu
yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan
rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cangkupan
program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari
50%. Ini berarti, kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tapi rendah
cangkupannya. Sedangkan posyandu purnama yaitu posyandu yang frekuensinya kegiatannya
lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau
lebih, dan cangkupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih
dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah ada dana sehat yang masih
sederhana. Dan posyandu mandiri yaitu posyandu yang sudah dapat melakukan
kegiatan secara teratur, cakupan 5 programnya sudah bagus, ada program
tambahan, ada dana sehat dan telah menjangkau lebih dari 50 % KK (Depkes RI,
2006).
Menurut laporan
Puskesmas tercatat perkembangan posyandu pada saat ini
terdapat 39 posyandu pratama, 11 posyandu madya, dan 6 posyandu purnama dari
total jumlah posyandu sebanyak 56. Sedangkan posyandu di Desa Kembang Kerang Daya
Wilayah Kerja Puskesmas Aikmel Kab.Lotim sendiri termasuk dalam posyandu yang
sebagian besar termasuk dalam posyandu strata pratama yang bisa dikatakan
posyandu yang tingkat perkembangannya paling rendah, karena kegiatan posyandunya
masih belum mantap dan kader yang aktif terbatas.
Melihat
penomena di atas, maka peran dari motivasi dan pengetahuan kader terhadap
perkembangan posyandu di Desa Kembang Kerang Daya tidak bisa diabaikan, karena
pengetahuan dan motivasi kader dapat menunjang keberhasilan dari kegitan
posyandu tersebut.
Berdasarkan
data di atas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada Hubungan Motivasi dan Pengetahuan
Kader Dengan Tingkat Perkembangan Posyandu di Desa
1.2 Rumusan Masalah
“Adakah
Hubungan Antara Motivasi dan Pengetahuan Kader Dengan Tingkat Perkembangan Posyandu
di Desa
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui adanya Hubungan Motivasi Dan Pengetahuan Kader Dengan Tingkat
Perkembangan Posyandu di Desa
1.3.2
Tujuan
Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat motivasi kader posyandu di Desa Kembang Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas
b.
Mengidentifikasi
tingkat pengetahuan kader tentang kesehatan dan posyandu di Desa Kembang Kerang
DayaWilayah Kerja Puskesmas
c.
Mengidentifikasi
tingkat perkembangan posyandu berdasarkan keberadaan kader di Desa Kembang
Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas
d.
Menganalisis
hubungan antara motivasi kader dengan tingkat perkembangan posyandu di Desa Kembang
Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas .
e.
Menganalisis
hubungan pengetahuan kader dengan tingkat perkembangan posyandu di Desa
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi
Kader
a. Mendapatkan
informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI
dan AKB.
b. Dapat
mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah
kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
1.4.2
Bagi
Masyarakat
a. Memperoleh
kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Memperoleh
bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait
kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi
dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.
1.4.3
Bagi Keperawatan
Dengan
adanya hasil penelitian ini dapat membantu melengkapi konsep-konsep
keperawatan, dalam meningkatkan motivasi dan pengetahuan kader dengan tingkat
perkembangan posyandu yang lebih meningkat.
1.4.4
Bagi Peneliti Lain
Dengan
adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang cangkupan komunitasnya lebih luas.s
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Motivasi
2.1.1
Pengertian
Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan
sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang di
indikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan
dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan
kehormatan atas diri, lingkungan yang
baik serta kegiatan yang menarik.
Menurut Mc Donald Cit Sardiman (2001), motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan tanggapan adanya
tujuan. Dari pengertian yang diungkapkan Mc Donald, motivasi mengandung tiga
elemen penting yaitu:
a. Motivasi
mengawali perubahan yaitu elemen pada diri setiap individu manusia karena
menyangkut perubahan energi manusia, walaupun motivasi itu muncul dalam diri
manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi
dirangsang karena adanya tujuan. Sebenarnya motivasi ini merupakan respon diri
suatu aksi yakni tujuan-tujuan menyangkut soal kebutuhan.
Dari ketiga elemen di atas, dapat
dikatakan bahwa motivasi sebagai suatu yang kompleks, motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia sehingga akan
bergayut dengan masalah kejiwaan, perasaan dan emosi kemudian bertindak atau
melaksanakan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan
keinginan.
Salah satu ilmu yang berkembang dan
membahas mengenai motivasi adalah teori kepuasan yang dikemukakan oleh Maslow atau
yang lebih dikenal dengan teori hierarki kebutuhan. Ilmu ini bertitik tolak
dari 2 (dua) asumsi dasar yaitu bahwa manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk
berkembang dan maju, serta bahwa manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan
yang lebih pokok terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lainnya.
Menurut Maslow (2012), kebutuhan yang
telah dipenuhi akan berhenti daya motivasinya, artinya apabila sebagian atau
keseluruhan kebutuhan seseorang telah terpenuhi, maka motivasi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut akan berkurang atau bahkan terhenti sama sekali, kemudian
motivasinya berpindah ke upaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang dianggap
lebih tinggi.
Hierarki kebutuhan manusia menurut
Maslow meliputi :
1.
Kebutuhan fisiologis, merupakan
kebutuhan paling pokok yaitu kebutuhan akan makanan/minuman dan tempat tinggal.
2.
Kebutuhan akan keselamatan dan rasa
aman.
3.
Kebutuhan akan cinta dan memiliki rasa sosial yakni kebutuhan akan pertemanan,
afiliasi, interaksi dan cinta.
4.
Kebutuhan atas penghargaan yaitu
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain.
5.
Kebutuhan kognitif yakni kebutuhan akan
pengetahuan, pemahamanan dan keingintahuan.
6.
Kebutuhan estetis yaitu kebutuhan akan
keindahan, keseimbangan dan keteraturan
7.
Kebutuhan atas aktualiasi diri, yaitu
kebutuhan untuk memenuhi kepuasan diri dengan memanfaatkan segala kemampuan,
ketrampilan dan potensi diri secara maksimal.
2.1.2
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Johanes Papu (2005), beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam bekerja sebagai berikut:
a. Keakraban
Tim yang sukses biasanya ditandai dengan
sikap akrab satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan.
Para anggota tim saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangkan dan
memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat
penting karena hal ini merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi
langsung serta dukungan antara sesama anggota tim.
b. Tanggung
Jawab
Secara umum, setiap orang akan
terstimulasi ketika diberi suatu tanggung jawab. Tanggung jawab mengimplikasikan
adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan.
Tim yang diberi tanggung jawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan
memiliki motivasi kerja yang tinggi
c. Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu
tim dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan
yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota.
d. Tantangan
Manusia dikaruniai mekanisme pertahanan
diri yang di sebut “fight atau flight syndrome”. Ketika dihadapkan pada
suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk
menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar. Dalam banyak
kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan.
Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.
Namun dengan demikian tidak semua
pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah tim tidak selamanya akan
menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan
suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu kriteria
yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah
tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat
dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka tim bisa saja menyerah
sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka tim juga akan
malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan
bagi yang melakukannya.
e. Kesempatan
Untuk Maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara
untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta
melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah tim setiap
anggota merasa bahwa tim tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk
melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitmen
yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai
tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.
f. Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership
merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitmen dari anggota
tim. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi tim
untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga
dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan
di atas.
Sedangkan teori kebutuhan yang dikembangkan oleh Mc Clelland dalam
Munir (2001), menyatakan bahwa hubungan antara kebutuhan, produktivitas dan
prestasi sangat berkaitan. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan
akan prestasi, dorongan untuk berprestasi dan mengungguli.
b. Kebutuhan
akan kekuasaan, kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara
yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian
c. Kebutuhan
akan afiliasi, hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
2.2 Pengetahuan
2.2.1
Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2003), yang
dimaksud dengan pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari
pengalaman, guru, orang tua, teman, buku, dan media massa. Berdasarkan
pengertian ini, pengetahuan seseorang dapat diperoleh berdasarkan pengalaman
yang didapat melalui proses penglihatan, pendengaran, penciuman, melalui kulit
dan akan mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, pengalaman, tinggi rendahnya mobilitas materi informasi
tentang objek tersebut di lingkungannya.
Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers Cit Notoatmodjo (1997), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness
(kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation
(menimbang-nimbang), trial (mencoba) dan adoption di mana subjek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
Selanjutnya Notoatmodjo (2003),
menyebutkan bahwa pengetahuan mencakup 6 tingkatan yaitu:
1)
Tahu (Know)
Artinya mengingat materi yang
telah dipelajari sebelumnya;
2)
Memahami (Comprehension)
Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar;
3)
Aplikasi (Aplication)
Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi riil/sebenarnya;
4)
Analisis (Analysis)
Artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)
Sintesis (Syntesis)
Artinya kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru
6)
Evaluasi (Evaluating)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi.
2.2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a.
Faktor Internal
1.
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
cita-cita tentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB
Mantra yang dikutip dalam (Notoadmojo,
2003).
Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam,
2003).
2.
Umur
Menurut Elisabeth BH
yang di kutip dalam Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003).
b.
Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner
yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang
ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok
2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya
yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
2.2.3
Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto
(2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
c. Kurang : Hasil presentase > 56
2.3 Posyandu
2.3.1
Pengertian Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi,
alih teknologi dan pelayanan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Ismawati,
2010).
2.3.2
Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Menurut Ismawati, (2010) tujuan pokok
dari pelaksanaan posyandu adalah : untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, untuk menurunkan IMR,
mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS),
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat,
pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak
geografi, meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
2.3.3
Sasaran Posyandu
Yang menjadi sasaran dalam pelayanan
kesehatan di posyandu adalah : bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita
usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas, wanita usia
subur.
2.3.4
Fungsi Posyandu
1. Sebagai
wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI dan AKB.
2. Sebagai
wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
2.3.5
Manfaat Posyandu
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh
kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Memperoleh
bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait
kesehatan ibu dan anak
c. Efisiensi
dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.
2. Bagi Kader, Pengurus Posyandu, dan Tokoh Masyarakat
1. Mendapatkan
informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI
dan AKB.
2. Dapat
mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah
kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Bagi Puskesmas
1. Optimalisasi
fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
2. Dapat
lebih spesifik membentuk masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai
dengan kondisi setempat.
3. Meningkatkan
efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.
4. Bagi Sektor Lain
1. Dapat
lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait,
utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi
setempat.
2. Meningkatkan
efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing
sektor.
2.3.6
Pengorganisasian Posyandu
1.
Struktur
Posyandu
Struktur organisasi posyandu ditetapkan
oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi
tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal
terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan kader posyandu yang merangkap
sebagai anggota.
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada
di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola
oleh suatu unit/kelompok pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari
kalangan masyarakat setempat. Unit pengelola posyandu tersebut dipimpin oleh
seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. bentuk organisasi unit
pengelola posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur pengelola posyandu,
disepakati dalam unit/kelompok pengelola posyandu bersama masyarakat setempat.
2.
Pengelola
Posyandu
Pengelola posyandu dipilih dari dan oleh
masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu. Pengurus posyandu
sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang
bendahara. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut :
a) Diutamakan
berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
b) Memiliki
semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.
c) Bersedia
bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
3.
Kader Poyandu
Kader Posyandu adalah salah seorang yang
dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu. (Dinkes Propinsi NTB).
Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan
Posyandu secara sukarela. Kriteria Kader Posyandu antara lain sebagai berikut :
a)
Diutamakan berasal dari anggota
masyarakat setempat.
b) Dapat
membaca dan menulis huruf latin.
c)
Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan
penggerak masyarakat.
d) Bersedia
bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.
Dalam keadaan tertentu, terutama di
daerah perkotaan, karena kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota
masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk
mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga
professional terlatih yang bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader
Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan
dari masyarakat. Kriteria tenaga professional antara lain sebagai berikut :
a)
Diutamakan berasal dari anggota
masyarakat setempat.
b) Berpendidikan
sekurang-kurangnya SMP.
c)
Bersedia dan mau bekerja secara
purna/paruh waktu untuk mengelola Posyandu.
Penyelenggaraan
kegiatan Posyandu diselenggarakan 1 bulan penuh, dengan hari buka Posyandu untuk
penimbangan 1 bulan sekali. Secara umum, tugas-tugas kader dalam rangka
menyelenggarakan kegiatan Posyandu, dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
1.
Tugas-tugas kader posyandu pada h+ atau saat
persiapan hari buka posyandu, meliputi :
a.
Menyiapkan
alat dan bahan
Yaitu
: alat penimbangan bayi dan balita, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat
pengukur LILA, obat-obatan yang dibutuhkan (tablet besi, vitamin A, Oralit, dan
lain-lain sesuai kebutuhan), bahan/materi penyuluhan dan lain-lain
b.
Mengundang
dan menggerakkan masyarakat
Yaitu
memberitahu ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh
yang bisa membantu memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu.
c.
Melaksanakan
pembagian tugas
Yaitu
menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu.
2.
Tugas-tugas kader pada hari buka Posyandu disebut
juga dengan tugas pelayanan 5 langkah meliputi :
a.
Kegiatan 1
Tugas-tugas
kader sebagai berikut :
1)
Mendaftar
bayi/Balita, yaitu menuliskan nama bayi/Balita pada KMS dan secarik kertas yang
diselipkan pada KMS.
2)
Mendaftar
ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register Ibu
Hamil.
b.
Kegiatan 2
Tugas-tugas
kader sebagai berikut :
1)
Menimbang
bayi/balita, yaitu kader mencatat hasil penimbangan
pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
c.
Kegiatan 3
Tugas-tugas
kader sebagai berikut:
Mengisi
KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas
kedalam KMS anak tersebut.
d.
Kegiatan 4
Tugas-tugas
kader sebagai berikut :
1)
Menjelaskan
data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang
digambarkan grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan.
2)
Memberikan
nasehat kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
3)
Memberikan
rujukan ke puskesmas apabila diperlukan, untuk balita, ibu hamil dan menyusui
berikut ini :
e.
Kegiatan 5
Merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya
dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, dan lain-lain.
Pelayanan
yang diberikan antara lain :
1)
Pelayanan
Imunisasi
2)
Pelayanan
Keluarga Berencana (KB)
3)
Pengobatan
4)
Pemberian
tablet tambah darah (tablet besi), vitamin A dan obat-obatan lainnya.
5)
Pemeriksaan
kehamilan bagi Posyandu yang memiliki sarana yang memadai dan lain-lain sektor
yang terkait.
3.
Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu,
meliputi :
a.
Memindahkan
catatan-catatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) kedalam buku register atau buku
bantu kader.
b.
Menilai
(mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada
bulan berikutnya.
c.
Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan), sekaligus untuk
tindak lanjut/rujukan dan mengajak orang tua balita datang ke Posyandu pada
kegiatan bulan berikutnya.
2.3.7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Orang Datang Ke Posyandu
Faktor
Pendorong ibu untuk datang ke posyandu dikarenakan adanya pengobatan gratis,
imunisasi gratis, dan pembangian vitamin gratis. Selain itu juga ibu-ibu
mengatakan untuk mengetahui kesehatan anak serta adanya makanan tambahan untuk
anak.
2.3.8
Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan
utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Utama
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1) Pelayanan Ibu hamil yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup
penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang diberikan oleh kader.
Apabila ada petugas kesehatan ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, usia
kehamilan, apabila terdapat kelainan dilakukan upaya rujukan.
2) Pembentukan kelompok ibu hamil dengan pertemuan diatur sesuai
kesepakatan. Di kelompok ini dilakukan pelayanan penyuluhan, perawatan payudara
dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), peragaan pola makan ibu hamil, peragaan
perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.
b. Ibu nifas dan
menyusui
Pelayanan yang
diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup penyuluhan kesehatan, KB,
ASI dan gizi ibu nifas, perawatan kesehatan jalan lahir, pemberian vitamin A
dan tablet besi, perawatan payudara dan senam ibu nifas. Apabila terdapat
tenaga kesehatan dilakukan juga pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan lochea,
dan upaya rujukan.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan untuk balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreatifitas tumbuh kembang anak. Adapun
pelayanan posyandu balita mencakup penimbangan berat badan, penentuan status
pertumbuhan, penyuluhan. Apabila terdapat tenaga kesehatan, dilakukan imunisasi
dan deteksi dini tumbuh kembang serta upaya rujukan.
d. Keluarga Berencana
Pelayanan KB yang dapat
diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pil ulangan. Apabila
terdapat tenaga kesehatan dilakukan suntik KB, konseling KB dan pemasangaan
alat kontrasepsi Intra Uterin Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
e. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di
posyandu hanya dilaksanakan apabila terdapat tenaga kesehatan. Jenis pelayanan
disesuaikan dengan program.
f. Gizi
Pelayanan gizi dilakukan
oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil dan Wanita Usia Subur
(WUS). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi
dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi dan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), pemberian vitamin A dan sirup.
g. Pencegahan dan penanggulangan diare
Pencegahan diare di posyandu
dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Penanggulangan diare di posyandu dilakukan dengan penyuluhan, pemberian larutan
gula garam dan pemberian oralit.
2. Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Dalam keadaan tertentu
masyarakat dapat menambah kegiatan posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5
kegiatan utama. Kegiatan tersebut misalnya perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit menular dan berbagai kegiatan pembangunan masyarakat lainnya. Posyandu
seperti ini disebut dengan posyandu plus. Penambahan kegiatan baru sebaiknya
dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti
cakupannya di atas 50 % serta tersedia sumber daya yang memadai. Penetapan
kegiatan ditentukan melalui mekanisme yang sudah disepakati.
2.3.9
Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing posyandu
tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu
juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah
dikembangkan metode dan alat tingkat perkembangan posyandu, yang dikenal dengan
nama telaah kemandirinan posyandu. Tujuan telaah adalah untuk mengetahui
identifikasi tingkat perkembangan posyandu yang secara umum dibedakan atas 4
tingkat sebagai berikut (Depkes RI, 2006) :
1.
Posyandu
Pratama
Posyandu Pratama adalah posyandu yang
belum mantap, yang ditandai oleh ca`kupan kegiatan bulanan Posyandu seperti
(KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) belum terlaksana secara rutin
serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang.
2.
Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA,
Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) masih rendah, yaitu kurang dari 50 % Ini
berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tapi rendah cakupannya.
3.
Posyandu
Purnama
Posyandu Purnama adalah posyandu yang
frekuensi kegiatannya lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi, Imunisasi
dan penanganan diare) lebih dari 50 %. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah
ada dana sehat yang masih sederhana. Sosialisasi program dana sehat yang
bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat yaitu pelatihan
dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan
cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh
masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk
kepentingan posyandu mengikutsertakan pengurus posyandu.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah posyandu yang
sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
(KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan
bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam
program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing yang
dirumuskan melalui pendekatan PKMD.
Untuk mengetahui
tingkat perkembangan posyandu, ditetapkan seperangkat indikator yang digunakan sebagai
penyaring atau penentu tingkat perkembangan posyandu. Indikator tersebut
terdapat dalam tabel di bawah ini:
Tabel
2.1 Indikator Peringkat Posyandu
No |
Indikator |
Pratama |
Madya |
Purnama |
Mandiri |
1. |
Frekuensi penimbangan |
< 8 |
> 8 |
> 8 |
> 8 |
2. |
Rerata kader tugas |
< 5 |
≥ 5 |
≥ 5 |
≥ 5 |
3. |
Rerata cakupan D/S |
< 50 % |
< 50 % |
≥ 50 % |
≥ 50 % |
4. |
Cakupan kumulatif KIA |
< 50 % |
< 50 % |
≥ 50 % |
≥ 50 % |
5. |
Cakupan kumulatif KB |
< 50 % |
< 50 % |
≥ 50 % |
≥ 50 % |
6. |
Cakupan kumulatif imunisasi |
< 50 % |
< 50 % |
≥ 50 % |
≥ 50 % |
7. |
Program tambahan |
- |
- |
+ |
+ |
8. |
Cakupan dana sehat |
< 50 % |
< 50 % |
< 50 % |
≥ 50 % |
Sumber :Pedoman Umum Pengelolaan
Posyandu, Depkes RI, 2006
2.3.10
Hasil Penelitian Orang Lain Sebelumnya
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami
Kurniyasih tahun (2008), yang lalu dengan judul “Hubungan Motivasi dan
Pengetahuan Kader dengan Prestasi Posyandu” Hasil penelitian untuk distribusi
responden berdasar hubungan antara motivasi kader dengan prestasi posyandu di
mana kader bertugas adalah paling banyak responden mempunyai motivasi sangat
tinggi dan di posyandu madya, sedangkan paling sedikit responden mempunyai
motivasi tinggi dan berada di posyandu mandiri. Hasil uji statistik ada
hubungan antara motivasi responden dengan prestasi posyandu. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Andy Amir tahun 1995 yang menyatakan
bahwa motivasi mempengaruhi kinerja. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki
seseorang, maka kinerja yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Hasil ini juga sesuai dengan pendapat
dari Mc. Clelland dalam Munir (2001), yang menekankan pentingnya kebutuhan
berprestasi dalam bekerja, yaitu semakin tinggi motivasi semakin tinggi pula
prestasi yang akan dihasilkan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan
hasil penelitian Kuscahyani (2005), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara motivasi dengan kinerja sebagai seorang kader di posyandu. Hal ini
mungkin saja terjadi, karena tidak semua orang mempunyai motivasi yang sama
untuk menjadi seorang kader, ada yang benar-benar mempunyai keinginan untuk
memajukan posyandu dan ada juga karena faktor lain, misalnya mengharapkan
adanya imbalan. memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan
kemampuan masing-masing. Untuk distribusi responden berdasar tingkat prestasi
posyandu tempat bekerja responden paling banyak berada di posyandu pratama
yaitu sebanyak 50% dan paling sedikit berada di posyandu purnama yaitu 5,56%. Motivasi
kader ada yang datang dari dalam diri sendiri, ada juga karena dorongan dari
luar yang merangsang dirinya untuk menjadi seorang kader, seperti adanya
transport bagi kader posyandu, pelayanan pemeriksaan gratis di puskesmas,
adanya jamkessos bagi seorang kader dan ada juga pembagian seragam bagi kader.
Seseorang ada yang mengabdikan tenaga, waktu, pikiran dan keterampilan dengan
harapan akan mendapatkan imbalan atas jerih payahnya.
Hubungan Pengetahuan Kader dengan
Prestasi Posyandu Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan tinggi dan berada di posyandu madya, sedangkan paling
sedikit responden mempunyai pengetahuan tinggi yang berada di posyandu mandiri.
Hasil uji statisitik didapatkan ada hubungan yang cukup kuat dan bermakna
antara pengetahuan dengan prestasi posyandu. Hal ini dapat diartikan bahwa
responden dengan tingkat pengetahuan tinggi berpengaruh cukup terhadap
keberadaan responden di posyandu kategori tingkat tinggi. Hasil wawancara
dengan seorang responden juga dihasilkan bahwa meskipun dia berpendidikan SD
tetapi mempunyai pengetahuan yang luas baik tentang kesehatan atau pun tentang
posyandu dan kebetulan dia bertugas di posyandu kategori sangat tinggi yaitu
posyandu mandiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mc Cloy
(1994), yang menyatakan bahwa hasil kerja merupakan fungsi dari : pengetahuan,
kemauan yang mencerminkan kemampuan yang diperoleh melalui pemahaman
pengetahuan yang dikombinasikan dengan kemampuan melaksanakan tugas dan
motivasi.
Menurut Buyet dan Conn (1992), pengetahuan
merupakan faktor internal yang mempengaruhi hasil kerja seseorang. Meskipun
demikian, pengetahuan tidak selalu menimbulkan hasil kerja yang baik, karena
ada faktor lain yang mempengaruhi, antara lain keterampilan, kemampuan,
pemahaman, pendidikan, pelatihan, motivasi, informasi, konsekuensi dan
keterlibatan.
Menurut hasil penelitian Kuscahyani (2005),
penelitian ini dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan kinerja sebagai seorang kader di posyandu. Hal ini
dimungkinkan juga karena perbedaan tempat posyandu di mana kader bekerja dan
faktor-faktor lain seperti di atas.