Jumat, 18 November 2022

ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL

 

BAB I
LATAR BELAKANG



Batu-batu ginjal terbentuk ketika ada pengurangan dalam volume urin atau kelebihan senyawa-senyawa yang membentuk batu dalam urin. Tipe batu ginjal yang paling umum mengandung kalsium dalam kombinasi dengan oxalate atau phosphate. Senyawa-senyawa kimia lain yang dapat membentuk batu-batu dalam saluran kencing termasuk asam urat (uric acid) dan amino acid cystine.

Dehidrasi melalui pemasukan cairan yang berkurang atau latihan yang berat tanpa penggantian cairan yang cukup meningkatkan risiko batu-batu ginjal. Rintangan pada aliran urin dapat juga menjurus pada pembentukan batu. Batu-batu ginjal dapat juga berakibat dari infeksi di saluran kencing; ini dikenal sebagai batu-batu struvite atau infeksi.

Pria-pria adalah paling mungkin mengembangkan batu-batu ginjal, dan orang-orang kulit putih adalah lebih sering dipengaruhi daripada orang-orang kulit hitam. Kelaziman dari batu-batu ginjal mulai meningkat ketika pria-pria mencapai umur empatpuluhannya, dan ia berlanjut untuk mendaki kedalam umur tujuhpuluhannya. Orang-orang yang telah mempunyai lebih dari satu batu ginjal cenderung mengembangkan lebih banyak batu-batu. Sejarah batu-batu ginjal keluarga juga adalah faktor risiko untuk mengembangkan batu-batu ginjal.

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Konsep Teori

1.      Anatomi dan fisiologi ginjal

Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh. Fungsi ginjal Ginjal

a.       Penyaring racun dan zat-zat sisa dalam darah

Secara alami, manusia memiliki sepasang ginjal yang kedua-duanya berfungsi sama. Organ tubuh manusia yang berbentuk seperti biji kacang ini memiliki peranan penting dalam sistem metabolik tubuh manusia. Selain menjadi organ penyaring racun dan zat-zat sisa dalam darah, ginjal juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan volume dan komposisi cairan tubuh.

b.      Membersihkan racun dan mengeluarkan limbah dari darah

Organ yang terletak pada masing-masing sisi tulang belakang dengan ukuran sebesar 12 cm dengan berat 180 gram ini pun merupakan filter yang sangat baik, fungsi utamanya adalah untuk membersihkan racun dan mengeluarkan limbah dari darah.

c.       Mempertahanakan volume dan komposisi cairan tubuh (konsentrasi elektrolit)

Tidak hanya itu saja ginjal juga berfungsi untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh, serta untuk mengeluarkan hormon yang membantu produksi sel darah merah. Oleh karena itu, ginjal memainkan peran utama dalam mengatur tekanan darah dan menyeimbangkan elektrolit penting yang menyeimbangkan elektrolit penting yang menjaga ritme jantung.

d.      Menyeimbangkan sirkulasi darah dalam tubuh

Selain berfungsi untuk menyaring dan membuang zat-zat yang tidak diperlukan dan mempertahankan kandungan nutrisi dan mineral yang diperlukan tubuh, ginjal juga berperan dalam keseimbangan sirkulasi darah dalam tubuh, yakni mengatur tekanan darah, memproduksi sel darah merah.

e.       Memfilter darah

Setiap hari, ginjal memfilter 180 liter darah. Ginjal menerima 100-120 mililiter darah per menit di mana jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan ukurannya yang kecil. Hal tersebut berarti setiap harinya ginjal memfilter darah sebanyak 50 kali dalam sehari.

f.       Mengatur keseimbangan asam – basa

Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.

 

2.      Pengertian

a.       Batu ginjal atau Nefrolitiasis merupakan suatu keaadan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal.

b.      Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada dikaliks, infudibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pervis ssecara keseluruh kalis ginjal. batu ginjal yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut staghorn. kelainan atau obtruksi pada system pelvikalisis ginjal (penyempitan infudibulum dan stenosis uritropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih. jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, orosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis.

c.       Urolithiasis adalah adanya batu atau kulkulus dalam sistem urinarius atau saluran perkemihan,(Barbara M. Nettina, 2002). Ureterolithiasis adalah batuyang terdapat di ureter

d.      Urolitiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu (calculus) pada ginjal dan saluran kemih. Batu terbentuk dari tractus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium postpat, dan asam urat meningkat. Batu dapat ditemukan dosetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya berfariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQIZ660f6TbL2lC7Y_J8XUicoylihiXNzWVtC2a0Uqbu4Fw4Y79H-0-IzyraSyiKODXzaM3-WbRRn83WdtGTdMdXQxbfmzdTG7c9PQ70uOHRpWaFY-BOwy6XBvWFWK8kg5za7JQmKV8qN0/s400/batu+ginjal.JPG

 

3.      Etiologi

Ada beberapa factor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih, yaitu sebagai berikut:

a.       Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolic yang paling umun. Beberapa kasus hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan/ atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorpsi kalsium dari tulang ( yaitu hiperparatiriroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidak mampuan dari tubus ginjal untuk merebut kembali kalsium dan filtrate glomerulus (ginjal kebocoran hiperkalsiuria)

b.      Pelepasan adh yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan, dan ph urin.

c.       Lamanya kristal terbentuk didalam urin, dipengaruhi mobilisasi rutin

d.      Gangguan re absorsi ginjal dan gangguan aliran urin

e.       Infeksi saluran kemih

f.       Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu

g.      Idiopatik

 

4.      Patofisiologi

Zat pembentuk batu dapat mengendap di urin jika ambang kelarutannya terlampaui. pada rentang yang disebut rentang metastabil, pembentukan Kristal mungkin tidak terjadi sama sekali atau hanya berjalan dengan sangat lamabat, meskipun larutan sangant jenuh. namun, jika konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, maka terjadi tristalisasi. pelarutan Kristal yang telah terbentuk hanya dapat terjadi dengan menurunkan konsentrasi dibawah rentang metastabil.

Menurut silbernagl (2007), senyawa yang paling sering ditemukan dalam batu ginjal adalh kalsium oksalat (sekitar 70%), kalsium fosfat atau magnesium-amonium fosfat (sekitar 30%), serta xantin atau sistin (<5%). beberapa zat bisa terdapat didalam satu batu karena Kristal yang terbentuk sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapan bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu, totalnya adalah >100%). pada peningkatan filtrasi dan eskresi zat penghasil batu akan membuat peningkatan konsentrasi didalam plasma.

Jadi, hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat peningkatan absorsi di usus dan metabolism dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitriol. hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolic pada pemecahan asam amino atau peningkatan absorsi di usus. hiperurisemia terjadi akibat suplai yang belebihan, sitesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. batu xatin bapat terjadi jika pembentukan pirin sangant meningkat dari pemecahan urin xatin menjadi asam urat dihambat. namun, xatin lebih mudah larut dari pada asam urat sehingga batu xatin lebih jarang ditemukan

Gangguan reabsorsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari peningkatan eskresi ginjal pada hiperkaliuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria. konsentrasi CA2+ didalam darah dipertahankan melalui absorsi di usus dan mobilisasi mineral tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi pemecahannya

Plasma ADH (pada situasi volume yang berkurang pada saat dehidrasi, kondisi stress, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urin. kelarutan pada zat tergantung pada Ph urin. fosfat mudah larut dalam urin yang asam, tetapi sukar larut pada urin yang alkalis. jadi, fosfat baru biasanya hanya ditemukan pada urin yang alkalis

Sebaiknya, asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika terdisosiasi dari pada yang tidak trdisosiasi, dan asam urat baru lebih cepat terbetuk pada urin yang asam. jika pembetukan NH3 berkurang urin harus lebih asam untu dapat mengeluarkan asam, dan hal ini menyebabkan pembentukan batu garam asam urat. fakror lain yang juga penting adalah berapa lama sebenarnya Kristal yang telah terbentuk tetap berada didalam urin yang jenuh. lama waktu tergantung pada uresis dan kondisi aliran dari saluran kemih bagian bawah, misalnya dapat menyebabkan Kristal menjadi terperangkap.

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada dikalis infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. batu yang mengisi pelum dan lebih dari dari dua kaliks ganji meberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. kelainan atau obtruksi pada system pelviskalis ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis uretropelvik) memepermudah timbulnya batu ginjal

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltic otot-otot system pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. tenaga peristaltic ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih. batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan obtruksi kronis berupa hidronefrosis

Batu yang terletak pada ureter maupun sisteren pelvikalises mampu meimbulakan obtruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas. obtruksi di ureter menimbulkan hibroureter dan hibronefrosis, batu dipielum dapat memimbulakn hidronifrotis dan batu dikaliks mayor dapat menimbulkan kliektasis pada kaliks yang bersangkutan. jika disertai dengan infeksi skunder dapat menimbulkan pionefrisis, urusepsis, abseb ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefretis, pada keadan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika mengenai dua sisi dan  dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.

Kondisi adanya batu pada ginjal memberikan masalah keperawatan pada pasien dengan adanya berbagai respon obstruksi, infeksi, dan peradangan

 

 

 

 

 

 

Nefrolitiasis

 

Sumber : Arif Muttaqin (Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan : 111)

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltic otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltic ureter mencoba untuk mengelurkan batu hingga turun kekandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan obtruksi kronis berupa hidronefrosis dan hidroureter.

Batu yang terletak pada ureter maupun system pelvikalises mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan stuktur saluran kemih sebelah atas. Obstruksi di ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielim dapat menimbulakan hidronefrosis, dan datu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan

Kondisi adanya batu pada ureter memberikan masalah perawatan pada pasien dengan adanya berbagai respon obsrtuksi, infeksi, dan peradanagan.

Urolithiasis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.      Manifestasi klinis

Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan.

Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

 


6.      Komplikasi

Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.

Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :

a.       Sempurnanya obstruksi

b.      Lamanya obstruksi

c.       Lokasi obstruksi

d.      Ada tidaknya infeksi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :

a.       Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita

b.      Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

c.       Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

 

7.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Laboratorium

Pada pemeriksaan urin didapatkan hematuria, dan bila terjadi obrtuksi lama akan menyebabkan penurunan penurunan fungsi ginjal

b.      Pielografi Intravena

Dapat melihat besarnya batu, letaknya dan adanya tanda-tanda obsrtuksi, terutama untuk batu yang tidak tembus sinar

c.       Sistoskopi

Dapat membantu pada keadaan yang meragukan didalam bui-bui

d.      Ultrasonografi

Dapat melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di bui-bui, dan adanya tanda-tanda dostruksi urin,

e.       Pielografi Retrograd

Dilakukan terutama pada jenis baru yang radiolusen

 

8.      Penatalaksanaan

a.       Terapi medik dan simtomatik

1)      Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu

2)      Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

b.      Terapi mekanik

E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy

c.       Terapi pembedahan

Jika tidak tersedia alat litotriptor

 

9.      Pencegahan

Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.

Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :

a.       Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi

b.      Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu


B.     Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkjin Anamnesis Fokuas

Keluhan yang didapatka dari pasien bergantung pada: posisi atau letak batu, besar batu, dan penyakit yang telah terjadi. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komperhensifnya pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST

Pengkajian anamnesis lainnya yang dieperlukan perawat pada saat anamnesis, meliputi hal-hal berikut :

1.      Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, atau muntah?

2.      Bagaimana keluah terjadi? Pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah menecerna makana pedas atau pengiritasi atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol?

3.      Bagaimana cara pasien untuk menurunkan keluhan? Minta pertolongan kesehatan atau berupaya untuk mengobati sendiri?

4.      Apakah keluahan yang ada berhubungan dengan perubahan posisi, beraktifitas, ansietas, stress, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?

5.      Bagaimana keluhan berkurang atau bisa hilang apakah dengan obat-obatan atau sembuh dengan sendirinya?

6.      Adakah riwayat keluarnya batu bersama urine sebelumnya atau pembedahan ginjal?

7.      Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam?

8.      Apakah ada orang lain dilingkungan pasien yang mempunyai gejala serupa?

 

 

 

 

 

 

 

Pengkajian nyeri batu ginjal dengan pendekatan PQRS

 

Pengkajian

Teknik pengkajian, prediksi hasil, dan implikasi klinis

Provoking Incident

Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada beberapa kasus didapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau berbaring berubah keposisi duduk atau melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri

Quality of Pain

Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos system kalises ataupunureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. peningkatan peristaltic tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya meningka sehingga terjadi peregangan dari terminal syaraf yang member sensasi nyeri. nyeri non-kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronifrosis atau infeksi pada ginjal.

Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri di seluruh area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah. diare dan ketidak nyamanan abdominal dapat terjadi. gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex retrointestinal dan proksimitas anatatomi ginjal kelambung, pancreas, dan usus besar

Region, radiation, relief

Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar kepaha dan genitalia. pasien merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urun yang keluar, dan biasanya menganung darah akibat aksi abrasis batu. keluhan ini disebut kolik uretra.

Nyeri yang berasal dari area renal menyebar seraca anterior dan pada wanita kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis

Severity (scale) of Pain

Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 pasien akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

0=tidak nyeri

1=nyeri ringan

2=nyeri sedang

3=nyeri berat

4=nyeri berat sekali/tidak tertahankan

Sekala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 pada rentang 0-4 pengkajian sekala nyeri

Time

Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atjala-gau seketika itu juga. tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus menerus atau hilang timbul (intermiten). tanyakan apa yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. lama timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut pertama kali timbul dan usahakan menghitung tanggal seteliti mungkin. misalnaya, tanyakan kepada pasien apa yang petama kali dirasakan sebagai “tidak bisa” atau “tidak enak”

 

Pengkajian riwayat penggunaan obat-obatan sebelumnya, khususnya pada pasien yang mnderita penyakit peradangan, sendi, akan menggunakan  OAINS dan pasca intervensi kemoterapi. riwayat adanya penurunan imunitas seperti kanker, luka barar, sepsis, trauma, pembedaha, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusan dan menjadi pfaktor penyebab gastritis akut.

Pengkajian riwayat sanitasi lingkungan, penggunaaan air minum dan cara pengolahan makanan perlu di tanyakan untuk menguji kemungkinan inpasi infeksi helikobakter pylori. infeksi ini menimbulkan keluhan nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, malaysie, dan kadang demam.

Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memeperoleh persepsi yang jelas untuk mengenai status emosional, kognitif dan perilaku pasien. perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, menetukan tingkat perlunya pengkajian psikososial psikososial, spiritual yang seksama.

Resiko pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan penderita dalam memenuhi tingkat kesehatannya.status pendididkan yang rendah memengaruhi persepsi pasien dalam menangggulangi penyakit system perkemihan.

Pada beberapa pasien yang diputuskan untuk dilakukan pembedahan yang berhubungan untuk mengatasi masalah pada system perkemihan akan memeberikan imflikasi keperawatan tentang penurunan kecemasan dan pemenuhan informasi perioperatif.

 

Pemeriksaan fisik pokus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV skunder dari nyeri kolik. pasien sangat kesakitan, keringat dingin dan lemah.

·         Insfeksi: pada pola eliminasi urn terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urin, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.

·         Palpasi: palpasi ginjal dilakuakn untuk mengidentipikasi masalah. Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidroneprosis.

·         Perkusi: perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut postoperteva dan didapatkan respon nyeri.

 

 

 

 

 

Pengkajian Diagnostic

1.      Pemeriksaan sedimen urin menunjukan adanya: leukosituria, hematuria, dijumpai Kristal-kristal pembentuk batu.

2.      Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

3.      Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi

4.      Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah

5.      Pemeriksaan poto polos abdomen, PIV, urogram, dan USG untuk menilai posisi besar, serta bentuk batu saluran kemih.

 

Pengkajian Penatalaksanaan Medis

Tujuan dari penatalaksanaan adalah menurunkan komplikasi pad ginjal dan menghilangkan keluhan. penatalaksanaan yang deiberikan adalah sebagai berikut :

1.      Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G . Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik. bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

2.      Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

3.      Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut) Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.

Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:

a.      Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal

b.      Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi

c.      Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter

d.      Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih

 

 

 

 


 

 

2.      Analisa Data

No

Data Subjektif dan Objektif

Etiologi

Permasalahan

1.

Ds : Klien mengatakan nyeri pada pinggang sama punggung belakangnya

Do : Biasanya nyerinya 4 dari skala1-5

 

Batu ginjal

Infeksi akibat iritasi batu pada ginjal atau peningkatan tekanan hidrostaltik dan distensi pada ginjal serta ureter. Respon obstruksi

Nyeri

Nyeri

2.

Ds : Klien mengatakan kencing 4-6 kali sehari

Do :

 

Pembentukan batu ginjal

Peningkatan tekanan hidrostaltik dan distensi pada ginjal dan ureter

Perubahan Pola Miksi

3.

Ds :

·      Klien biasanya mengatakan tidak ada nafsu buat makan

Do :

·      Klien akan terlihat kurus dan lemas.

·      Porsi makanan yang disediakan, biasanya hanya ¼ porsi yang dihabiskan

·      Berat badan pasien biasanya menurun dari sebelumnya.

Respon infeksi

Respon sistemik akibat nyerikolik (Mual, muntah, anoreksia)

Ketidak seimbangan nutrisi

Ketidak seimbangan nutrisi

4

Ds :

·      Klien biasanya mengeluh badannya panas

Do :

·      Biasanya leukosit dalam batas tidak normal

·      Suhu badan : 39,50C

Batu ginjal

Infeksi

Pembedahan

Resiko Infeksi

Resiko Infeksi

5

Ds :

·      Orang tua biasanya bertanya – tanya tentang penyakit anaknya.

·      Orang tua akan mengatakan khawatir tentang penyakit anaknya.

Do :

·      Klien akan terlihat cemas atau ketakutan

·      Klien akan tampak gelisah.

·      Orang tua biasanya tampak gelisah.

Batu Ginajal

Kurang informasi

Cemas

Cemas

6

Ds :

·      Klien atau keluarga klien biasanya mengeluh tidak tahu tentang penyakit yang di derita.

Do :

·      Klien dan keluarga klien biasanya akan tampak gelisah dengan penyakit yang di derita

 

Kurang Informasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.      Diagnose Keperawatan

a.       Nyeri kolik b.d aktivitas perisaltik otot polos system kalises, peregangan dari terminal syaraf skunder dari adanya batu pada ginjal.

b.      Perubahan pola miksi b.d retensi urin, sering bak, hematuria skunder dari iritasi saluran kemih.

c.       Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, efek sekunder dari nyeri kolik

d.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv (pembedahan).

e.       Kecemasa b.d proknosis pembedaha, tindakan infasik diagnostic

f.       Pemenuhan informasi b.d rencana pembedahan, tindakan diagnostic infasik (espl), perwncanaan pasien pulang.

 

Sumber : Arif Muttaqin (Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan : 114)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      Rencan Keperawatan.

 

Dx1 : Nyeri kolik berhungan dengan peristaltic otot polos system kalises, peregangan dari terminal syaraf skunder dari adanya batu pada ginjal, ureter.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang atau hilang atau terdaptasi

Kriteria evaluasi:

1.   secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. sekala nyri 0-1 (0-4).

2.   dapat mengi dentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

3.   Ekspresi pasien relax

Intervensi

Rasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non infasiv

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi lainnya telah menunjukkan ke efektifan dalam mengurangi nyeri

Lakukan menejemen nyeri keperawatan:

1.      Istirahatkan pasien

 

 

 

2.      Menejemen lingkungan tenang dan batasi pengunjung

 

 

 

 

 

 

 

3.      Beri ponpres hangat pada pinggang

 

 

4.      Lakukan teknk stimulasi per kuteneus

 

 

 

5.      Lakukan massage sekitar nyeri

6.      Dekatkan orang terdekat

 

7.      Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam

8.      Ajarkan teknik disrtaksi pada saat nyeri

 

 

 

 

 

 

9.      Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

 

 

1.      Istirahat akan meningkatkan kebetuhan o2 jaringan periver sehingga akan meningkatkan seplai darah ke jaringan

2.      Lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri eksternal dan menganjurkan pasien untuk beristrahat dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi o2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan dan menjaga privasi klien

3.      Pasodilatasi dapat menurunkan spasme otot dan kontraksi otot pinggang sehingga menurunkan stimulus nyeri

4.      Salah satu metode distraksi untuk menstimulasi pengeluaran endorphin-enkefalin yang berguna sebagai analgetik internal yang berfungsui membelok rasa nyeri

5.      Menungkatkan kelancaran suplai darah untuk menurunkan iskemia

6.      Akplorasi stimulus eksternal untuk menurunkan stimulus nyeri

7.      Mengikatkan asupan o2 sehingga akan menurunkan nyeri skunder

8.      Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkafalin yang dapat membloc reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan kekortek resebri sehingga menurunkan persepsi nyeri

9.      Pengetahuan yang akan dirasakan mampu mengurangi nyerinya dan dapat membantumengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapiutik

Kolaborasi dengan dokter dengan dokter untuk pemberian analgetik

Analgetik membeloc lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

 

Dx2 : Perubahan pola miksi b.d retensi urin, sering BAK, hematuria skunder dari iritasi saluran kemih.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien

Kriteria evaluasi:

1.      Prekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam

2.      Pasien mampu minum 2000cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari cairan yang mengiritasi kandung kemih

Intervensi

Rasional

Kaji pola berkemih dan catat produksi urin tiap 6 jam

Mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih dengan frekuensi miksi

Anjurkan pasien minum 2000cc/hari

Membantu mempertahankan fungsi ginjal, pemeberian air secara oral adalah pilihan terbaik untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinalius

Hindari minum kopi, the, cola, dan alcohol.

Menurunkan iritasi dengan mengindari minum yang bersifar mengiritasi saluran kemih

Kolaborasi:

1.      Pemberian mendikamentosa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Tindakan ekracorporeal shocwavelithhotric (eswl)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.      Tindakan endourologi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      Pembedahan terbuka

 

1.      Terapi menikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya <5mm karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian deuretikum, dan minum banyak supaya batu dapat tedorong dari saluran kemih.

2.      Alat ini memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan inpasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi pragmen-pragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melaui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria

3.      Tindakan urologi adalah tindakan inpasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Untuk itu dimasukkan melaui uretra atau melui insisi kecil pada kulit (per-kuta). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik, energy gelembung suara, atau dengan energy laser.

4.      Bedah terbuka pada kondisi pasien yang mengalami batu ginjal dilakukan atas pertimbangan medis, dimana belum tersedianya fasilitas untuk melakukan bedah eswl atau adanya pertimbangan adanya komplikasi secara klini s yang diharuskan untuk penatalaksanaan dengan pembedahan terbuka.

 

 

 

 

Dx3 : Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, efek sekunder dari nyeri kolik.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam setelah diberikanb asupan nutruisi klien terpenuhi. Kriteria eveluasi:

1.      Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.

2.      Pernyataan motvasi kuat utk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Intervensi

Rasional

Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan drajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mua/ muntah dan diare.

Memvalidasidan menetapkan drajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat

Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)

Memperhitungkan keinginan individu untuk memperbaiki asupan nutrisi.

Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodic (1xseminggu)

Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang. Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukan berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporka.

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah intervensi dari pemeriksaan oral.

Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.

Fasilitasi klien memperoleh diet sesui indikasi dan anjurkan menghindari supan dari agen iritan

Integ minuman mengandung kafein dihindari karena kafein merupakan stimulant system saraf pusat yang meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi pepsin. Penggunaan alcohol juga dihindari, demikian juga merokok, karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarmonat pangkreas dan karena menghambat netralisasi asam lambung dalam deudenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi yang meningkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan muntah.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat

Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik lain

Kolaborasi untuk pemberian anti-muntah

Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemampuan asupan nutrisi dan cairan peroral.

 

Dx4 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv (pembedahan).

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Tanda-tanda infeksi tidak ada.

Kriteria Evaluasi:

1.      TTV Normal

2.      Tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi

Rasional

Monitor vital sign setiap 5 – 6 jam

Mengetahui perkembangan vital sign

Monitor tanda dan gejala infeksi

Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi

Memberikan perawatan kulit pada daerah yang berisiko infeksi

Mengurangi terjadinya infeksi

Dorong asupan nutrisi dan cairan yang cukup

Membantu daya tahan tubuh, untuk mengurangi terjadi

Infeksi

Menjelaskan tanda-tanda infeksi dan pencegahannya

Memberikan pengetahuan pasien tentang infeksi

Kolaborasi dengan medis untuk pemeriksaan darah, kultur

Untuk mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium

Laksanakan pemberian obat antibiotika sesuai program

Membantu mengurangi terjadinya infeksi

 

Dx5 : Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostic

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang

Kriteria Evaluasi:

3.      Pasien Menyatakan Kecemasan Berkurang, Mengenal Perasaannya, Dpat Mengidentifikasi Penyebab Atau Factor Yang Mempengaruhinya, Kooperatif Terhadap Tindakan Dan Wajah Rilex

Intervensi

Rasional

Bantu pasien mengekspresikan prasaan marah, kehilangan dan takut

Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya

Beri dukungan pra bedah

Hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mempengaruhi penerimaan pasien dengan pembedahan. Aktif mendengar kehawatiran dan keperihatinan pasien adalah bagian penting dari evaluasi praoperatif. keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan dilakukan, pilihan anastesi, dan perubahan atau kejadian paska opreratif yang di harapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap anastesi. Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan diminta pendapat,ikut menentukan hasilpembedahan. Egbertet al. (1963 dalam gruendeman 2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi akan berkurang saat tiba dikamar operasi di banding mereka yang hanya sekedar diberi paramedikasi dengan fenobardital.

Hindari konfrontasi

Konfortasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin menghambat penyembuhan

Beri lingkungan yang tenang dan suasana yang penuh istirahat

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu

Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya.

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kehawatiran yang tidak di ekspresikan

Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat

Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan prilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang di pilih pasien melayani aktifitas dan pengalihkan (missal: membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi

Kolaborasi:

Berikan anti cemas sesuai indikasi, contohnya diazepam

Meningkatkan leraksasi dan menurnkan kecemasan.

 

 

Dx6 : Pemenuhan informasi b.d rencana pembedahan, tindakan ESWI, perencanaan pasien pulang

Tujuan:  dalam waktu 1x24 jam terpenuhi nya pengetahun pasien dan keluarga tentang pembedaha.

Kriteria evaluasi:

1.      Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan

2.      Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan

3.      Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotofasi untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang terlah di jelaskan

4.      Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intara operatif dan paska anastesi

5.      Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi intervensi prosedur paska anstesi atau perencanan pasien pulang

6.      Pasien dan keluarga memahami respon pembedahan secara fisiologis dan pisikologis

7.      Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat pengetahuan, sumber informasi yang di terima.

Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang tidak jelas

Diskusikan jadwal tindakan diagnostic infasif (ESWL) dan pembedahan

Pasien dan keluarga dan diberitahu waktu di mulainya tindakan ESWL dan pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadeal kamar oprasi yang padat

Diskusikan lamanya pembedahan

Kurang bijaksana bila memberitahukan pasien atau keluarganya tentang lamanya waktu tindakan ESWLdan operasi yang akan di jalani.

Lakukan pendidikan kesehatan preoperative

Manfaat dari instruksi preoperative telah di kenal sejak lama. Setiap pasien di ajarkan sebagai seorang individu dengan mempertimbangakan segala keunikan ansietas, kebutuhan dan harapannya.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Brunner & suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html#ixzz20vewD2j9

http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html#ixzz20vbBJcAX

Muttaqin Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta. Salemba Medika

Marilynn E.Dongoes.2002.Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta.EGC

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Salemba medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar