Etiologi
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung
koroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
- penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) a coronaria, akan
tetapi penyempitan bertahap akan memungkinkan berkembangnya kolateral yang
cukup sebagai pengganti.
- aterosklerosis,
menyebabkan sekitar 98% kasus PJK.
- penyempitan a coronaria pada sifilis, aortitis takayasu,
berbagai jenis arteritis yang mengenai a coronaria, dll. (Chandrasoma,
2006; Kusmana dan Hanafi, 2003).
Faktor
Risiko
Faktor risiko
ada yang dapat dimodifikasi dan ada yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor
risiko penting yang dapat dimodifikasi adalah merokok, hiperlipoproteinemia dan
hiperkolesterolemia, hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas. Faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga
dengan aterosklerotik (Kusmana dan Hanafi, 2003).
Risiko
aterosklerosis koroner meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius
jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya
penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap
faktor- faktor aterogenik. Wanita agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini
sampai menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria; diduga oleh
adanya efek perlindungan estrogen. Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap
ateros-klerosis daripada orang kulit putih. Riwayat keluarga yang positif
terhadap penyakit jantung koroner (saudara atau orang tua yang menderita
penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya
aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh genetik dan lingkungan masih belum
diketahui. Komponen genetik dapat diduga pada beberapa bentuk aterosklerosis
yang nyata, atau yang cepat per-kembangannya, seperti pada gangguan lipid
familial. Tetapi, riwayat keluarga dapat pula mencerminkan komponen lingkungan
yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stres atau obesitas
(Santoso dan Setiawan, 2005).
Merokok dapat
merangsang proses ateriosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri,
karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi
katekolamin yang dapat menimbulkan reaksi trombosit, glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri. DM, obesitas, dan
hiperlipoproteinemia berhubungan dengan pengendapan lemak. Hipertensi merupakan
beban tekanan dinding arteri (Kusmana dan Hanafi, 2003).
PEMBAHASAN
Pada kasus di
atas didapatkan seorang laki-laki berumur 40 tahun dengan keluhan utama nyeri
dada. Dia khawatir terkena penyakit jantung koroner karena ayahnya dengan
keluhan yang sama dinyatakan menderita PJK. Beberapa tahun yang lalu,
kebanyakan pasien takut menderita tuberkulosis bila merasa sakit dalam dadanya.
Namun, sekarang yang lebih ditakutkan adalah penyakit jantung. Kertohoesodo
(1987) mengatakan bahwa nyeri dada dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyakit seperti flu, salah tidur, ketegangan batin, penyakit pada tulang
rusuk, pada otot dan atau saraf sela iga, bronkhitis, pleuritis, perikarditis,
dan lain-lain.
Masing-masing
penyakit tersebut menimbulkan manifestasi nyeri dada dengan sifat yang
berbeda-beda. Pada angina dan infark miokard sudah dijelaskan di atas. Pada
pleuritis, nyeri dirasakan saat inspirasi dan batuk. Perikarditis, nyeri dengan
lokasi di tengah dada, menusuk ke belakang dan ke pinggir trapezius.
Chandrasoma dan Taylor (2006) mengatakan bahwa nyeri dada pada penyakit jantung
diyakini disebabkan oleh stimulasi ujung-ujung saraf oleh asam laktat yang
dihasilkan selama glikolisis anaerobik. Pada kasus, sifat nyeri dada tidak
disebutkan, kemungkinan nyeri dada tidak bersifat khas.
Pasien juga
tidak memilki keluhan penyerta seperti sesak napas, lekas capek, maupun dada
berdebar (palpitasi). Rakhman (2003) mengatakan bahwa sesak napas memberikan
petunjuk adanya gangguan pada sistem respirasi. Pada penyakit jantung
menunjukan bahwa gangguan juga mengenai paru, contohnya pada stenosis mitral,
infark miokard. Lekas capek terjadi bila suplai nutrisi dan oksigen tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Palpitasi (dada berdebar, merasakan denyut jantung
sendiri) terjadi karena perubahan kecepatan, keteraturan, atau kekuatan
kontraksi jantung. Karena keluhan tersebut tidak ada pada pasien berarti
penyakit pasien cenderung tidak mengenai paru, tidak terjadi hambatan
distribusi nutrisi dan oksigen, serta tidak terjadi perubahan denyut jantung.
Berdasar hasil
anamnesis, pasien meiliki beberapa faktor risiko PJK, yaitu merokok 2 bungkus
sehari, jarang olahraga, dan riwayat keluarga (ayah) menderita PJK. Berarti
dalam kasus ini, pasien berisiko besar menderita PJK.
Dari hasil
pemeriksaan fisik (keadaan umum) didapatkan data bahwa kesadaran, tekanan
darah, denyut nadi, irama, isian sekuncup, frekuensi napas, dan JVP, pada
pasien semuanya normal. Tekanan darah yang tinggi (hipertensi) juga merupakan
faktor risiko PJK. Denyut nadi menggambarkan aktivitas pompa jantung maupun
keadaan pembuluh darah itu sendiri. Bila pada penderita penyakit jantung
mengalami bradikardi, denyut nadi perlu dicocokan dengan denyut jantung karena
kemungkinan jantung berdenyut lebih sering dari pada nadi. Hal ini terjadi pada
isian sekuncup yang kecil. Bila isian cukup maka selisih denyut nadi dan
jantung sangat sedikit bahkan tidak ada.
Peningkatan
frekuensi napas (takipneu) merupakan pertanda gagal jantung dan asidosis karena
penyakit jantung sianotik. JVP memberikan gambaran tentang aktivitas (faal)
jantung bagian kanan. Bila terdapat bendungan, tekanan vena jugularis akan
meningkat. Dengan demikian berdasarkan pemeriksaan keadaan umum, jantung pasien
sementara ini adalah normal.
Begitu pula pada
pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, hasilnya
adalah normal. Hal mana tidak ditemukan heaving, pemebesaran jantung, thrill,
bising, gallop, maupun ronkhi. Letak apex cor, bunyi jantung I dan II, serta
splitting adalah normal. Heaving adalah getaran jantung yang teraba seperti
gelombang atau kursi goyang, ditemukan pada hipertrofi ventricel dexter. Thrill
adalah getaran dinding thorax di daerah prekordial yang terjadi karena adanya
aliran turbulensi, ditemukan pada penyempitan katup, dilatasi segmen arteri.
Bising adalah desiran yang berlangsung lebih lama dari suatu bunyi, penyebab
sama seperti pada thrill. Gallop ialah bunyi kembar dari bunyi jantung yang
terdengar berurutan seperti derap kaki kuda, ditemukan pada bundle branche
blok, dekompensasi cor dengan hipertrofi venrticel sinister. Ronkhi ditemukan
pada kelainan saluran napas.
Pada pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax, exercise stress
test, echocardiografi, pemeriksaan vascularisasi perifer, juga didapatkan hasil
yang normal. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan rutin dan spesifik.
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi 2 unsur, yaitu pemeriksaan darah rutin
dan urin. Pemeriksaan darah tepi seperti hemoglobin, hematokrit, apus darah
tepi, ureum, gula darah, laju endap darah, merupakan pemeriksaan rutin yang
penting dan efektif. Pemeriksaan analisis urin rutin untuk mendeteksi dan
memantau kelainan intrinsik dari ginjal, saluran kencing, atau perubahan sekunder
akibat penyakit lain. Hematuria dapat merupakan petunjuk adanya infark ginjal
yang terjadi sekunder akibat emboli dari jantung bagian kiri atau suatu
endokarditis bakterialis. Proteinurea atau urobilinogen dalam urin ditemukan
pada gagal jantung.
Pemeriksaan
laboratorium spesifik hanya dilakukan pada penyakit jantung untuk menegakan
diagnosis. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan adalah memeriksa enzim jantung,
CK, isoenzim CK-MB, troponin T, SGOT, LDH, alfa HBDH, CRP, ASTO, tes fungsi
hati, sistem koagulasi, kultur darah, kadar digitalis dalam darah, pemeriksaan
CES, dan lain-lain. Pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan indikasi suatu
penyakit untuk menegakkan diagnosis.
Elektrokardiogram
(EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung yang direkam
pada permukaan tubuh melalui elektroda. EKG memberikan informasi yang berguna
untuk penilaian hipertrofi jantung, aritmia dan hambatan konduksi, iskemia dan
infark mikard, penyakit perikardium, dan kelainan elektrolit dan beberapa efek
obat. EKG normal belum tentu menyingkirkan adanya suatu angina. EKG pada angina
biasanya memperlihatkan kelainan khas berupa elvasi segmen ST. Sedangkan pada
infark miokard, timbul gelombang Q yang besar, elevasi segmen ST, dan inversi
gelombang T.
Pada foto thorax,
kontur jantung sangat kontras dengan paru yang terisi udara yang berwarna
radiolusen. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui pembesaran jantung
secara umum, pembesaran lokal salah satu ruang jantung, kalsifikasi katup atau
arteri coronaria, kongesti vena pulmonalis. Jota (2002) mengatakan bahwa metode
yang lazim dipakai untuk mengetahui adanya pembesaran jantung adalah dengan
Cardiothoracic ratio (CTR), yaitu perbandingan antara lebar maksimal jantung
dengan thorax, normalnya < 0,5.
Exercise stress
test ialah suatu tes dengan cara memberikan beban pada jantung sehingga
kebutuhan oksigen otot jantung meningkat, bila terjadi insufisiensi koroner
akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut yang dapat direkam
dengan EKG berupa perubahan segmen ST.
Echokardiografi
adalah suatu pemriksaan dengan menggunakan alat yang dapat membangkitkan suara
ultrasound dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu > 20.000 Hz. Pemeriksaan
ini berfungsi untuk mengetahui informasi tentang anatomi, morfologi, serta fungsi
ruang jantung, dinding jantung, katup-katup, dan pembuluh darah besar.
Setelah
menganalisis semua hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa hasilnya normal semua.
Dengan demikian, jantung pasien dalam keadaan normal. Namun, bila memungkinkan
dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti skintigrafi talium-201 dan
angiografi koroner.
Walaupun saat
ini jantung pasien masih dalam keadaan normal, pasien memiliki kemungkinan
besar dapat terkena PJK. Hal ini dikarenakan pasien memiliki beberapa faktor
risiko. Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pada pasien ini adalah
memberikan edukasi pada pasien agar dapat mengurangi faktor risiko dengan
berhenti merokok, melakukan olahraga yang rutin dan teratur, serta mengatur
pola makan. Selain itu, pasien diberi koborantia atau vitamin.
PENUTUP
KESIMPULAN
- Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang menyerang
arteri coronaria dengan tiga kelompok utama, yaitu penyakit
aterosklerotik, angina pektoris, dan infark miokard.
- Penyakit aterosklerotik coroner dapat ditegakan diagnosis
apabila sesak napas yang makin lama makin bertambah, sekalipun melakukan
aktivitas ringan; nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama
atau setelah olah raga. Laboratorium : kadar kolesterol di atas 180 mg/dl
pada orang yang berusia 30 tahun atau kurang, atau di atas 200 mg/dl untuk
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun.
- Nyeri dada di daerah sternum, substernal atau dada sebelah kiri
dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, leher, atau
ke lengan kanan.Gambaran EKG, foto rontgen dada, exercise stress test
positif adalah gambaran pada angina pektoris.
- Untuk menegakan diagnosis infark miokard berikut ini
gambarannya. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris
menjalar ke lengan kiri, lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya
hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin. Pada EKG terdapat
elevasi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai inversi gelombang T;
kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di 2 sadapan. Peningkatan
kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik infark miokard akut
yaitu kreatinin fosfoskinase (CPK/CK), SGOT, LDH, alfa hidroksi butirat
dehidrogenase, dan isoenzim CK-MB. Yang paling awal meningkat adalah CPK
tetapi paling cepat turun.
- Pasien pada kasus ini memiliki jantung yang normal berdasar
hasil pemeriksaan, baik itu dari pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang. Walaupun begitu, pasien memiliki kemungkinan besar terkena PJK,
mengingat pasien memiliki beberapa faktor risiko terkena PJK.
- Penatalaksanaan pada pasien tersebut adalah memberikan edukasi
dan memberi vitamin.
SARAN
- Mengingat PJK adalah penyakit pertama yang menimbulkan
kematian, dan salah satu sebabnya adalah rokok, hal mana rokok adalah
faktor risiko yang dapat dihindari. Maka sebaiknya setiap orang harus mau
untuk tidak merokok.
- Selain itu, sebaiknya setiap orang mengatur pola makan dan
mengurangi makanan yang mengandung terlalu banyak lemak dan kolesterol.
DAFTAR
PUSTAKA
- Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy II. Surakarta :
Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.
- Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed:
ke-2. Jakarta : EGC.
- Joto, Santa. 2001. Diagnosis Penyakit Jantung. Jakarta :
Penerbit Widya Medika.
- Kertohoesodo, Soeharto. 1987. Pengantar Kardiologi. Jakarta :
Penerbit UI.
- Kusmana dan Hanafi. 2003. Patofisiologi Penyakit Jantung
Koroner. Dalam : Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
- Linda dan Lilavati. 2009. Hanout Anatomi Blok Cardiovasculer.
Surakarta : Keluarga Besar Asisten Anatomi FKUNS.
- Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
- Rakhman, Otte. 2003. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik pada
Penyakit Jantung. Dalam : Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
- Santoso dan Setiawan. 2005. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta :
Cermin Dunia Kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar