Jumat, 18 November 2022

PENYAKIT JANTUNG

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%).

Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus ini, dilakukanlah penanganan yang berupa operasi bypass arteri koroner yang merupakan jenis operasi dimana darah dilewati sekitar arteri tersumbat sehingga aliran darah dan oksigen ke jantung meningkat. Operasi ini juga dirujuk ke CABG (Coronary Artery Bypass Grafting). Arteri koroner bertanggung jawab untuk membawa darah ke otot jantung. Kadang-kadang arteri bias tersumbat yang disebabkan oleh plak dan bahan lemak lainnya. Sumbatan ini akhirnya memperlambat aliran darah atau dapat menghentikan aliran darah sepenuhnya.

Ketika seseorang memiliki penyumbatan arteri koroner, ia akan mengalami nyeri di dada atau mengembangkan serangan jantung. Namun, dengan melakukan operasi bypass arteri koroner, aliran darah ke jantung membaik dan akhirnya mengurangi nyeri dada dan risiko serangan jantung.

 

1.2    Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan sumber informasi tentang Penyakit Jantung Koroner yang penatalaksanaannya dengan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya.

 

1.2.2 Tujuan Khusus

Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui:
1. Pengertian PJK

2. Faktor-faktor yang menyebabkan PJK

 

1.3    Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis melakukan beberapa studi literature dan dengan melakukan searching di internet.

 

 

  

 

BAB II
PEMBAHASAN

 

2.1    Definisi

Jantung Koroner adalah jenis penyakit yang banyak menyerang penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat penyempitan/penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplaian darah ke jantung menjadi terganggu. Perubahan pola hidup, pola makan, dan stres juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner.

Penyakit jantung coroner atau penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.

 

2.2    Etiologi/Faktor Resiko

Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :

1.      Memasuki usia 45 tahun bagi pria.

Sangat penting bagi kaum pria untuk menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya penyakit jantung.

2.      Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai akibat operasi).

Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami menopause.

3.      Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.

Riwayat serangan jantung didalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.

4.      Diabetes.

Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.

5.      Merokok.

Resiko penyakit jantung drai merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan - jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.

6.      Tekanan darah tinggi (hipertensi).

7.      Kegemukan (obesitas).

Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.

8.      Gaya hidup buruk.

Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab penyakit jantung - dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil.

9.      Stress.

Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa.

Ada beberapa anggapan sebagian orang mengenai PJK

1.      Penyakit jantung hanya terjadi pada orang gemuk saja

2.      Penyakit jantung tidak bisa pada anak atau orang muda

3.      Wanita terbebas dari penyakit jantung

4.      Penyakit jantung hanya satu macam

5.      Jantungnya sehat, tak mungkin bisa sakit jantung

6.      Tidak ada hubungan dengan serangan stroke

7.      Penyakit jantung merupakan penyakit keturunan

8.      Penyakit jantung tidak dapat dicegah

9.      Terkena penyakit jantung sebab sering dikagetkan

10.  Penyakit jantung muncul sebab sering mengonsumsi menu jantung pisang

 

2.3    Patofisiologi

Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen. Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.

Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung. Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

 

2.4    Manifestasi Klinis

1.      Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.

2.      Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin

3.      Perubahan warna kulit.

4.      Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.

5.      Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian nitrogliserin

6.      Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.

7.      Rasa nyeri kadang di daerah epigastrium dan bisa menjalar ke punggung.

8.      Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas.

 

 

 

2.5    Pemeriksaan Penunjang

Untuk memberikan pengobatan seorang dokter harus mengetahui dulu penyakit/diagnosis pasiennya. Layaknya detektif, dokter mengumpulkan sebanyak mungkin keterangan baik subjektif maupun objektif untuk kemudian mengambil kesimpulan. Pilihan pengobatan ditentukan berdasarkan jenis penyakit dan derajatnya.

Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesa (wawancara), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat. Ini berlaku untuk semua keadaan, termasuk PJK.

Seperti biasa bila anda diperiksa dokter, ia akan mulai bertanya (melakukan anemnesa) mulai dari keluhan anda sampai semua hal yang berkaitan dengan PJK. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Dokter akan bertanya cukup detail mengenai hal ini, seperti apakah nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, apakah menjalar. Nyeri dada yang dirasakan seperti ditindih beban berat, di-tusuk2, diremas, rasa terbakar adalah yang paling sering dilaporkan. Walaupun bisa saja dirasakan berbeda. Biasanya nyeri dirasakan di dada kiri dan menjalar ke lengan kiri.

Setelah itu dokter akan menanyakan semua faktor risiko PJK, antara lain: apakah anda merokok, menderita darah tinggi atau penyakit gula (diabetes), pernahkah memeriksakan kadar kolesterol dalam darah, dan adakah keluarga yang menderita PJK dan faktor resikonya? Ya, tampaknya memang nyinyir dokter itu, semua ditanya.

Setelah semua ditanya, dokterpun akan melakukan pemeriksaan fisik. Dimaksudkan untuk mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan terutama dengan menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan penunjang tergantung kebutuhannya, beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasif sifatnya.

2.5.1        Elektrokardiogram (EKG)

                  Pemeriksaan aktifitas listrik jantung, atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.

 

2.5.2        Foto rontgen dada

                  Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.

2.5.3        Pemeriksaan Laboratorium

                  Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.

Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.

 

2.6    Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner

Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.

Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK. Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan.

Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual (diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin.

1.      Obat-Obatan

a.       Obat-obat yang dapat meningkatkan supply darah ke otot jantung.

b.      Obat-obat yang menurunkan kebutuhan o2 pada otot jantung.

c.       Obat-obat untuk penyakit penyerta.

 

2.      Balon dan pemasangan stent.

Balon arteri koroner adalah suatu tehnik menggunakan balon halus yang dirancang khusus untuk membuka daerah sempit di dalam lumen arteri koroner.

3.      Operasi By-pass

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat saluran yang baru melewati bagian arteri koronia yang mengalami penyempitan atau penyumbatan. Dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.

Selama dilakukan pembedahan, pasien diberikan anestesi umum agar tidak sadar dan tidak merasa sakit. Pernapasan dibantu dengan ventilator. Setelah itu, dinding toraks (dada) dibuka, jantung yang sedang berdenyut dihentikan dengan suhu dingin, kemudian aliran darah yang secara normal dipompakan keluar dari jantung dialihkan pada mesin jantung (heart lung machine).

Dengan demikian, dokter ahli bedah dapat dengan tenang menggunakan sepotong vena atau arteri untuk membuat bypass (jalan pintas) pada bagian arteri koroner yang tersumbat atau sakit. Jadi jalan pintas yang mulus ini memungkinkan darah dan oksigen dapat mengalir kembali ke otot jantung.

Pembuluh darah yang dipakai untuk bypass ini disebut graft; ujung yang satu dihubungkan dengan aorta ascenden sedangkan ujung yang lain akan disambungkan ke arteri koroner dibawah dari pada daerah penyempitan. Operasi bypass membutuhkan waktu 4 hingga 6 jam.

Pengobatan penyakit jantung adalah untuk memaksimalkan curah jantung. Melalui pembedahan, ini dapat dilakukan dengan memperbaiki fungsi otot miokordia dan aliran darah melalui tandur bypass arteri koroner (CABG) dan atau penggantian katup yang rusak.

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) bertujuan untuk mengatasi terhambatnya aliran Artety Coronaria akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung. Pemastian daerah yang mengalami penyempitan telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan kateterisasi Artery Coronary.

Sasaran operasi bypass adalah mengurangi gejala penyakit arteri koroner (termasuk angina), sehingga pasien bisa menjalani kehidupan yang normal dan mengurangi risiko serangan jantung atau masalah jantung lain.

Pasien penyakit jantung koroner (PJK) yang dianjurkan operasi bypass adalah mereka yang hasil katererisasi jantung ditemukan adanya:

a.       Penyempitan >50% dari arteri koroner kiri utama (left main disease), atau left main equivalent yaitu penyempitan menyerupai left main artery misalnya ada penyempitan di bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri circumflex.

b.      Penderita dengan 3 vessel disease yaitu tiga arteri koroner semuanya mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung mulai menurun (ejection fraction <50%).

c.       Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.

d.      Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami henti jantung.

e.       Anatomi pembuluh darah suitable (sesuai) untuk operasi bypass.

Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang tidak dianjurkan untuk operasi bypass adalah:

a.       Usia lanjut

b.      Tidak ada gejala angina

c.       Fungsi ventrikel kiri jelek (kurang dari 30%)

d.      Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung.

Komplikasi operasi bypass yang sering terjadi adalah:

a.       Pendarahan

b.      Infeksi pada Sternum

c.       Serangan jantung atau gangguan irama sampai pasien meninggal

d.      Gangguan pernapasan.

4.      EECP (Enhanced External Counter Pulsation)

 

2.7    Proses Keperawatan

                 2.7.1     Pengkajian

1.        Aktivitas / Istirahat

·      Gejala : Riwayat tidak toleran terhadap latihan, Kelemahan umum, kelelahan, Ketidakmampuan melakukan aktivitas yang diharapkan / biasanya

·      Tanda : Kecepatan jantung abnormal, perubahan TD karena aktivitas, Ketidaknyamanan kerja atau dispnea, Perubahan EKG / Disritmia.

2.        Sirkulasi

·      Gejala : Riwayat IM akut/saat ini penyakit arteri koroner tiga atau lebih, penyakit katup jantung, hipertensi.

·      Tanda : variasi pada TD, frekuensi jantung atau irama, Disritmia atau perubahan EKG, Bunyi jantung abnormal : S3/S4 Murmur, Pucat atau kulit sianosis atau membran mukosa, Kulit dingin atau lembab, Edema, JVD., Penurunan nadi perifer, Krekels, Gelisah atau perubahan lain pada mental atau sensori (dekompensasi jantung berat)

3.        Integritas Ego

·      Gejala : perasaan takut atau ketakutan, tak berdaya, Distress terhadap kejadian saat ini, Katup mati atau hasil akhir pembedahan, Takut tentang perubahan pola hidup atau fungsi peran.

·      Tanda : Ketakutan, Gelisah, Insomnia, Wajah tegang, Menolak, Menangis, Fokus pada diri sendiri, gelisah, marah. Perubahan kecepatan jantung, TD, pola pernafasan.

4.        Makanan/Cairan

·      Gejala : Perubahan Berat badan, Kehilangan nafsu makan, Nyeri abdomen, mual muntah, Perubahan frekuensi urin

·      Tanda : Peningkatan atau penurunan berat badan, Kulit kering, Turgor kulit buruk, Hipotensi postural, Penurunan atau tak ada bunyi usus, Edema

5.        Neurosensori

·      Gejala : Rasa berdenyut, vertigo

·      Tanda : Perubahan orientasi, Gelisah, Mudah terangsang, Apatis, Respon emosi meningkat.

6.        Nyeri/Ketidaknyamanan

·      Gejala : Nyeri dada, angina, Paska operasi: Ketidaknyamanan insisi, Nyeri bahu, tangan, lengan, kaki

·      Tanda : Pasca operasi: Hati-hati, Nyeri tampak pada wajah, Meringis, Perilaku Distraksi, Merintih, Gelisah, Perubahan pada TD/nadi/frekuensi pernapasan

7.        Pernapasan

·      Gejala : Napas pendek, Pascaoperasi : Ketidakmampuan batuk / napas dalam

·      Tanda : Pascaoperasi : Penurunan ekspansi dada, Mengerutkan / gerak otot hati-hati, Dispnea, Area penurunan / tak ada bunyi nafas, Ansietas, Perubahan GDA /Nadi oksimetri

8.        Keamanan

·      Gejala : Infeksi dengan keterlibatan katup

·      Tanda : Pascaoperasi : Pengeluaran / perdarahan dari dada

9.        Pemeriksaan Diagnostik (Pasca Operasi)

·      Hemoglobin/hematokrit : Penurunan Hb menurunkan kapasitas oksigen pembawa dan mengindikasikan kebutuhan penggantian sel darah merah. Peningkatan Ht menunjukkan dehidrasi atau kebutuhan penggantian cairan.

·      Pemeriksaan koagulasi : berbagai pemeriksaan dilakukan (contoh, jumlah trombosit, waktu perdarahan dan pembekuan) untuk menentukan kemungkinan masalah sebelum pembedahan.

·      Elektrolit : ketidakseimbangan (hiperkalemia atau hipokalemia, hipernatremia atau hiponatremia, dan hipokalsemia) dapat mempengaruhi fungsi jantung dan keseimbangan cairan.

·      GDA : Mengidentifikasi status oksigenasi /keefektifan fungsi pernapasan dan keseimbangan asam-basa.

·      Nadi oksimetri : Pengukuran noninvasif terhadap oksigen pada tingkat jaringan

·      BUN / kreatinin : Menunjukkan keadekuatan perfusi / fungsi ginjal /hati

·      Amilase : Peningkatan kadang-kadang tampak pada pasien dengan resiko tinggi, contoh pada gagal jantung karena penggantian katup.

·      Glukosa : Peningkatan dapat terjadi sehubungan dengan status nutrisi praoperasi, adanya diabetes atau disfungsi organ dari infus dekstrosa.
Enzim jantung / Isoenzim : Peningkatan pada adanya IM akut, sedang terjadi atau perioperasi.

·      Foto dada : Menyatakan ukuran jantung dan posisi, vaskularisasi pulmonal, dan perubahan indikatif komplikasi ( contoh atelektasis). Berbagai kondisi katup buatan dan kawat sternal, posisi lead pacu, garis intravaskuler /jantung.

·      EKG : Mengidentifikasi perubahan pada fungsi elektrik / fungsi mekanik seperti yang dapat terjadi pada fase segera pascaoperasi, IM akut / perioperasi, disfungsi katup, dan perikarditis.

·      Angiografi jantung : Tekanan serambi abnormal dan tekanan gradien melewati katup ada pada penyakit katup. Penemuan penyakit arteri koroner termasuk hambatan arteri, gangguan perfusi koroner, dan kemungkinan gerakkan dinding abnormal.

·      Pemeriksaan nuklir : Gambaran jantung menunjukkan penyakit arteri koroner, dimensi serambi jantung, dan kemampuan fungsi prabedah / paska bedah.

10.    Prioritas Keperawatan

·      Mendukung stabilitas hemodinamik / fungsi ventilator

·      Meningkatkan hilangnya nyeri / ketidaknyamanan

·      Meningkatkan penyembuhan

·      Memberikan informasi tentang harapan pascaoperasi dan program pengobatan

11.    Tujuan Pemulangan

·      Toleransi aktivitas adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

·      Nyeri hilang / tertangani

·      Komplikasi tercegah /minimal

·      Insisi sembuh

·      Obat pasca pulang, latihan, diet, terapi dipahami.

                 2.7.2     Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri akut, ketidaknyamanan b/d sternotomi (insisi mediastinal)

2.      Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d Penurunan kontraktilitas miokard terhadap faktor sementara (contoh bedah dinding ventrikuler, adanya IM, respons terhadap interaksi obat).

3.      Resiko tinggi inefektif pola nafas b/d Ketidakadekuatan ventilasi ( nyeri / kelemahan

4.      Kerusakan integritas kulit b/d Insisi bedah , luka tusuk

5.      Perubahan penampilan peran b/d Krisis situasi ( peran tergantung ) / proses penyembuhan

6.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, perawatan pasca operasi b/d Kesalahan interpretasi informasi

                 2.7.3     Intervensi Keperawatan

ü  Dx 1:

1.      Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi, dan intensitas nyeri, rentang skala 0-10, tanyakan pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri dada praoperasi.

RASIONAL : penting untuk pasien membedakan nyeri insisi dari tipe lain nyeri dada, contoh angina.beberapa pasien CABG tidak mengalami ketidaknyamanan berat pada insisi dada dan mengeluh lebih sering pada sisi donor. Nyeri berat pada area ini harus diselidiki untuk kemungkinan komplikasi.

2.      Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan tidur, pantau tanda vital.

RASIONAL : petunjuk nonverbal ini dapat mengindikasikan adanya derajat nyeri yang dialami.

3.      Identifikasi / tingkatkan posisi nyaman menggunakan alat bantu bila perlu

RASIONAL : bantal/ gulungan selimut berguna untuk menyokong ekstremitas, mempertahankan postur tubuh, dan penahan insisi untuk menurunkan tegangan otot/ meningkatkan kenyamanan.

4.      Berikan tindakan nyaman ( contoh pijatan punggung, perubahan posisi), bantu aktivitas perawatan diri dan dorong aktivitas senggang sesuai indikasi.

RASIONAL : dapat meningkatkan relaksasi / perhatian tak langsung dan menurunkan frekuensi / kebutuhan dosis analgesik.

5.      Jadwalkan aktivitas perawatan untuk seimbang dengan peeriode tidur / istirahat adekuat.

RASIONAL : untuk penyembuhan jantung dan daoat meningkatkan koping terhadap stress dan ketidaknyamanan.

6.      Identifikasi / dorong penggunaan perilaku seperti bimbingan imajinasi,distraksi, visualisasi, napas dalam.

RASIONAL : teknik relaksasi pada penanganan stress, meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgesik, dan meningkatkan penyembuhan.

7.      Beritahu pasien bahwa wajar saja, meskipun lebih baik, untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan.

RASIONAL : adanya nyeri menyebabkan tegangan otot, yang mengganggu sirkulasi, memperlambat proses penyembuhan, dan memperberat nyeri.

8.      Beri obat pada saat prosedur / aktivitas sesuai indikasi

RASIONAL : kenyamanan/ kerjasama pasien pada pengobatan pernapasan, ambulasi, dan prosedur dipermudah oleh pemberian analgesik.

9.      Selidiki laporan nyeri pada area tak biasanya ( contoh betis kaki, abdomen) atau keluhan tak jelas adanya ketidaknyamanan, khususnyabila disertai oleh perubahan mental, tanda vital, dan kecepatan pernafasan.

RASIONAL : manifestasi dini terjadinya komplikasi, contoh tromboplebitis, infeksi, disfungsi gastrointestinal.

10.  Catat laporan nyeri dan kebas pada area ulnar ( keempat dan kelima) tangan sering terjadi disertai nyeri / ketidak nyamanan pada tangan dan bahu. Beritahu pasien bahwa masalah biasanya teratasi sesuai waktu.

RASIONAL : indikasi regangan cedera pleksus brakialis sebagai akibat posisi tangan selama pembedahan.

ü  Dx 2 :

1.      Pantau kecenderungan frekuensi jantung dan TD. Khususnya mencatat hipotensi. Waspada terhadap batas sistolik/diastolik khusus pada pasien

RASIONAL : takikardi adalah respon umum untuk ketidaknyamanan dan cemas. Ketidakadekuatan penggantian darah/ cairan dan stress pembedahan. Takikardi terus menerus meningkatkan kerja jantung dan dapat menurunkan curah jantung. Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia, gagal jantung/syok.

2.      Pantau disritmia jantung. Observasi respons pasien terhadap disritmia, contoh penurunan TD.

RASIONAL :disritmia dapat terjadi sehubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit. Iskemia miokardia atau gangguan pada konduksi elektrikal jantung.

3.      Observasi perubahan status mental/ orientasi/ gerakan atau refleks tubuh, contoh timbulnya bingung, disorientasi, gelisah, penurunan respons terhadap rangsang, pingsan.

RASIONAL : dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenisasi serebral akibat penurunan curah jantung.

4.      Catat suhu kulit/ warna, dan kualitas / kesamaan nadi perifer.

RASIONAL : kulit hangat, merah muda, dan nadi kuat adalah indikator umum curah jantung adekuat.

 

 

 

5.      Ukur/catat pemasukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan.

RASIONAL : untuk menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung.

6.      Jadwal istirahat/ periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan diri.

RASIONAL : mencegah kelemahan/ kelelahan dan stress kardiovaskuler berlebihan.

7.      Pantau program aktivitas. Catat respons pasien, tanda vital sebelum/ selama/ setelah aktivitas, terjadinya disritmia.

RASIONAL : latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler dan meningkatkan rasa sehat. Kemajuan aktivitas tergantung pada toleransi jantung.

8.      Evaluasi adanya derajat cemas/emosi. Dorong penggunaan teknik relaksasi contoh napas dalam, aktivitas senggang.

RASIONAL : reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda vital dan tahanan vaskuler sistemik, juga mempengaruhi fungsi jantung.

9.      Lihat adanya DVJ, edema perifer, kongesti paru, napas pendek, berkeringat, perubahan EKG.

RASIONAL : meskipun tidak umum komplikasi CABG, perioperasi atau pasca operasi dapat terjadi.

10.  Laporkan adanya hipotensi (tidak responsif terhadap perubahan cairan, misalnya takikardi, bunyi jantung tambahan, pingsan/ koma).

RASIONAL : terjadinya tamponade jantung dapat dengan cepat berlangsung menjadi henti jantung mengisi secara adekuat untuk curah jantung yang efektif.

11.  Kaji ulang seri EKG

RASIONAL : untuk mengikuti kemajuan normalisasi pola konduksi elektrikal/ fungsi ventrikel setelah pembedahan atau mengidentifikasi komplikasi.

12.  Berikan cairan IV/ transfusi darah sesuai indikasi

RASIONAL : cairan IV dipertahankan untuk penggantian cairan / obat jantung darurat. Penggantian sel darah merah mungkin diindikasikan kadang kadang untuk memperbaiki/ mempertahankan sirkulasi adekuat dan meningkatkan kapasitas pembawa oksigen.B

13.  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

RASIONAL : meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia.

14.  Berikan elektrolit dan obat sesuai indikasi, contoh cairan elektrolit/ kalium, antidisritmia, penyekat beta, digitalis, diuretik antikoagulan.

RASIONAL : elektrolit, obat antidisritmia, dan jantung lain diperlukan pada jangka pendek atau jangka panjang untuk memaksimalkan kontraktilitas/ curah jantung.

15.  Pertahankan kabel pacu yang ditempatkan melalui pembedahan (atrial/ventrikel) dan melakukan pacu sesuai indikasi.

RASIONAL : diperlukan untuk mendukung curah jantung pada adanya gangguan konduksi (disritmia berat) yang mempengaruhi fungsi jantung.

ü  Dx 3 :

1.      Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Catat upaya pernapasan, contoh adanya dispnea, penggunaan otot bantu napas, pelebaran nasal.

RASIONAL : respon pasien bervariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi sekretm hipoksiam atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgesik berlebihan. Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.

2.      Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun / taka da bunyi napas dan adanya bunyi tambahan, contoh krekels atau ronki.

RASIONAL : bunyi napas sering menurun pada dasar paru selama periode waktu setelah pembedahan sehubungan dengan terjadinya atelektasis. Kehilangan bunyi napas aktif pada area ventilasi sebelumnya dapat menunjukkan kolaps segmen paru. Khususnya bila selang dada telah dilepaskan.

3.      Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau ketidaksimetrisan gerakan dada.

RASIONAL : udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.

4.      Observasi karakter batuk dan produksi sputum

RASIONAL : batuk sering dapat mempengaruhi iritasi dari selang ET operasi atau dapat menunjukkan kongesti paru. Sputum pululen menunjukkan timbulnya infeksi paru.

5.      Lihat kulit dan membran mucosa untuk adanya sianosis.

RASIONAL : sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung atau komplikasi paru. Pucat umum dapat menunjukkan anemia karena kehilangan darah / kegagalan penggantian darah atau kerusakan sel darah merah dari pompa bypass kardiopulmonal.

6.      Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler. Bantu ambulasi dini/ peningkatan waktu tidur.

RASIONAL : merangsang fungsi pernapasan/ ekspansi paru. Efektif pada pencegahan dan perbaikan kongesti paru.

7.      Dorong pasien berpartisipasi/ bertanggung jawab selama napas dalam, gunakan alat bantu dan batuk sesuai indikasi.

RASIONAL : membantu reekspansi / mempertahankan patensi jalan napas kecil khususnya setelah melepaskan selang dada. Batuk tidak perlu kecuali ada mengi/ ronki, menunjukkan retensi sekret.

8.      Tekankan menahan dada dengan bantal selama napas dalam / batuk.

RASIONAL : menurunkan tegangan pada insisi, meningkatkan ekspansi paru.

9.      Jelaskan bahwa batuk / pengobatan pernapasan tidak akan menghilangkan/ merusak penanaman atau terbukanya insisi dada.

RASIONAL : berikan keyakinan bahwa cedera tidak akan terjadi dan dapat meningkatkan kerja sama dalam program terapeutik.

10.  Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung

RASIONAL : hidrasi adekuat membantu pengenceran sekret, memudahkan ekspektoran.

11.  Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.

RASIONAL : memungkinkan kemudahan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan nyeri insisi, memudahkan kerja sama pasien dengan keefektifan pengobatan pernafasan.

12.  Catat respon terhadap latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan lain, catat bunyi napas (sebelum/ setelah pengobatan), batuk/ produksi sputum.

RASIONAL : catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih agresif.

13.  Selidiki distress pernapasan, penurunan/ tak ada bunyi napas, takikardi, agitasi berat, penurunan TD.

RASIONAL : hemotoraks/ pneumotoraks daoat terjadi setelah pelepasan selang dada dan memerlukan upaya intervensi untuk mempertahankan fungsi pernapasan.

ü  Dx 4 :

1.      Anjurkan menggunakan baju katun halus dan hindari baju ketat, tutup/ beri bantalan pada insisi sesuai indikasi, biarkan insisi terbuka terhadap udara sebanyak mungkin.

RASIONAL : menurunkan orotasi garis jahitan dan tekanan dari baju. Membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkatkan proses penyembuhan dan menurunkan risiko infeksi.

2.      Mandikan pasien dengan pancuran air hangat, cuci insisi dengan perlahan. Beri tahu pasien hindari mandi dalam bak sampai diizinkan oleh dokter.

RASIONAL : mempertahankan insisi bersih, meningkatkan sirkulasi/ penyembuhan.

3.      Sokong insisi dengan strip-Steri (sesuai kebutuhan) bila jahitan diangkat.

RASIONAL : membantu mempertahankan penyatuan tepi luka untuk meningkatkan penyembuhan.

4.      Dorong peningkatan kaki bila duduk di kursi

RASIONAL : meningkatkan sirkulasi, menurunkan edema untuk memperbaiki penyembuhan luka.

5.      Laporkan pada dokter : insisi yang tidak sembuh, pembukaan kembali insisi yang telah sembuh, adanya drainase ( berdarah atau purulen), area lokal yang bengkak dengan kemerahan, rasa nyeri meningkat, dan panas pada sentuhan.

RASIONAL : tanda/ gejala yang menandakan kegagalan penyembuhan, terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.

6.      Tingkatkan nutrisi dan masukkan cairan adekuat

RASIONAL : membantu untuk mempertahankan volume sirkulasi yang baik untuk perfusi jaringan dan memenuhi kebutuhan energi seluler untuk memudahkan proses regenerasi/ penyembuhan jaringan.

ü  Dx 5 :

                                                   1.     Kaji peran pasien dalam hubungan keluarga. Identifikasi masalah tentang disfungsi peran / gangguan, contoh penyembuhan, transisi sehat – sakit

RASIONAL : membantu mengetahui tanggung jawab pasien dan bagaimana efek penyakit terhadap peran ini. Peran tergantung klien menimbulkan cemas dan masalah tentang bagaimana pasien akan mampu menangani tanggung jawab peran biasanya.

                                                   2.     Kaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman terhadap diri / hidup.

RASIONAL : Informasi memberikan dasar untuk identifikasi / perencanaan perawatan individual.

                                                   3.     Pertahankan perilaku positif terhadap pasien, berikan kesempatan untuk pasien melakukan latihan kontrol sebanyak mungkin.

RASIONAL : membantu klien menerima perubahan yang terjadi dan mulai menyadari kontrol terhadap diri sendiri.

                                                   4.     Bantu pasien / orang terdekat mengembangkan strategi untuk menerima perubahan, contoh pembagian tanggung jawab untuk anggota keluarga lain / teman atau tetangga ; menerima bantuan sementara ( perawatan rumah / petugas kebun ) ; selidiki adanya bantuan finansial.

RASIONAL : perencanaan untuk perubahan yang dapat terjadi atau diperlukan meningkatkan rasa kontrol dan menyelesaikan tanpa kehilangan harga diri.

                                                   5.     Ketahui kenyataan proses kehilangan sehubungan dengan perubahan peran dan bantu pasien untuk menerima kenyataan rasa marah dan sedih.

RASIONAL : bedah jantung merupakan titik dramatik pada hidup pasien, dan tak pernah sama lagi. Kebutuhan pasien untuk mengenal perasaan ini sehubungan dengan penerimaan terhadap hal tersebut dan terus memandang ke depan.

ü  Dx 6 :

1.      Tegaskan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan reguler, berikan diagram bila perlu.

RASIONAL : memberikan informasi spesifik secara individual yang menciptakan dasar pengetahuan untuk pengetahuan selanjutnya mengenai manajemen rumah.

2.      Gabungkan informasi ini ke dalam diskusi tentang harapan pemulihan jangka pendek/ panjang.

RASIONAL : lama rehabilitasi dan prognosis tergantung.pada tipe prosedur pembedahan, kondisi fisik praoperasi dan durasi komplikasi.

3.      Tinjau program latihan yang ditentukan dan tingkatkan bertahap. Bantu pasien/ orang terdekat untuk menyusun tujuan realistis.

RASIONAL : kemampuan individu dan harapannya tergantung pada tipe prosedur pembedahan, fungsi jantung dasar, dan kondisi fisik sebelumnya

4.      Dorong periode istirahat bergantian dengan aktivitas dan tugas-tugas ringan dengan tugas berat. Hindari mengangkat berat, latihan isometrik/ peregangan bagian atas tubuh.

RASIONAL : mencegah kelelahan/ keletihan berlebihan.

5.      Pecahkan masalah dengan pasien/ orang terdekat untuk melanjutkan program aktivitas progresif selama suhu ekstrem dan hari dimana polusi/ angin kencang, mis, berjalan dengan jarak yang ditentukan sebelumnya dalam rumah sendiri atau ruang tertutup/ pertokoan / pusat kebugaran.

RASIONAL : Mempunyai rencana akan gagal dalam melakukan latihan karena pengaruh-pengaruh seperti cuaca.

6.      Jadwalkan periode istirahat dan instirahat sejenak beberapa kali dalam sehari.

RASIONAL : istirahat dan tidur meningkatkan kemampuan koping, menurunkan kegugupan dan meningkatkan penyembuhan.

7.      Kuatkan pembatasan dari dokter tentang mengangkat, mengemudi, kembali bekerja dan melakukan kembali aktivitas seksual

RASIONAL : pembatasan ini ada sampai setelah kunjungan pasca operasi pertama untuk pengkajian terhadap penyembuhan sternum.

                 2.7.4     Evaluasi

1.      Menyatakan nyeri hilang / tak ada. Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat /tidur dengan cukup. Membedakan ketidaknyamanan bedah dari angina / nyeri jantung praoperasi.

2.      Menunjukkan penurunan episode angina dan disritmia. Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas. Berpartisipasi dalam aktivitas yang memaksimalkan/ meningkatkan fungsi jantung.

3.      Mempertahankan pola nafas normal /efektif bebas sianosis dan tanda / gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area paru bersih. Menunjukkan reakspansi lengkap dengan tak ada pneumotorak / hemotorak.

4.      Menunjukkan perilaku/ teknik untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi. Menunjukkan penyembuhan luka tepat waktu.

5.      Menyatakan persepsi nyata dan penerimaan diri pada perubahan peran, Bicara dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi, Mengembangkan rencana nyata untuk adaptasi peneerimaan perubahan peran.

6.      Berpartisipasi dalam proses belajar, Melakukan tanggung jawab untuk pembelajaran sendiri, Mulai mencari informasi / mengajukan pertanyaan, Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapeutik.

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUP

 

 

3.1  Kesimpulan

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) merupakan salah satu penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan cara membuat saluran yang baru melewati bagian arteri koronia yang mengalami penyempitan atau penyumbatan. Dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.

Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) bertujuan untuk mengatasi terhambatnya aliran Artety Coronaria akibat adanya penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung. Pemastian daerah yang mengalami penyempitan telah dilakukan sebelumnya dengan melakukan kateterisasi Artery Coronary.

Sasaran operasi bypass adalah mengurangi gejala penyakit arteri koroner (termasuk angina), sehingga pasien bisa menjalani kehidupan yang normal dan mengurangi risiko serangan jantung atau masalah jantung lain

3.2  Saran

Sebagai tenaga kesehatan, khususnya perawat, kita harus mengetahui proses-proses keperawatan dalam masa penyembuhan klien. Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan pasien penyakit jantung koroner dengan CABG khususnya dalam rangka meningkatkan kepuasan klien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan yang dilakukan secara profesional.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Grace, Pierce A.et All, 2006. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga. Jakarta. Erlangga

 

Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC

 

Doengoes, Marilynn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta : EEC

 

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan. Ed.8. Jakarta : EEC

 

http://www.helpfulhealthtips.com/atherosclerosis-arteriosclerosis-symptoms-causes-suggestions/, diakses 24 Mei 2010

 

http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Procedures/Pages/CardiothoracicSurgeryPackages.aspx, diakses 24 Mei 2010.

 

http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/11/penyakit-jantung-koroner/, diakses 24 Mei 2010

 

http://ruslanpinrang.blogspot.com/2009/03/penyakit-jantung-koroner.html, diakses 24 Mei 2010

 

http://cakmoki86.wordpress.com/2008/11/02/penyakit-jantung-koroner/, diakses 24 Mei 2010

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar