BAB I
LATAR BELAKANG
Batu-batu ginjal terbentuk ketika ada
pengurangan dalam volume urin atau kelebihan senyawa-senyawa yang membentuk
batu dalam urin. Tipe batu ginjal yang paling umum mengandung kalsium dalam
kombinasi dengan oxalate atau phosphate. Senyawa-senyawa kimia lain yang dapat
membentuk batu-batu dalam saluran kencing termasuk asam urat (uric acid) dan amino acid cystine.
Dehidrasi melalui pemasukan cairan yang
berkurang atau latihan yang berat tanpa penggantian cairan yang cukup
meningkatkan risiko batu-batu ginjal. Rintangan pada aliran urin dapat juga
menjurus pada pembentukan batu. Batu-batu ginjal dapat juga berakibat dari
infeksi di saluran kencing; ini dikenal sebagai batu-batu struvite atau
infeksi.
Pria-pria adalah paling mungkin mengembangkan
batu-batu ginjal, dan orang-orang kulit putih adalah lebih sering dipengaruhi
daripada orang-orang kulit hitam. Kelaziman dari batu-batu ginjal mulai
meningkat ketika pria-pria mencapai umur empatpuluhannya, dan ia berlanjut
untuk mendaki kedalam umur tujuhpuluhannya. Orang-orang yang telah mempunyai
lebih dari satu batu ginjal cenderung mengembangkan lebih banyak batu-batu.
Sejarah batu-batu ginjal keluarga juga adalah faktor risiko untuk mengembangkan
batu-batu ginjal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Teori
1.
Anatomi dan fisiologi ginjal
Ginjal merupakan organ pada tubuh
manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah
sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam
tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan
kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang
peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan
sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra
yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh. Fungsi ginjal Ginjal
a. Penyaring
racun dan zat-zat sisa dalam darah
Secara alami, manusia memiliki sepasang
ginjal yang kedua-duanya berfungsi sama. Organ tubuh manusia yang berbentuk
seperti biji kacang ini memiliki peranan penting dalam sistem metabolik tubuh
manusia. Selain menjadi organ penyaring racun dan zat-zat sisa dalam darah,
ginjal juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan volume dan komposisi cairan
tubuh.
b. Membersihkan
racun dan mengeluarkan limbah dari darah
Organ yang terletak pada masing-masing
sisi tulang belakang dengan ukuran sebesar 12 cm dengan berat 180 gram ini pun
merupakan filter yang sangat baik, fungsi utamanya adalah untuk membersihkan
racun dan mengeluarkan limbah dari darah.
c. Mempertahanakan
volume dan komposisi cairan tubuh (konsentrasi elektrolit)
Tidak hanya itu saja ginjal juga
berfungsi untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh, serta untuk
mengeluarkan hormon yang membantu produksi sel darah merah. Oleh karena itu,
ginjal memainkan peran utama dalam mengatur tekanan darah dan menyeimbangkan
elektrolit penting yang menyeimbangkan elektrolit penting yang menjaga ritme
jantung.
d. Menyeimbangkan
sirkulasi darah dalam tubuh
Selain berfungsi untuk menyaring dan
membuang zat-zat yang tidak diperlukan dan mempertahankan kandungan nutrisi dan
mineral yang diperlukan tubuh, ginjal juga berperan dalam keseimbangan
sirkulasi darah dalam tubuh, yakni mengatur tekanan darah, memproduksi sel
darah merah.
e. Memfilter
darah
Setiap hari, ginjal memfilter 180 liter
darah. Ginjal menerima 100-120 mililiter darah per menit di mana jumlah ini
sangat besar dibandingkan dengan ukurannya yang kecil. Hal tersebut berarti
setiap harinya ginjal memfilter darah sebanyak 50 kali dalam sehari.
f. Mengatur
keseimbangan asam – basa
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur
jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa
hari.
2. Pengertian
a. Batu
ginjal atau Nefrolitiasis merupakan suatu keaadan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal.
b. Batu
ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada dikaliks, infudibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pervis ssecara keseluruh kalis ginjal.
batu ginjal yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks ginjal memberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut staghorn. kelainan atau
obtruksi pada system pelvikalisis ginjal (penyempitan infudibulum dan stenosis
uritropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih. jika disertai dengan
infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, orosepsis, abses ginjal, abses
perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis.
c. Urolithiasis
adalah adanya batu atau kulkulus dalam sistem urinarius atau saluran
perkemihan,(Barbara M. Nettina, 2002). Ureterolithiasis adalah batuyang
terdapat di ureter
d. Urolitiasis
adalah suatu keadaan terbentuknya batu (calculus) pada ginjal dan saluran
kemih. Batu terbentuk dari tractus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium postpat, dan asam urat meningkat. Batu dapat
ditemukan dosetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya
berfariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai
batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.
3. Etiologi
Ada beberapa factor yang memungkinkan
terbentuknya batu pada saluran kemih, yaitu sebagai berikut:
a. Hiperkalsiuria
adalah kelainan metabolic yang paling umun. Beberapa kasus hiperkalsiuria
berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan
dengan kelebihan diet kalsium dan/ atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu
aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorpsi kalsium dari tulang ( yaitu
hiperparatiriroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidak mampuan
dari tubus ginjal untuk merebut kembali kalsium dan filtrate glomerulus (ginjal
kebocoran hiperkalsiuria)
b. Pelepasan
adh yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan, dan ph urin.
c. Lamanya
kristal terbentuk didalam urin, dipengaruhi mobilisasi rutin
d. Gangguan
re absorsi ginjal dan gangguan aliran urin
e. Infeksi
saluran kemih
f. Kurangnya
asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu
g. Idiopatik
4. Patofisiologi
Zat pembentuk batu dapat mengendap di
urin jika ambang kelarutannya terlampaui. pada rentang yang disebut rentang
metastabil, pembentukan Kristal mungkin tidak terjadi sama sekali atau hanya
berjalan dengan sangat lamabat, meskipun larutan sangant jenuh. namun, jika
konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, maka terjadi
tristalisasi. pelarutan Kristal yang telah terbentuk hanya dapat terjadi dengan
menurunkan konsentrasi dibawah rentang metastabil.
Menurut silbernagl (2007), senyawa yang
paling sering ditemukan dalam batu ginjal adalh kalsium oksalat (sekitar 70%),
kalsium fosfat atau magnesium-amonium fosfat (sekitar 30%), serta xantin atau
sistin (<5%). beberapa zat bisa terdapat didalam satu batu karena Kristal
yang terbentuk sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan
pengendapan bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu, totalnya
adalah >100%). pada peningkatan filtrasi dan eskresi zat penghasil batu akan
membuat peningkatan konsentrasi didalam plasma.
Jadi, hiperkalsiuria dan fosfaturia
terjadi akibat peningkatan absorsi di usus dan metabolism dari tulang,
contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitriol. hiperkalsalemia dapat
disebabkan oleh kelainan metabolic pada pemecahan asam amino atau peningkatan absorsi
di usus. hiperurisemia terjadi akibat suplai yang belebihan, sitesis baru yang
meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. batu xatin bapat terjadi jika
pembentukan pirin sangant meningkat dari pemecahan urin xatin menjadi asam urat
dihambat. namun, xatin lebih mudah larut dari pada asam urat sehingga batu
xatin lebih jarang ditemukan
Gangguan reabsorsi ginjal merupakan
penyebab yang sering dari peningkatan eskresi ginjal pada hiperkaliuria dan
merupakan penyebab tetap pada sistinuria. konsentrasi CA2+ didalam darah dipertahankan
melalui absorsi di usus dan mobilisasi mineral tulang, sementara konsentrasi
sistin dipertahankan dengan mengurangi pemecahannya
Plasma ADH (pada situasi volume yang
berkurang pada saat dehidrasi, kondisi stress, dan lainnya) menyebabkan
peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi
urin. kelarutan pada zat tergantung pada Ph urin. fosfat mudah larut dalam urin
yang asam, tetapi
sukar larut pada urin yang alkalis. jadi, fosfat baru biasanya hanya ditemukan
pada urin yang alkalis
Sebaiknya, asam urat (garam asam urat)
lebih mudah larut jika terdisosiasi dari pada yang tidak trdisosiasi, dan asam
urat baru lebih cepat terbetuk pada urin yang asam. jika pembetukan NH3
berkurang urin harus lebih asam untu dapat mengeluarkan asam, dan hal ini
menyebabkan pembentukan batu garam asam urat. fakror lain yang juga penting
adalah berapa lama sebenarnya Kristal yang telah terbentuk tetap berada didalam
urin yang jenuh. lama waktu tergantung pada uresis dan kondisi aliran dari
saluran kemih bagian bawah, misalnya dapat menyebabkan Kristal menjadi
terperangkap.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal
kemudian berada dikalis infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan mengisi pelvis,
serta seluruh kaliks ginjal. batu yang mengisi pelum dan lebih dari dari dua
kaliks ganji meberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn. kelainan atau obtruksi pada system pelviskalis ginjal (penyempitan
infundibulum dan stenosis uretropelvik) memepermudah timbulnya batu ginjal
Batu yang tidak terlalu besar didorong
oleh peristaltic otot-otot system pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu
ureter. tenaga peristaltic ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun
ke kandung kemih. batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar
spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan obtruksi kronis berupa
hidronefrosis
Batu yang terletak pada ureter maupun
sisteren pelvikalises mampu meimbulakan obtruksi saluran kemih dan menimbulkan
kelainan struktur saluran kemih sebelah atas. obtruksi di ureter menimbulkan
hibroureter dan hibronefrosis, batu dipielum dapat memimbulakn hidronifrotis
dan batu dikaliks mayor dapat menimbulkan kliektasis pada kaliks yang
bersangkutan. jika disertai dengan infeksi skunder dapat menimbulkan
pionefrisis, urusepsis, abseb ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik,
ataupun pielonefretis, pada keadan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal
dan jika mengenai dua sisi dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal permanen.
Kondisi adanya batu pada ginjal
memberikan masalah keperawatan pada pasien dengan adanya berbagai respon
obstruksi, infeksi, dan peradangan
Nefrolitiasis
Sumber : Arif Muttaqin (Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan
: 111)
Batu yang tidak terlalu besar didorong
oleh peristaltic otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu
ureter. Tenaga peristaltic ureter mencoba untuk mengelurkan batu hingga turun
kekandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar
spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan obtruksi kronis berupa
hidronefrosis dan hidroureter.
Batu yang terletak pada ureter maupun
system pelvikalises mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan
kelainan stuktur saluran kemih sebelah atas. Obstruksi di ureter dapat
menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielim dapat menimbulakan
hidronefrosis, dan datu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada
kaliks yang bersangkutan
Kondisi adanya batu pada ureter
memberikan masalah perawatan pada pasien dengan adanya berbagai respon
obsrtuksi, infeksi, dan peradanagan.
Urolithiasis
5. Manifestasi klinis
Adanya
batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan
edema. Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang
disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara
perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri
yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan.
Batu
di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus
diarea konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak
diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang
menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive
batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi
dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
6. Komplikasi
Batu
yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi
obstruksi baik sebagian atau total.
Hal
tersebut diatas dipengaruhi oleh :
a.
Sempurnanya obstruksi
b.
Lamanya obstruksi
c.
Lokasi obstruksi
d.
Ada tidaknya infeksi
Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :
a. Statis
urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme
maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita
b. Meningkatkan
tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih
berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
c. Kerusakan
jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.
7. Pemeriksaan Penunjang
a.
Laboratorium
Pada
pemeriksaan
urin didapatkan hematuria, dan bila terjadi obrtuksi lama akan menyebabkan
penurunan penurunan fungsi ginjal
b.
Pielografi Intravena
Dapat
melihat besarnya batu, letaknya dan adanya tanda-tanda obsrtuksi, terutama
untuk batu yang tidak tembus sinar
c.
Sistoskopi
Dapat
membantu pada keadaan yang meragukan didalam bui-bui
d.
Ultrasonografi
Dapat
melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di bui-bui, dan adanya tanda-tanda
dostruksi urin,
e.
Pielografi Retrograd
Dilakukan
terutama pada jenis baru yang radiolusen
8. Penatalaksanaan
a.
Terapi
medik dan simtomatik
1) Terapik
medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
2) Pengobatan
Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum
berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b.
Terapi
mekanik
E
S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
c.
Terapi
pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor
9. Pencegahan
Untuk
mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi
dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka
perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
a. Masalah
yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus
dikoreksi
b. Infeksi
harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu
B. Konsep
Asuhan
Keperawatan
1. Pengkjin Anamnesis Fokuas
Keluhan yang didapatka dari pasien
bergantung pada: posisi atau letak batu, besar batu, dan penyakit yang telah
terjadi. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk
lebih komperhensifnya pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST
Pengkajian anamnesis lainnya yang
dieperlukan perawat pada saat anamnesis, meliputi hal-hal berikut :
1. Apakah
pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, atau muntah?
2. Bagaimana
keluah terjadi? Pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah menecerna
makana pedas atau pengiritasi atau setelah mencerna obat tertentu atau alcohol?
3. Bagaimana
cara pasien untuk menurunkan keluhan? Minta pertolongan kesehatan atau berupaya
untuk mengobati sendiri?
4. Apakah
keluahan yang ada berhubungan dengan perubahan posisi, beraktifitas, ansietas,
stress, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat?
5. Bagaimana
keluhan berkurang atau bisa hilang apakah dengan obat-obatan atau sembuh dengan
sendirinya?
6. Adakah
riwayat keluarnya batu bersama urine sebelumnya atau pembedahan ginjal?
7. Bagaimana
riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam?
8. Apakah
ada orang lain dilingkungan pasien yang mempunyai gejala serupa?
Pengkajian
nyeri batu ginjal dengan pendekatan PQRS
Pengkajian |
Teknik pengkajian, prediksi hasil,
dan implikasi klinis |
Provoking Incident |
Tidak
ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada beberapa kasus
didapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau
berbaring berubah keposisi duduk atau melakukan fleksi pada badan biasanya
menyebabkan keluhan nyeri |
Quality of Pain |
Kualitas
nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. nyeri kolik
terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos system kalises ataupunureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. peningkatan
peristaltic tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya meningka sehingga
terjadi peregangan dari terminal syaraf yang member sensasi nyeri. nyeri
non-kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronifrosis atau infeksi pada ginjal. Bila
nyeri mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri di seluruh area
kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah. diare dan
ketidak nyamanan abdominal dapat terjadi. gejala gastrointestinal ini akibat
dari reflex retrointestinal dan proksimitas anatatomi ginjal kelambung,
pancreas, dan usus besar |
Region, radiation, relief |
Batu
ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang luar biasa, akut,
dan kolik yang menyebar kepaha dan genitalia. pasien merasa ingin berkemih,
namun hanya sedikit urun yang keluar, dan biasanya menganung darah akibat
aksi abrasis batu. keluhan ini disebut kolik uretra. Nyeri
yang berasal dari area renal menyebar seraca anterior dan pada wanita kebawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis |
Severity (scale) of Pain |
Pasien
bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 pasien akan menilai seberapa jauh
rasa nyeri yang dirasakan 0=tidak
nyeri 1=nyeri
ringan 2=nyeri
sedang 3=nyeri
berat 4=nyeri
berat sekali/tidak tertahankan Sekala
nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 pada rentang
0-4 pengkajian sekala nyeri |
Time |
Sifat
mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak,
perlahan-lahan atjala-gau seketika itu juga. tanyakan apakah gejala-gejala
timbul secara terus menerus atau hilang timbul (intermiten). tanyakan apa
yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. lama timbulnya
(durasi), tentukan kapan gejala tersebut pertama kali timbul dan usahakan
menghitung tanggal seteliti mungkin. misalnaya, tanyakan kepada pasien apa
yang petama kali dirasakan sebagai “tidak bisa” atau “tidak enak” |
Pengkajian riwayat penggunaan
obat-obatan sebelumnya, khususnya pada pasien yang mnderita penyakit
peradangan, sendi, akan menggunakan
OAINS dan pasca intervensi kemoterapi. riwayat adanya penurunan imunitas
seperti kanker, luka barar, sepsis, trauma, pembedaha, gagal pernapasan, gagal
ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusan dan menjadi pfaktor penyebab
gastritis akut.
Pengkajian riwayat sanitasi lingkungan,
penggunaaan air minum dan cara pengolahan makanan perlu di tanyakan untuk
menguji kemungkinan inpasi infeksi helikobakter pylori. infeksi ini menimbulkan
keluhan nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, malaysie, dan kadang demam.
Pengkajian psikologis pasien meliputi
beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memeperoleh persepsi yang
jelas untuk mengenai status emosional, kognitif dan perilaku pasien. perawat
mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual
saat ini, menetukan tingkat perlunya pengkajian psikososial psikososial,
spiritual yang seksama.
Resiko pendapatan ekonomi yang rendah
berpengaruh terhadap kemampuan penderita dalam memenuhi tingkat
kesehatannya.status pendididkan yang rendah memengaruhi persepsi pasien dalam
menangggulangi penyakit system perkemihan.
Pada beberapa pasien yang diputuskan
untuk dilakukan pembedahan yang berhubungan untuk mengatasi masalah pada system
perkemihan akan memeberikan imflikasi keperawatan tentang penurunan kecemasan
dan pemenuhan informasi perioperatif.
Pemeriksaan fisik pokus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV
skunder dari nyeri kolik. pasien sangat kesakitan, keringat dingin dan lemah.
·
Insfeksi: pada pola eliminasi urn
terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urin, dan sering miksi.
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
·
Palpasi: palpasi ginjal dilakuakn untuk
mengidentipikasi masalah. Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi
sakit akibat hidroneprosis.
·
Perkusi: perkusi atau pemeriksaan ketok
ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut postoperteva dan
didapatkan respon nyeri.
Pengkajian Diagnostic
1. Pemeriksaan
sedimen urin menunjukan adanya: leukosituria, hematuria, dijumpai
Kristal-kristal pembentuk batu.
2. Pemeriksaan
kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
3. Pemeriksaan
fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi
4. Pemeriksaan
elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah
5. Pemeriksaan
poto polos abdomen, PIV, urogram, dan USG untuk menilai posisi besar, serta
bentuk batu saluran kemih.
Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Tujuan dari penatalaksanaan adalah
menurunkan komplikasi pad ginjal dan menghilangkan keluhan. penatalaksanaan
yang deiberikan adalah sebagai berikut :
1.
Terapi medis dan
simtomatik
Terapi medis berusaha
untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu
asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G . Terapi simtomatik berusaha
untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/
banyak dan pemberian diuretik. bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
2.
Terapi mekanik
(Litotripsi)
Pada batu ginjal,
litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser
melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi.
Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal
dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
3.
Tindakan bedah
Tindakan bedah
dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut)
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat
ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika
batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga
dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk
memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang
dilakukan antara lain:
a.
Pielolititomi:
jika batu berada di piala ginjal
b.
Nefrotomi: bila
batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
c.
Ureterolitotomi:
bila batu berada dalam ureter
d.
Sistolitotomi:
jika batu berada di kandung kemih
2. Analisa Data
No |
Data Subjektif
dan Objektif |
Etiologi |
Permasalahan |
1. |
Ds : Klien mengatakan nyeri pada pinggang
sama punggung belakangnya Do : Biasanya
nyerinya 4 dari skala1-5 |
Batu ginjal ↓ Infeksi akibat iritasi batu pada
ginjal atau peningkatan tekanan hidrostaltik dan distensi pada ginjal serta
ureter. Respon obstruksi ↓ Nyeri |
Nyeri |
2. |
Ds
: Klien
mengatakan kencing 4-6 kali sehari Do
: |
Pembentukan
batu ginjal ↓ Peningkatan
tekanan hidrostaltik dan distensi pada ginjal dan ureter |
Perubahan
Pola Miksi |
3. |
Ds : · Klien biasanya
mengatakan tidak ada nafsu buat makan Do : ·
Klien akan terlihat kurus dan lemas. ·
Porsi makanan yang disediakan, biasanya hanya ¼
porsi yang dihabiskan · Berat badan
pasien biasanya menurun dari sebelumnya. |
Respon infeksi ↓ Respon
sistemik akibat nyerikolik (Mual, muntah, anoreksia) ↓ Ketidak
seimbangan nutrisi |
Ketidak
seimbangan nutrisi |
4 |
Ds : · Klien biasanya
mengeluh badannya panas Do : ·
Biasanya leukosit dalam batas tidak normal ·
Suhu badan : 39,50C |
Batu ginjal ↓ Infeksi ↓ Pembedahan ↓ Resiko Infeksi |
Resiko Infeksi |
5 |
Ds : · Orang tua
biasanya bertanya – tanya tentang penyakit anaknya. · Orang tua akan
mengatakan khawatir tentang penyakit anaknya. Do : · Klien akan
terlihat cemas atau ketakutan · Klien akan
tampak gelisah. · Orang tua
biasanya tampak gelisah. |
Batu Ginajal ↓ Kurang
informasi ↓ Cemas |
Cemas |
6 |
Ds : · Klien atau
keluarga klien biasanya mengeluh tidak tahu tentang penyakit yang di derita. Do : · Klien dan
keluarga klien biasanya akan tampak gelisah dengan penyakit yang di derita |
|
Kurang
Informasi |
3. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri
kolik b.d aktivitas perisaltik otot polos system kalises, peregangan dari terminal
syaraf skunder dari adanya batu pada ginjal.
b. Perubahan
pola miksi b.d retensi urin, sering bak, hematuria skunder dari iritasi saluran
kemih.
c. Resiko
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, efek
sekunder dari nyeri kolik
d. Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv (pembedahan).
e. Kecemasa
b.d proknosis pembedaha, tindakan infasik diagnostic
f. Pemenuhan
informasi b.d rencana pembedahan, tindakan diagnostic infasik (espl),
perwncanaan pasien pulang.
Sumber : Arif
Muttaqin (Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan : 114)
4.
Rencan
Keperawatan.
Dx1 : Nyeri kolik berhungan dengan
peristaltic otot polos system kalises, peregangan dari terminal syaraf
skunder dari adanya batu pada ginjal, ureter. |
|
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nyeri
berkurang atau hilang atau terdaptasi Kriteria evaluasi: 1.
secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau
dapat diadaptasi. sekala nyri 0-1 (0-4). 2.
dapat mengi dentifikasi aktifitas yang
meningkatkan atau menurunkan nyeri. 3.
Ekspresi pasien relax |
|
Intervensi |
Rasional |
Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non infasiv |
Pendekatan dengan menggunakan
relaksasi dan non farmakologi lainnya telah menunjukkan ke efektifan dalam
mengurangi nyeri |
Lakukan menejemen nyeri keperawatan: 1.
Istirahatkan pasien 2.
Menejemen lingkungan tenang dan batasi pengunjung 3.
Beri ponpres hangat pada pinggang 4.
Lakukan teknk stimulasi per kuteneus 5.
Lakukan massage sekitar nyeri 6.
Dekatkan orang terdekat 7.
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam 8.
Ajarkan teknik disrtaksi pada saat nyeri 9.
Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. |
1.
Istirahat akan meningkatkan kebetuhan o2 jaringan
periver sehingga akan meningkatkan seplai darah ke jaringan 2.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulasi nyeri
eksternal dan menganjurkan pasien untuk beristrahat dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi o2 ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada diruangan dan menjaga privasi klien 3.
Pasodilatasi dapat menurunkan spasme otot dan
kontraksi otot pinggang sehingga menurunkan stimulus nyeri 4.
Salah satu metode distraksi untuk menstimulasi
pengeluaran endorphin-enkefalin yang berguna sebagai analgetik internal yang
berfungsui membelok rasa nyeri 5.
Menungkatkan kelancaran suplai darah untuk
menurunkan iskemia 6.
Akplorasi stimulus eksternal untuk menurunkan
stimulus nyeri 7.
Mengikatkan asupan o2 sehingga akan menurunkan
nyeri skunder 8.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan
enkafalin yang dapat membloc reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan kekortek
resebri sehingga menurunkan persepsi nyeri 9.
Pengetahuan yang akan dirasakan mampu mengurangi
nyerinya dan dapat membantumengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana
terapiutik |
Kolaborasi dengan dokter dengan dokter
untuk pemberian analgetik |
Analgetik membeloc lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang |
Dx2 : Perubahan pola miksi b.d retensi
urin, sering BAK, hematuria skunder dari iritasi saluran kemih. |
|
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam pola
eliminasi optimal sesuai kondisi pasien Kriteria evaluasi: 1.
Prekuensi miksi dalam batas 5-8x/24 jam 2.
Pasien mampu minum 2000cc/24 jam dan kooperatif
untuk menghindari cairan yang mengiritasi kandung kemih |
|
Intervensi |
Rasional |
Kaji pola berkemih dan catat produksi
urin tiap 6 jam |
Mengetahui pengaruh iritasi kandung
kemih dengan frekuensi miksi |
Anjurkan pasien minum 2000cc/hari |
Membantu mempertahankan fungsi ginjal,
pemeberian air secara oral adalah pilihan terbaik untuk mendukung aliran
darah renal dan untuk membilas bakteri dari traktus urinalius |
Hindari minum kopi, the, cola, dan
alcohol. |
Menurunkan iritasi dengan mengindari
minum yang bersifar mengiritasi saluran kemih |
Kolaborasi: 1.
Pemberian mendikamentosa 2.
Tindakan ekracorporeal shocwavelithhotric (eswl) 3.
Tindakan endourologi 4.
Pembedahan terbuka |
1.
Terapi menikamentosa ditujukan untuk batu yang
ukurannya <5mm karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian deuretikum, dan minum banyak supaya batu dapat tedorong dari
saluran kemih. 2.
Alat ini memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan inpasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi pragmen-pragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melaui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria 3.
Tindakan urologi adalah tindakan inpasif minimal
untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung kedalam saluran kemih. Untuk itu dimasukkan melaui uretra atau melui
insisi kecil pada kulit (per-kuta). Proses pemecahan batu dapat dilakukan
secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik, energy gelembung suara, atau
dengan energy laser. 4.
Bedah terbuka pada kondisi pasien yang mengalami
batu ginjal dilakukan atas pertimbangan medis, dimana belum tersedianya
fasilitas untuk melakukan bedah eswl atau adanya pertimbangan adanya
komplikasi secara klini s yang diharuskan untuk penatalaksanaan dengan
pembedahan terbuka. |
Dx3 : Resiko ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, efek sekunder dari nyeri
kolik. Tujuan: dalam waktu 1x24 jam setelah
diberikanb asupan nutruisi klien terpenuhi. Kriteria eveluasi: 1.
Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi
yang adekuat. 2.
Pernyataan motvasi kuat utk memenuhi kebutuhan
nutrisinya. |
|
Intervensi |
Rasional |
Kaji status nutrisi klien, turgor
kulit, berat badan dan drajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral,
kemampuan menelan, riwayat mua/ muntah dan diare. |
Memvalidasidan menetapkan drajat
masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat |
Fasilitasi klien memperoleh diet biasa
yang disukai klien (sesuai indikasi) |
Memperhitungkan keinginan individu
untuk memperbaiki asupan nutrisi. |
Pantau intake dan output, anjurkan
untuk timbang berat badan secara periodic (1xseminggu) |
Berguna dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut
selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang. Bila
makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukan berulangnya episode
gastritis dievaluasi dan dilaporka. |
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah intervensi dari
pemeriksaan oral. |
Menurunkan rasa tak enak karena sisa
makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah. |
Fasilitasi klien memperoleh diet sesui
indikasi dan anjurkan menghindari supan dari agen iritan |
Integ minuman mengandung kafein
dihindari karena kafein merupakan stimulant system saraf pusat yang
meningkatkan aktifitas lambung dan sekresi pepsin. Penggunaan alcohol juga
dihindari, demikian juga merokok, karena nikotin akan mengurangi sekresi
bikarmonat pangkreas dan karena menghambat netralisasi asam lambung dalam
deudenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi yang meningkatkan aktivitas
otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan muntah. |
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat |
Merencanakan diet dengan kandungan
nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori
sehubungan dengan status hipermetabolik lain |
Kolaborasi untuk pemberian anti-muntah |
Meningkatkan rasa nyaman
gastrointestinal dan meningkatkan kemampuan asupan nutrisi dan cairan
peroral. |
Dx4
: Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv (pembedahan). |
|
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam
Tanda-tanda infeksi tidak ada. Kriteria Evaluasi: 1.
TTV Normal 2.
Tidak ada tanda-tanda infeksi |
|
Intervensi |
Rasional |
Monitor vital sign setiap 5 – 6 jam |
Mengetahui perkembangan vital sign |
Monitor tanda dan gejala infeksi |
Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi |
Memberikan perawatan kulit pada daerah
yang berisiko infeksi |
Mengurangi terjadinya infeksi |
Dorong asupan nutrisi dan cairan yang
cukup |
Membantu daya tahan tubuh, untuk
mengurangi terjadi Infeksi |
Menjelaskan tanda-tanda infeksi dan
pencegahannya |
Memberikan pengetahuan pasien tentang
infeksi |
Kolaborasi dengan medis untuk
pemeriksaan darah, kultur |
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan
laboratorium |
Laksanakan pemberian obat antibiotika
sesuai program |
Membantu mengurangi terjadinya infeksi |
Dx5 : Kecemasan
b.d prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostic |
|
Tujuan:
dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang Kriteria
Evaluasi: 3. Pasien
Menyatakan Kecemasan Berkurang, Mengenal Perasaannya, Dpat Mengidentifikasi
Penyebab Atau Factor Yang Mempengaruhinya, Kooperatif Terhadap Tindakan Dan
Wajah Rilex |
|
Intervensi |
Rasional |
Bantu pasien
mengekspresikan prasaan marah, kehilangan dan takut |
Cemas
berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya |
Beri
dukungan pra bedah |
Hubungan
emosional yang baik antara perawat dan pasien akan mempengaruhi penerimaan
pasien dengan pembedahan. Aktif mendengar kehawatiran dan keperihatinan
pasien adalah bagian penting dari evaluasi praoperatif. keterbukaan mengenai
tindakan bedah yang akan dilakukan, pilihan anastesi, dan perubahan atau
kejadian paska opreratif yang di harapkan akan menghilangkan banyak ketakutan
tak berdasar terhadap anastesi. Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah
suatu peristiwa hidup yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk
memandang pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan
dan diminta pendapat,ikut menentukan hasilpembedahan. Egbertet al. (1963
dalam gruendeman 2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang dikunjungi
dan diminta pendapat sebelum operasi akan berkurang saat tiba dikamar operasi
di banding mereka yang hanya sekedar diberi paramedikasi dengan fenobardital. |
Hindari
konfrontasi |
Konfortasi
dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama dan mungkin menghambat
penyembuhan |
Beri
lingkungan yang tenang dan suasana yang penuh istirahat |
Mengurangi
rangsangan eksternal yang tidak perlu |
Beri
kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan ansietasnya. |
Dapat
menghilangkan ketegangan terhadap kehawatiran yang tidak di ekspresikan |
Berikan
privasi untuk pasien dan orang terdekat |
Memberi
waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan prilaku
adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang di pilih pasien melayani
aktifitas dan pengalihkan (missal: membaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi |
Kolaborasi: Berikan anti
cemas sesuai indikasi, contohnya diazepam |
Meningkatkan
leraksasi dan menurnkan kecemasan. |
Dx6 : Pemenuhan
informasi b.d rencana pembedahan, tindakan ESWI, perencanaan pasien pulang |
|
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam terpenuhi nya
pengetahun pasien dan keluarga tentang pembedaha. Kriteria
evaluasi: 1. Pasien
dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan 2. Pasien
dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan 3. Pasien
dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotofasi untuk
melakukan aturan atau prosedur prabedah yang terlah di jelaskan 4. Pasien
dan keluarga memahami tahap-tahap intara operatif dan paska anastesi 5. Pasien
dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi intervensi prosedur paska
anstesi atau perencanan pasien pulang 6. Pasien
dan keluarga memahami respon pembedahan secara fisiologis dan pisikologis 7. Secara
subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional |
|
Intervensi |
Rasional |
Kaji tingkat
pengetahuan, sumber informasi yang di terima. |
Menjadi data
dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang
tidak jelas |
Diskusikan
jadwal tindakan diagnostic infasif (ESWL) dan pembedahan |
Pasien dan
keluarga dan diberitahu waktu di mulainya tindakan ESWL dan pembedahan.
Apabila rumah sakit mempunyai jadeal kamar oprasi yang padat |
Diskusikan
lamanya pembedahan |
Kurang
bijaksana bila memberitahukan pasien atau keluarganya tentang lamanya waktu
tindakan ESWLdan operasi yang akan di jalani. |
Lakukan
pendidikan kesehatan preoperative |
Manfaat dari
instruksi preoperative telah di kenal sejak lama. Setiap pasien di ajarkan
sebagai seorang individu dengan mempertimbangakan segala keunikan ansietas,
kebutuhan dan harapannya. |
Daftar Pustaka
Brunner & suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC
Carpenito,
L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html#ixzz20vewD2j9
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html#ixzz20vbBJcAX
Muttaqin Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta. Salemba
Medika
Marilynn E.Dongoes.2002.Rencana Asuhan keperawatan.Jakarta.EGC
NANDA,
2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Nursalam. 2009. Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Salemba
medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar