Jumat, 18 November 2022

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN DENGAN GIGITAN BINATANG

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang peliharaan seperti anjing atau kucing dapat bersahabat dengan pemiliknya. Tetapi terkadang binatang peliharaan itu bisa juga menggigit. Gigitan binatang peliharaan sering terjadi tiba-tiba. Anjing biasanya lebih sering mengigit ketimbang kucing. Namun gigitan kucing bisa lebih menyebabkan infeksi. Berbagai macam penyakit dapat disebarkan melalui gigitan tersebut. Seperti dikutip dari mayoclinic, berikut pertolongan pertama yang dibutuhkan jika seseorang digigit seekor binatang. luka yang disebabkan karena gigitan binatang juga dapat terindikasi oleh penyakit contohnya rabies.

Luka gigitan binatang terindikasi rabies dan penyakit lain segeralah hubungi dokter atau rumah sakit terdekat. Binatang yang diduga membawa virus rabies adalah liar atau binatang peliharaan yang status imunisasinya tidak diketahui. Dokter menyarankan bahwa binatang peliharaan mendapatkan sebuah suntikan tetanus-diphtheria setiap sepuluh tahun.

Gigitan dari binatang dan binatang liar yang tak terimunisasi membawa risiko penyakit rabies. Rabies biasanya lebih sering diperoleh dari rakun, bajing, rubah dan kelelawar ketimbang kucing dan anjing. Sedangkan kelinci, tupai atau binatang pengerat lainnya, binatang-binatang itu jarang membawa virus rabies.

Gigitan hewan merupakan kasus yang sering terjadi. Namun tidak ada data yang menunjukan secara pasti angka kejadian kasus gigitan hewan di Indonesia. Sebagian besar hewan yang menggigit dalam kasus gigitan hewan adalah anjing yang berkisar antara 80-90%. Kucing terlibat dalam sekitar  10% kasus dan sisanya merupakan hewan lain.  Kebanyakan kasus gigitan mengenai ekstrimitas dan dapat juga mengenai daerah kepala dan leher. Kasus gigitan pada daerah kepala dan leher lebih sering mengenai anak-anak dibandingkan orang dewasa.  Di Indonesia khususnya Bali dengan populasi anjing sekitar 460.000 ekor menyebabkan tingginya kemungkinan kasus gigitan terutama yang disebabkan oleh anjing.

Banyaknya flora oral pada hewan menyebabkan tingginya kemungkinan infeksi yang ditularkan melalui gigitan. Infeksi yang mungkin ditularkan melalui gigitan diantaranya adalah tetanus dan rabies. Rabies menjadi sebuah penyakit infeksi yang perlu mendapat perhatian lebih oleh karena memiliki case fatality rate yang tinggi. Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera. Lebih dari 100 negara di dunia memiliki kasus rabies dimana diperkirakan terdapat 55.000 kematian yang disebabkan oleh rabies di daerah terpencil di Afrika dan Asia setiap tahun. Jumlah terbesar terdapat di India, dimana terdapat 20.000 kematian akibat rabies setiap tahun. Di Indonesia data pada tahun 2008 menunjukan terdapat 9 dari 33 provinsi yang bebas rabies. Provinsi bali yang awalnya merupakan provinsi yang bebas rabies ternyata pada tahun 2008 ditemukan kasus gigitan anjing dengan rabies positif.

Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus dalam family Rhabdoviridae dimana transmisinya dapat ditularkan melalui gigitan, kontak dengan membran mukosa, dan inhalasi aerosol pada gua kelelawar walaupun kasusnya sangat jarang. Virus akan masuk ke tubuh manusia melalui luka gigitan.

 

1.2  Tujuan

1.2.1   Tujuan umum

Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan gawat darurat dengan Gigitan Binatang

1.2.2   Tujuan khusus

1.      Untuk mengetahui pengertian gigitan binatang

2.      Untuk mengetahui etiologi gigitan binatang

3.      Untuk mengetahui patofisiologi gigitan binatang

4.      Untuk mengetahui Tanda dan Gejala gigitan binatang

5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan binatang

6.      Untuk mengetahui komplikasi gigitan binatang

7.      Untuk mengetahui pengkajian gigitan binatang

8.      Untuki mengetahui diagnosa gigitan binatang

9.      Untuk mengetahui intervensi gigitan binatang

10.  Untuk mengetahui implementasi gigitan binatang

11.  Untuk mengetahui evaluasi gigitan binatang

 

 

1.3  Manfaat

1.      Mahasiswa

Menambah pengetahuan/pengalaman nyata dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian terhadap gigitan binatang

2.      Keluarga klien

Menambah pengetahuan dalam perawatan dan penanganan utama dalam gigitan binatang

 

3.      Institusi Pendidikan

Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dan untuk mengevaluasi materi.

4.      Rumah sakit

Mengetahui perkembangan klien dan dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah di berikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.      Konsep Teori

2.1     Pengertian Gigitan Binatang

Menurut Smetlzer and Bare Luka gigitan atau vulnus biasanya ditimbulkan akibat binatang seperti kucing, anjing, ular dan lain- lain.

Definisi lainnya luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi hewan. Hewan mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan pada kesempatan khusus untuk mencari makanan.

Gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga atau binatang yang menyengat atau menggigit seseorang.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan atau sengatan dari binatang atau serangga yang dapat menyebabkan luka gigitan atau vulnus dimana binatang ataupun serangga yang menggigit tersebut menggigit untuk mempertahankan dirinya.

2.2     Macam-macam gigitan binatang

1.    Gigitan Anjing

a.    Pengertian

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies.

b.    Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, famih Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui secret yang terinfeksi pada gigitan binatang atau ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies terutama anjing, kucing, dan kera. Nama lainnya ialah hydrophobia la rage (Prancis), la rabbia (Italia), la rabia (spanyol), die tollwut (Jerman), atau di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing gila.

Adapun penyebab dari rabies adalah :

1.      Virus rabies.

2.      Gigitan hewan atau manusia yang terkena rabies.

3.      Air liur hewan atau manusia yang terkena rabies.

 

c.    Tanda dan Gejala

Pada manusia secara teoritis gejala klinis terdiri dari 4 stadium yang dalam keadaan sebenarnya sulit dipisahkan satu dari yang lainnya, yaitu:

1)        Gejala prodromal non spesifik

2)        Ensefalitis akut

3)        Disfungsi batang otak

4)        Koma dan kematian

d.   Patofisiologi

Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.

Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.

Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.

 

 

 

 

 

 

 

e.    Pathway

Gangguan  mobilisasi fisik

virus rabies yang bersifat neurotropik dan menyebabkan ensefalitis virus serta infeksi melalui saliva

Traumatik jaringan

Terputusnya kontinuitas jaringan

Menstimulasi pengeluaran neurotransmitter (prostaglandin,histamin,bradikinin, serotonin)

Terpaparnya dengan lingkungan

Rusaknya barier tubuh

Kerusakan kulit

Kerusakan saraf perifer

Serabut eferen

Resiko infeksi

Serabut eferen

Medula spinalis

Korteks serebri

Kekurangan volume cairan

nyeri

Perdarahan berlebih

stress

ansietas

Gangguan pola istirahat dan tidur

Kemampuan ambang batas tubuh tidak menahan

Syok neurogenik

Perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

Keluarnya cairan tubuh (ketidak seimbangan)

Resiko syok hipovolemik

Aktivitas motorik terbatas

Kekuatan otot menurun

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


f.     Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan pada penyakit rabies yaitu:

a.    Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

b.   Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c.    Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.

d.   Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.

e.    Uji laboratorium

-          Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

-          Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

-          Panel elektrolit

-          Skrining toksik dari serum dan urin

-          Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang < 200 mq/dl

-          BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

-          Elektrolit : K, Na

-          Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

-          Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

g.    Penatalaksanaan

1.   Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang

2.    Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan debridement

3.   Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi dengan cara blok atau umum

4.   Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali sehari

5.   Berikan ATS atau HTIG

6.   Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti rabies disekitar luka

h.    Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya timbul pada fase koma. Komplikasi Neurologik dapat berupa peningkatan tekanan intra cranial: kelainan pada hypothalamus berupa diabetes insipidus, sindrom abnormalitas hormone anti diuretic (SAHAD); disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi, hipotensi, hipertermia, hipotermia, aritmia dan henti jantung. Kejang dapat local maupun generalisata, dan sering bersamaan dengan aritmia dan gangguan respirasi. Pada stadium pradromal sering terjadi komplikasi hiperventilasi dan depresi pernapasan terjadi pada fase neurolgik. Hipotensi terjadi karena gagal jantung kongestif, dehidrasi dan gangguan saraf otonomik.

2.    Gigitan Ular

a.       Pengertian

Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular.

Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ,beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ.

b.      Etiologi

Karena gigitan ular yang berbisa, yang terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam .  Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :

1.   Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

2.   Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)

Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

c.       Tanda dan Gejala

Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan ular,rasa terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bila timbul parestesi, gatal, dan mati rasa perioral, atau fasikulasi otot fasial, berarti envenomasi yang bermakna sudah terjadi. Bahaya gigitan ular racun pelarut darah adakalanya timbul setelah satu atau dua hari, yaitu timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan) pada selaput tipis atau lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir hidung, tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh. Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine) atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung dapat keluar melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan terasa lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan akhirnya mati.

Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.

1.      Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).

2.      Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur

Tanda gigitan ular(fang mark)            ekimosis

Edema                                               menghitam

 

d.      Patofisiologi

Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan.

Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas.

Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.

 

 

 

 

 

 

e.       Pathway

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

f.       Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

g.      Penatalaksanaan

1.        Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit. Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya tindakan dilapangan adalah immobilisasi pasien dan pengiriman secepatnya. Jika penanganan lebih dari 3-4 jam dan jika envenomasi sudah pasti, melakukan pemasangan torniket limfatik dengan segera dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit sesudah gigitan, immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik pada suatu usungan, merupakan tindakan yang paling berguna. Bila memungkinkan, pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung. Jika dapat dikerjakan dengan aman, bunuhlah ular tersebut untuk identifikasi.

2.        Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan laboratorium dasar, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan gadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

3.        Derajat envenomasi harus dinilai, dan observasi 6 jam untuk menghindari penilaian keliru dan envenomasi yang berat.

4.        Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan tangani syok jika ada.

5.        Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas hanya bila  syok sudah diatasi dan anti bisa diberikan.

6.        Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk menentukan kedalaman dan jumlah jaringan yang rusak.

h.      Komplikasi

a.       Syok hipovolemik

b.      Edema paru

c.       Kematian

d.      Gagal napas

3.    Gigitan Serangga

a.    Pengertian

Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.

Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah:

 

 

 

1)        Reaksi alergi berat (anaphylaxis).

Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:

-            Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)

-            Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan

-            Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)

-            Pusing dan kacau

-            Mual, diare, dan nyeri pada perut

-            Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.

2)        Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:

-                 Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam

-                 Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat

-                 Laba-laba gembel (hobo)

-                 Kalajengking

3)        Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.

-            Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak

-            Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi

-            Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali

4)        Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.

5)        Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.

6)        Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaan anti serum.

7)        Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).

8)        Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

b.    Etiologi

Serangga tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka.

Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.

Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.

Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.

c.    Tanda dan Gejala

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.

Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga.

Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.

Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.

d.   Patofisiologi

Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang disebut Pteromone. Pteromone ini tersusun dari protein dan substansi lain atau bahan kimia yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan, bengkak, dan rasa gatal di lokasi yang tersengat yang akan hilang dalam beberapa jam. Gigitan atau sengatan dari lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.

Apabila gigitan terjadi pada area mulut atau kerongkongan, pteromone yang dikeluarkan oleh serangga akan menyebabkan menyempitnya saluran pernafasan sehingga dapat mengakibatkan susah bernapas yang akan berlanjut pada syok anafilaksis, dan bisa berakhir pada kematian.

e.    Pemeriksaan Penunjang

Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear. Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang akut.

Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes tusuk dengan alergen tersangka.

f.     Penatalaksanaan

Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka carilahpengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal.Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering ditemui.Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.Jika gigitan menyebabkan infeksi(kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh),pergilah ke dokter.Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga areayang digigit agar tidak terjadi infeksi.Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba. Seseorangyang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke rumah sakit terdekat jikamendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga haruske bagian gawat darurat jika:

-          Mendesah

-          Sesak nafas

-          Dada sesak atau sakit

-          Tenggorokan sakit atau susah berbicara

-          Pingsan atau lemah

-          Infeksia.

Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah

Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri padabagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkenagigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga(seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalambentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.

4.    Gigitan Trigoid atau bulu babi

a.       Pengertian

Bulu babi atau urchin adalah binatang kecil, berbentuk bulat, bertulang belakang, yang merupakan bagian dari kelas Echinoidea. Bulu babi ditemukanseluruh samudra di dunia. Kulit atau "Test", mebentuk putaran dan bertulang belakang, secara khas dari 3 sampai 10 cm berhadapan. Warna umum hitam dan paduan dari hijau olive,, zaitun, coklat, ungu, dan merah. Pergerakkan pelan,Makanan kebanyakan dari ganggang. Berang-Berang Laut, Ikan belut Serigala, dan pemangsa lain merupakan predator bulu babi. Bulu babi juga dipanen oleh manusiadan rusa kecil sebagai makan yang lezat.

 

b.      Bentuk dan Morfologi Bulu babi

Bulu babi merupakan fauna dari filum Echinodermata yang paling melimpah dan tersebar di seluruh perairan Indonesia. Menurut Radjab (2001) secara morfologi, bulu babi terbagi menjadi dua kelompok yaitu bulu babi regularia (Gambar 1) atau bulu babi beraturan (regular sea urchin) dan bulu babi iregularia atau bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin).

 

 Gambar 1. Bentuk umum bulu babi regularia (Dobo, 2009).

 

 Bulu babi memiliki bentuk tubuh segilima, mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di atas pasir. Cangkang luarnya tipis dan tersusun dari lempeng-lempeng yang berhubungan satu sama lain. Diadema setosum merupakan salah satu jenis dari bulu babi yang memiliki nilai konsumsi penting di Indonesia

Suwignyo et al. (2005) menyebutkan bahwa tubuh bulu babi berbentuk bulat atau pipih bundar, tidak bertangan, mempunyai duri-duri panjang yang dapat digerakkan. Semua organnya umumnya terdapat di dalam tempurung, yang terdiri dari 10 keping pelat ganda, biasanya bersambung dengan erat, yaitu pelat ambulakral selain itu terdapat pelat ambulakral yang berlubang-lubang tempat keluarnya kaki tabung. Pada permukaan tempurung terdapat tonjolan-tonjolan pendek yang membulat, tempat menempelnya duri. Kebanyakan bulu babi mempunyai dua duri, duri panjang atau utama dan duri pendek atau sekunder. Selanjutnya, mulut bulu babi terletak di daerah oral, dilengkapi dengan lima gigi tajam dan kuat untuk mengunyah yang dikenal sebagai aristotle’s lantern. Anus, lubang genital dam madreporit terletak di sisi aboral.

c.       Reproduksi dan Siklus Hidup Bulu babi

Siklus hidup dari bulu babi diawali dengan terjadinya pembuahan yang terjadi diluar tubuh. Induk jantan membuahi telur-telur dari induk betina. Telur bulu babi dibungkus dengan semacam gelatinous yang biasa disebut dengan jelly coat. Setelah itu terbentuklah embrio, dimana embrio ini akan membelah dengan frekuensi yang sangat tinggi. Setelah mencapai tahap embrio terus masuk fase morula dan embrio muda disebut blastula. Selama 10 jam setelah terbuahi sejak fase blastula, maka embrio tersebut mulai aktif berenang. Setelah itu muncullah anakan bulu babi (Gambar 2), bulu babi sudah dapat dikatakan telah menjadi anakan bila sudah terdapat tentakel-tentakel, duri-duri dan pediselaria

Semakin bertambahnya waktu, anakan bulu babi menjadi dewasa. Bulu babi dewasa telah memiliki organ tubuh yang lengkap mulai dari tubuh bagian dalam sampai pada organ tubuh bagian luar semuanya telah tampak dengan jelas.

Namun bulu babi dikatakan dewasa betul apabila telah mencapai ukuran cangkang 60 mm. Selain itu bulu babi dewasa memiliki organ lengkap secara morfologi (Gambar 3). Bulu babi dewasa telah memiliki kulit (cangkang) yang keras, jari-jari dan duri-duri (spine) yang sudah dapat berfungsi dengan sempurna, misalnya jari-jari yang sudah dapat memegang pada substrat

d.      Habitat Bulu babi

Bulu babi banyak ditemukan di daerah padang lamun dan terumbu karang. Mereka ditemukan di daerah yang berpasir atau pasir berlumpur biasa juga didapatkan di atas pecahan karang. Mereka menyukai perairan yang jernih dan tenang. Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal, dan membentuk kelompok-kelompok sampai padang lamun yang sangat luas. Jenis-jenis lamun umumnya memiliki morfologi luar yang tampak hampir serupa yakni memiliki daun panjang, tipis dan mirip pita yang mempunyai saluran air, serta bentuk pertumbuhannya monopodial. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan ke dalam morfologi yang tampak seperti akar, batang, daun, bunga dan 10 buah

 

 

B.  KONSEP ASKEP GIGITAN BINATANG

1.    Pengkajian

a.       Penggolongan sesuai Triage

Gigitan binatang merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat berupa memar yang disebabkan oleh gigitan binatang sehingga memerlukan tindakan medis dan apabila tidak segera ditangani akan memperburuk keadaan pasien karena luka bekas gigitan binatang sangat infeksius dan bisa menyebabkan syok. Untuk itu maka gigitan binatang termasuk dalam P1 (Urgent).

b.      Keadaan Umum

Pada kasus gigitan binatang klien mengeluh nyeri pada daerah luka gigitan dan mengalami perdarahan sehingga pada pengkajian ini klien dengan kasus gigitan binatang tergolong sakit berat pada pengkajian umum gawat darurat.

c.       Kesadaran

1)        Alert (sadar lingkungan)

Pada kasus ini  klien dapat dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar, tergantung etiologi dan mekanisme terjadinya gigitan.

 

2)        Verbal (menjawab pertanyaan)

Kadang-kadang Klien masih mampu menjawab pertanyaan dari tim medis karena pada kasus gigitan binatang ini Gejala tak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah klien digigit klien akan merasa Sakit kepala, pusing, dan pingsan.

3)        Pain (nyeri)

Klien dapat memberi respons nyeri yang dirasakan pada daerah luka gigitan, tetapi klien merespon nyeri tergantung dari etiologi dan mekanisme gigitan.

d.      Primer Survei

A : Airway : Adanya obstruksi jalan napas

B : Breathing (Pernapasan) : Pada pasien Gigitan Binatang ada dipneu, takipneu, penggunaan otot bantu napas dan napas cuping hidung

      Masalah keperawatan : Pola napas tidak efektif

      Tindakan :

-          Berikan oksigen sesuai indikasi

-          Observasi TTV setiap 5 menit

-          Pasang intubasi jika pernapasan semakin memburuk dan siapkan pemasangan ventilator sesuai indikasi.

C : Circulation (sirkulasi) : pada pasien dengan Gigitan Binatang ditemukan

-          Nadi menurun dan teratur

-          Tekanan menurun

-          Distensi vena jugularis kiri dan kanan tidak ada

-           Crt dalam batas normal

-           Warna kulit kemerahan dan edema

-           Sianosis

-          Sirkulasi jantung (irama jantung teratur, bunyi jantung jantung normal S1dan S2, nyeri dada tidak ada)

Masalah : Resiko Syok Hipovolemik

Tindakan :

-          Observasi TTV setiap 5 menit

-          Pemasangan infuse IV double line dan pemberian RL atau NS

-          Tinggikan daerah ekstremitas bawah

-          Transfusi darah

 

e.       Secondary survey

1)        DCAP-BTLS

D (Deformitas) : pemendekan tulang jika terjadi trauma pelvis.

C (Contusio) : abrasi pada bagian Gigitan.

A (Abration) : abrasi pada bagian Gigitan.

P (penetratinon) : terdapat luka jika terjadi gigitan.

B (Burn) : tidak ditemukan adanya luka bakar

T (Tenderness) : nyeri tekan, nyeri spontan dan nyeri lepas.

L (Laserasi) : laserasi pada bagian gigitan.

S (Swelling) :-

Masalah : Nyeri

Tindakan :

-          Kaji skala nyeri dari 0-5, faktor pencetus

-          Ajarkan teknik non analgetik

-          Berikan obat analgetik

2)        Riwayat pasien

·           S (sign and symptom) : terdapat robekan pada luka,distensi,ketegangan pada daerah yang terken gigitan

·           A (allergies) : kaji apakah pasien ada riwayat alergi.

·           M (Medication) : kaji riwayat pengobatanya pasien.

·           P (Pentinant past medical histori) : kaji riwayat penyakit dahulu pasien.

·           L (Last oral intake solid liquid) : kaji kejadian sebelum kecelakaan

·           E (Event leading to injuri ilmes)

3)        TTV

a.       Tekanan darah : tekanan darah pada pasien gigitan binatang cenderung mengalami penurunan sekitar 90/80 mmHg

b.      Irama dengan kekuatan nadi menurun

c.       Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan : klien dengan gigitan binatang mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan sering menggunakan otot pernapasan

d.      Suhu tubuh klien meningkat di atas 37,8 ºC.

e.       Langkah dalam pengkajian nyeri menggunakan PQRST, yaitu :

·      P ( provoked ) : klien mengatakan nyeri timbul ketika klien beraktivitas berat dan pada klien berkemih.

·      Q ( quality ) : pada kasusu ini klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.

·      R ( radian ) : Klien mengatakan nyeri dirasakan pada daerah yang terkena gigitan

·      S ( severity ) : Nyeri yang dirasakan klien adalah nyeri sangat hebat dengan menggunakan skala intensitas nyeri deskritif sederhana.

·      T ( time ) : Klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, nyeri datang ketika klien melakukan aktivitas yang berat dan stress.

Tindakan: rujuk ke fasilitas kesehatan sesuai triage

Evaluasi: evaluasi keadaan umum pasien, pantau keadaan pasien setiap 15 menit atau sesuai indikasi.

f.     Pengkajian fisik/pengkajian persistem

1)   Sistem Pernapasan / Respirasi

Perlu diperiksa sumbatan jalan napas, sesak napas terdapat retraksi klavikula/dada pada auskultasi suara napas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang, gerakan dada tidak sama waktu bernapas

2)   Sistem Cardiovaskuler

Bradikardia,lemah,pucat,hb turun/normal, hipotensi

3)   Sistem Persyarafan / neurologi

Kesadaran klien syok karena perdarahan hebat

4)   Sistem Perkemihan

Klien biasanya akan mengalami disuria, urgensi, hesitensi, nuktoria, retensi 

5)   Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan dalam kasusu ini tidak terganggu

6)   Sistem integument

Perdarahan hebat akan menimbulkan kerusakan turgor kulit akibat penurunan cairan dan elektrolit tubuh.

 

 

 

 

2.    Analisa Data

No Dx

Data

Etiologi

Problem

1

Ds :

-  Mengeluh deman

-  Mengeluh nyeri

-  Mengeluh kaku

Do :

-  SDP > 10.000/mm3

-  Suhu > 37,2ºC

 

Kerusakan saraf perifer

 


Kerusakan kulit

 


Terpaparnya dengan lingkungan

Resiko infeksi

2

Ds :klien mengeluh nyeri di daerah luka dan tidak bisa istirahat

Do :klien tampak kesakitan dan meringis

Traumatik jaringan

 


Terputusnya kontuitas kulit

 


Kerusakan saraf perifer

 

Nyeri

3

Ds :Klien mengeluh mengalami perdarahan

Do :

-       Klien terlihat pucat, lemah

-       Kulit klien teraba dingin

-       Konjungtiva anemis

 

Perdarahan berlebih

 


Perpindahan cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

 


Kekurangan volume cairan

 

Syok Hipovolemik

4

Ds : klien mengeluh sesak

Do :

-        Retraksi dinding dada (+)

-        Penggunaan otot bantu napas (+)

-        Napas cuping hidung (-)

-        RR = 30 x/menit

-        Sianosis (-)

 

Kelelahan otot-otot pernapasan

Ketidakefektivan Pola Napas

5

Ds : Klien mengatakan demam dan gatal

Do : klien kelihatan lemah akibat peningkatan suhu tubuh

Suhu : 38ºC

Infeksi virus

Peningkatan suhu tubuh / hipertermi

 

 

 

 

3.    Diagnosa

1.    Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit

2.    Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit

3.    syok hipovolemik berhubungan dengan Kekurangan volume cairan dan intake tidak adekuat

4.    Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi  endotoksin 

5.    Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus

 

4.    Intervensi

No Dx

Tujuan/Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x60 menit diharakan  pasien bebas dari infeksi,dengan

Kriteria Hasil :

·       Tidak ada demam

·       Pembentukan jaringan granulasi baik

·       Kaji tanda-tanda infeksi

·       Pantau TTV,terutama suhu tubuh

·       Ajarkan teknik aseptik pada pasien

·       Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan pada pasien

·       Lakukan perawatan luka steril

·       Untuk mengetahui apakah pasien mengalami infeksi dan untuk menentukan tindakan keperawatan berikutnya.

·       Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

·       Meminimalkan terjadinya infeksi

·       Mencegah terjadinya infeksi nosokomial

·       Perawatan luka yang steril meminimalkan terjadinya infeksi

2

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x60 menit diharakan  nyeri berkurang,dengan

Kriteria Hasil :

·      Melaporkan perasaan nyaman

·      Ekspresi wajah dan postur tubuh rileks

·      Berikan analgesik narkotik yang diresepkan dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka. Evaluasi keefektifanx.

·      Pertahankan pintu kamar tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan kehangatan

·      Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter,intensitas

·      Jelaskan prosedur /berikan informasi setelah diberikan debridement luka

·      Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress dan tekhnik relaksasi

·      Analgesik narkotik diperlukan untuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat

·      Suhu dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri pada pemajanan ujung saraf

·      Perubahan lokasi / karakter / intensitas nyeri dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi

·      Dukungan empati dapat membantu mengurangi nyeri atau meningkatkan relaksasi

·      Memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan relaksasi

3

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x60 menit diharakan  Kebutuhan cairan terpenuhi,dengan

Kriteria Hasil :

·      TTV dalam batas normal

·      Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan

·      Haluaran urine normal

·      Awasi tanda vital,CVP, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi perifer

·      Awasi haluaran urine dan observasi warna urine

·      Observasi mual muntah esuai dengan frekuensi

·      Berikan penggantian cairan IV yang dihitung,elektrolit,plasma dan albumin

·      Observasi pemeriksaan laboraturium (Hb, Ht, elektrolit dan natrium urine)

·      Memberi pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler

·      Penggantian cairan harus difiltrasi untuk meyakinkan rata-rata atau balance haluaran urine dan pemasukan

·      Untuk mengobservasi output cairan dan menyesuaikan intake cairan

·      Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan elektrolit dan membantu pencegahan komplikasi

·      Mengidentifikasi kehilangan darah atau kerusakan sel darah merah dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit

4

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x60 menit diharakan  pola napas teratur dan normal,dengan

Kriteria Hasil :

·      Hipoksemia teratasi,mengalami perbaikan pemenuhan kebutuhan oksigen

·      Tidak sesak,pernapasan normal 16-18 kali/menit

·      Tidak sianosis

·      Monitor irama pernapasan dan respirasi rate

·      Atur posisi luruskan jalan napas

·      Observasi tanda dan gejala sianosis

·      Oksigenasi

·      Observasi TTV tiap 2 jam

·      Observasi timbulnya gagal napas

·      Indikasi adnya penyimpangan atau kelalaian dari pernapasan dapat dilihat dari frekuensi,jenis pernapasan,kemampuan dan irama napas

·      Jalan napas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar

·      Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada jaringan tubuh perifer

·      Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia

·      Dyspneu,sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan napas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilay refill tme yang memanjang/lama

·      Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernapasan (mekanical ventilation)

5

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x60 menit diharakan  suhu tubuh normal,dengan

Kriteria Hasil :

·      36-37 ºC

·      Hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm³

·      Atur suhu lingkungan yang yaman

·      Pantau suhu tubuh tiap 2 jam

·      Berikan hidrasi atau minum yang cukup adekuat

·      Lakukan tindakan tekhnik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka

·      Berikan kompres dingin bila terjadi eksternal rangsangan kejang

·      Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh indiviodu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi

·      Identifikasi perkembangan gejala-gejala ke arah syok exhaution

·      Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresibadan dari dalam

·      Perawatan luka mengelaminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka

·      Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

PENUTUP

 

2.1         Kesimpulan

Semua luka yang disebabkan oleh gigitan menyebabkan bakteri masuk ke dalam luka di mana hal ini merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi. Luka tersebut rawan untuk timbulnya komplikasi sehingga pasien kemungkinan memerlukan profilkasis untuk infeksi virus. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan luka gigitan adalah: keadaan di sekitar gigitan, sumber gigitan, tanda-tanda infeksi, jumlah gigitan dan tipe luka, lokasi dan kedalaman; menilai kerusakan yang melibatkan tulang, otot, tendon, dan saraf; serta lakukan irigasi dan debridemen luka untuk meminimalkan kontaminasi bakteri.

 

2.2         Saran

1.      Mahasiswa

Menambah pengetahuan/pengalaman nyata dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian terhadap gigitan binatang

2.      Keluarga klien

Menambah pengetahuan dalam perawatan dan penanganan utama dalam gigitan binatang

3.      Institusi Pendidikan

Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dan untuk mengevaluasi materi.

4.      Rumah sakit

Mengetahui perkembangan klien dan dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah di berikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzzane, and Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah/ Brunner & Suddarth. Vol. 2. Jakarta: EGC.

Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.

Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar