BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation
(WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean
yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan
dengan negara lain. Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN
lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000
kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang
perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini
berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas.
Pemeriksaan dan
pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin
fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,persalinan dan nifas
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi
dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu
hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka
angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
B.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami penyakit
dan komplikasi serta penanganan medis pada kehamilan trimester
I .
2.
Tujuan khusus
Agar mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan penyakit dan
komplikasi serta penanganan medis pada kehamilan trimester I yaitu:
a. Definis
Abortus, Mola hidatidosa dan kehamilan ektopik
b. Etiologi
c. Tanda
dan gejala
d. Penanganan
medis
e. Pemeriksaan
penunjang
f. Komplikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Deteksi Dini Dalam Kehamilan
Deteksi dini
terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk
menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara
dini.
Deteksi dini dalam pelayanan antenatal
adalah mengarah pada penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara
memada i sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah. Untuk pengenalan
tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi kehamilan
banyak poster -poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya
ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan
kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan
juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk
secara aktif mengamati sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga
bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan
komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat.
Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan ibu menurut MNH (Maternal and
Neonatal Health Program):
1. Memilih
tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil.
2. Mengenali
persalinan yang normal dan memahami persiapan menghadapi persalinan.
3. Mengenali
tanda-tanda bahaya dan melaksanakan persiapan menghadapi komplikasi.
4. Mengetahui
sistem transportasi, tahu ke mana harus pergi bila terjadi keadaan darurat,
serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga.
5. Memiliki
tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. (Santi, 2001).
Upaya
yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan :
1. Dengan
memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah
Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
2. Dengan
mendapat imunisasi TT 2x.
3. Bila
ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih seringdan
lebih intensif.
4. Makan
makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Hal-hal
yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan :
1. Dengan
mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini.
2. Segera
Posyandu, Puskesmas, atau Rumah Sakit terdekat bila ditemukan tanda-tanda
bahaya kehamilan tersebut (Soenardi, 2006).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap komplikasi kehamilan:
1. Tingkat
Pendidikan
Tingkat
pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam upaya deteksi dini
komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mudah
memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Informasi
Menurut
Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang kesehatan mempengaruhi
seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini
seseorang yang rendah disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh
informasi yang kuat.
3. Budaya
Menurut
WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat
dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
4. Sosial
Ekonomi
Menurut
WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang
dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga
berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan
yang berhubungan dengan kesehatan.
B. Pemeriksaan
Kehamilan Dini (Early ANC Detection)
Idealnya wanita yang merasa hamil
bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya 1
bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada kehamilannya tersebut akan
lekas diketahui dan segea dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil
sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada trimester 1
(sebelum minggu ke 14).
Pemeriksaan
yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu:
1. Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara
penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh
guna membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan.
a. Anamnesa
Sosial ( biodata dan latar belakang sosial )
b. Anamnesa
Keluarga
c. Anamnesa
Medik
d. Anamnesa
Haid
e. Anamnesa
Kebidanan
2. Pemeriksaan
Umum
a. Tinggi
badan
Pada wanita hamil yang pertama kali
memeriksakan perlu diukur tinggi badannya. Seorang wanita hamil yang terlalu pendek,
yang tinggi badannya kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena
kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang lancar. Perbandingan tinggi dan
berat badan memberi gambaran mengenai keadaan gizi dan balita.
b. Berat
badan
Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik
yang pertama kali atau ulangan, berat badan perlu ditimbang. Kenaikan berat
badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu
preeklampsi. Dalam trimester I berat badan wanita hamil biasanya belum naik
bahkan biasanya menurunkarena kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhit
terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir
kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding
sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg
seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus
diperhatikan kemungkinan preeklampsi.
c. Tanda-tanda
vital
Dalam keadaan normal tekanan darah
daloam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90
mmHg. Bila terdapat tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya
preeklampsi.
d. Pemeriksaan
kepala dan leher
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan inspeksi. Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian
kepala dan leher. Jika pada pemeriiksaan mata sklera ikterik dan konjungtiva
anemis maka kemungkinan anemia.
e. Pemeriksaan
payudara
Pada wanita hamil payudara terlihat
besar dan tegang serta sedikit nyeri. Hal ini karena pengaruh estrogen dan progesteron
yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Pemeriksan payudara dengan cara
palpasi meliputi bentuk dan ukuran payudara, putting susu menonjol atau tidak,
adanya retraksi, masa dan pembesaran pembuluh limfe.
f. Pemeriksaan
jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
g. Pemeriksaan
abdominal
Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan
palpasi. Dari pemeriksaan ini diperoleh mengenai ukuran dan bentuk uterus.
h. Pemeriksan
genetalia
Untuk memeriksa genetalia biasanya
dengan pemeriksaan ginekologi. Pada pemeriksaan ini vulva, vagina dan porsio
diperiksa dan dilihat inspekulo.
i.
Pemeriksaan ekstremitas
atas dan bawah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya varises dan oedema.
3. Pemeriksaan
laboratorium
Test laboratorium perlu dilakukan pada
ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein
urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan urine pada awal kehamilan bertujuan untuk
mengetahui adanya kehamilan. Selain itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk
mengetahui adanya protein urine dan glukosa urine. Protein dalam urine
merupakan hasil kontaminasi dari vagina atau dari infeksi saluran kencing atau
penyakit ginjal. Pada saat hamil jika dihubungkan dengan hipertensi dan oedem,
hal ini akan menjadi tanda serius dari preeklampsi. Untuk glukosa urin
berhubungan dengan diabetes.
a. Kontak
Dini Kehamilan Trimester I
Pada trimester I, menurunnya keinginan
untuk melakukan hubungan seksual sangat wajar. Apabila dalam anamnesis ada
riwayat abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda
sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk serta
kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada
masa kehamilan jika dilakukan dengan hati hati. Pada akhir kehamilan, jika
kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan.
b. Pelayanan
ANC berdasarkan kebutuhan individu.
Pelayanan ANC yang diberikan petugas
kesehatan kepada setiap ibu hamil
berbeda – beda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya.
Misalnya persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi
tentunya akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan
varises.
Pada ibu hamil dengan hipertensi
sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap
minggunya. Anjurkan kepada ibu untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang
teratur dan jika perlu dikonsultasikan kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu
pula untuk cukup istirahat menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat.
Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan untuk diet tinggi protein rendah
hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini bertujuan untuk mencegah
pertambahan berat badan yang agresif.
Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti,
disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya
seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), Penentuan kadar
estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda
maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila ada tanda – tanda
hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat). Apalagi bila
janin telah meninggal dalam kandungan pengakhiran kehamilan ini sebaikanya
dirundingkan antar disiplin : dengan ahli penykit dalam ; apakah ada ancaman
terhadap jiwa ibu. Sedangkan pada ibu hamil dengan varises pelayanan ANC yang
diberikan antara lain :
1) Anjuran
ibu untuk jangan berdiri atau duduk terlalu lama dan jangan memakai ikat
pinggang terlalu kencang.
2) Anjurkan
kepada ibu supaya jalan – jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran
darah.
3) Anjurkan
ibu untuk memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastis.
4) Dapat
diberikan obat – obatan : Venosan, Glyvenol, Venoruton, dan Varemoid.
4. Skrining
untuk deteksi dini.
a. USG
USG merupakan suatu media diagnostik
dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari struktur jaringan
berdasarkan gambaran ecko dari gelombang ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini
dipandang sebagai metode pemeriksaan yang aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan normal
usia 5 minggu struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi dimana
diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika dihubungkan dengan kadar HCG pada saat
itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/ ml. Dari kenyataan ini bisa juga
diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/ ml tidak dijumpai adanya
kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan ektopik. Gambaran USG
kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung pada usia kehamilan, ada
tidaknya gangguan kehamiulan (ruptura, abortus) serta banyak dan lamanya
perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya
bisa ditegakkan jika terlihat kantong gestasi berisi janin hidup yang letaknya
diluar kavum uteri. Pada kehamilan 7 minggu diameter kantong gestasi telah
mencapai 25 mm. Panjang embrio mencapai 10 mm dan menjadi lebih mudah dilihat.
Struiuktur kepala sudah dapat dibedakan dari badan. Selain denyut jantuing
mungkin juga dapat dideteksi adanya gerakan embrio yang dapat dirangsang dengan
melakukan perkusi pada dinding perut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan
seperti yang telah disebutkkan maka kemungkinan terjadi miss abortion. Jika
dijumpai lebih dari 1 embrioyang menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka
kemungkinan kehamilan multiple. Pada kehamilan 8 minggu kantong gestasi telah
berdiameter 30 mm. Struktur embrio dapat dilihat lebih jelas lagi. Sering kali
terlihat kuning telur dalam ( yolk salk ) berupa struktur vasikuler berdiameter
kira-kira 5 mm yang letaknya diluar selaput amnion. Jika tidak dijumpai adanya
struktur embrio dan kantong kuning telur maka kemungkinan kehamilan
anembrionik.
C.
Tanda-tanda
Bahaya Dalam Kehamilan
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang
normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian
dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda,
(Kusmiyati dkk, 2008).
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa
ibu dan bayi dalam keadaan bahaya, (Uswhaya, 2009).
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
·
Perdarahan pervaginam.
·
Mual muntah berlebihan.
·
Sakit kepala yang
hebat.
·
Penglihatan kabur.
·
Nyeri perut yang hebat.
·
Gerakan janin
berkurang.
·
Bengkak pada wajah,
kaki dan tangan.
·
Nyeri perut yang hebat.
·
Selaput kelopak mata
pucat.
·
Demam tinggi.
·
Kejang.
·
Keluar air ketuban
sebelum waktunya.
1.
Pendarahan Pervaginum
a. Pengertian
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan
kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik,
(Soejoenoes, A. 1991).
b.
Penanganan Umum
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan
secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah,
respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan
meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi
lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan
cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan,
(Saifuddin, 2002).
c.
Macam–macam perdarahan pervaginam :
·
Abortus.
·
Kehamilan Mola (Mola
Hidatidosa).
·
Kehamilan Ektopik.
1.
Abortus
a) Pengertian
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai, (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Prawirohardjo,sarwono, 2009).
b)
Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti,
tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
1) Faktor
pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
(a) Faktor
kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.
(b) Faktor
lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena
anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.
(c) Pengaruh
luar :
(1) Infeksi
endometrium.
(2) Hasil
konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi.
(3) Faktor
psikologis.
(4) Kebiasaan
ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat).
2)
Kelainan plasenta :
(a) Infeksi
pada plasenta.
(b) Gangguan
pembuluh darah.
(c) Hipertensi.
3)
Penyakit ibu :
(a) Penyakit
infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis.
(b) Anemia.
(c) Penyakit
menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM.
(d) Kelainan
rahim
c)
Macam Macam Abortus
1) Abortus
spontan
Abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Penanganannya :
Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien
(gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi
pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk),
temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat
tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan, (Sarwono, 2001).
2)
Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai dengan perdarahan
pervaginum, osteum uteri masih tertutup, hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan dan tes kehamilan urin masih positif. Penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali pendarahan pervaginum.
Penaganannya:
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan
berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontaksi atau diberi
tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.
Obat-obatan ini walaupun secara statistik kegunannya tidak bermakna , tetapi
efek psikologis kepada penderita sangat menguntungkan. Penderita boleh
dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh
berhubungan seksual sampai kurang dari 2 minggu.
3)
Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada tes
urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
Penangananya:
Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun
pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematemik bila keadaan
memerlukan. Uterotonika tidak diberikan.
4)
Abortus Inkompletus
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang
tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Penanganannya :
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan
umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian dilakukan
tindakan kuretase. Bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian
cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan
metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika parenteral
ataupun per oral dan antibiotika.
5)
Missed Abortion
Keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Penanganannya :
Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus
intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500cc dekstrose 5%
tetesan 20 tetes/menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan
tetsan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak
berhasil penderita diistirahkan satu hari dan kemudian induksi diulangi
biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar
dengan induksi inidilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. Cara
lain dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat
diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.
6)
Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan
ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Penanganannya :
Bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode
digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
7)
Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika
serta istirahat.
Penanganannya :
Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan
melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika perdarahan
berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi. Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji
kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada abortus, yaitu :
1) Tes
kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2) Pemeriksaan
Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
3) Pemeriksaan
kadar fibrinogen darah pada missed abortion
e)
Komplikasi
1) Perdarahan,
perforasi, syok, dan infeksi.
2) Pada
missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
2.
Kehamilan Mola Hidatidosa
a) Pengertian
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan
janin dan hampir seluruh vili koralis mengalami perubahan degenarasi hidropik.
Secara makroskopik, mola hidatidosa
mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisis
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2
cm.( sarwono, 2009).
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga
sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion,
abortus inkompletus, atau mioma uteri, (Sarwono, 2009).
b)
Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun
faktor penyebabnya adalah :
1) Faktor
ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2) Imunoselektif
dari tropoblast.
3) Keadaan
sosio-ekonomi yang rendah.
4) Paritas
tinggi.
5) Kekurangan
proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, (Mochtar, Rustam
,1998).
c)
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.
Gejala biasanya terjadi antara bulan pertama samapi ketujuh dengan rata-rata 12
– 14 minggu dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran
rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah
beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Sifat perdarahan bisa
intermiten, sedikit sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok
atau kematian.
Tanda dan gejala serta komplikasi mola hidatidosa:
1) Mual
dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2) Pembesaran
rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3) Gejala
– gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang
tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
4) Gejala
– gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan
tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
d) Penanganan
Penanganan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahap, sebagai
berikut:
1) Perbaikan
keadaan umum
Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian tranfusi darah untuk
memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti
preeklampsia atau tirotoksikosis.
2)
Pengeluaran jaringan mola
Ada 2 cara yaitu:
(a) Vakum
kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum
kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang
tumpul.
Sebelum tindakan kuret sebaiknya sediakan darah untuk menjaga bila
terjadi perdarahan yang banyak.
(b) Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan
cukup mempunyai anak.
Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan
pemeriksaan histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa
mola invasif/koriokarsinoma.
e)
Pemeriksaan tindak lanjut
Hal ini dilakukan mengungat adanya kemungkinan keganasan setelah
mola hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi.
Pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, diagfragma
atau pantang berkala.
f)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan adalah :
1) Serum
ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial (diulang pada
interval waktu tertentu).
2) Ultrasonografi
(USG), melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung
gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak
jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG
maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.
3) Foto
roentgen dada.
g)
Komplikasi
1) Anemia,
syok, dan infeksi.
2) Eklampsia
dan tirotoksikosis
3.
Kehamilan Ektopik
a) Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di
luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%). Tanda dan gejala kehamilan ektopik
sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat
penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah
adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika
diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan, (Mansjoer,
Arif, dkk, 2001).
b)
Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,
tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini
ialah sebagai berikut :
1) Faktor
tuba yaitu
salpingitis, perlekatan
tuba, kelainan
konginetal tuba, pembedahan
sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah
bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.
2) Kelainan
zigot, yaitu
kelainan kromosomdan malformasi.
3) Faktor
ovarium, yaitu
migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
4) Penggunaan
hormone eksogen.
5) Faktor
lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD, (Dr. Rustam Mochtar, sinopsis
Obstetri, 2000).
c)
Tanda dan gejala kehamilan ektopik
1) Gejala
kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran payudara,
perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus,
frekuensi buang air kecil meningkat.
2) Nyeri
pada abdomen dan pelvis.
d) Tanda dan gejala
kehamilan ektopik terganggu
1) Kolaps
dan kelelahan.
2) Denyut
nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
3) Hipotensi.
4) Hipovolemia.
5) Abdomen
akut dan nyeri pelvis.
6) Distensi
abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah
bebas.
7) Nyeri
lepas.
8) Pucat.
e)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
pada kehamilan ektopik adalah :
1) Pemeriksaan
laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru terganggu.
2) Dilatasi
kuretase.
3) Kuldosentesis,
yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah didalam kavum douglasi
terdapat darah. Teknik kuldosentesis :
4) Baringkan
pasien dalam posisi litotomi.
5) Bersihkan
vulva dan vagina dengan antiseptic.
6) Pasang
speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi
ke depan sehingga forniks posterior tampak.
7) Suntikkan
jarum spinal no. 18 ke kavum douglasi dan lakukan pengisapan dengan semprit 10
ml.
8) Bila
pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda
hematokel retrouterina.
9) Ultrasonografi
berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
10) Laparoskopi
atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.
f)
Komplikasi
1) Pada
pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi
operasi.
2) Infeksi,
sterilitas.
3) Pecahnya
tuba falopii.
4) Komplikasi
juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
2. Mual Muntah Berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis
gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan
trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 %
primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan,
gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik
kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan
dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan
gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono,
2005: 275).
Penanganan Umum: Mual muntah dapat diatasi
dengan:
a. Makan
sedikit tapi sering
b. Hindari
makanan yang sulit dicerna dan berlemak
c. Jaga
masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
d. Selingi
makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu
waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
e. Jahe
merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta
makanan lain.
f. Isap
sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual
g. Hindari
hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
h. Istirahat
cukup
i.
Hindari hal–hal yang
membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat memicu rasa mual (Curtis,
2000:28)
Komplikasi: Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan
hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2003:2).
3. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit
kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu
masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan
tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut,
ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini
merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan
kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)
Penanganan Umum:
a. Jika
ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
b. Segera
lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002 : 33)
Komplikasi : Nyeri kepala pada masa hamil dapat
merupakan gejala pre-eklampsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita
hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke,
koagulopati dan kematian.(Irma, 2002:4)
4. Penglihatan Kabur
Penglihatan
menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat,
sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi
sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala,
kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan
penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah
visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan
visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat
bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain
itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang
menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini
disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).
(Uswhaaja, 2009: 5)
Penanganan Umum :
a. Jika
tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada
dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b. Segera
dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil
menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya.(Saifuddin, 2002: 33)
Komplikasi : Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia
5. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema
ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari
ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang
setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah
oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi
menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul
pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak
disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat,
pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal
jantung atau pre-eklampsia. (Uswhaaja, 2009: 5-6)
Penanganan Umum :
a. Istirahat
cukup
b. Mengatur
diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
c. Kalau
keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera
melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)
Komplikasi : Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan
disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan)
terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni
terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati,
2003:2)
6. Gerakan Janin Berkurang
Ibu
tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama
persalinan.
Penanganan Umum:
a. Memberikan
dukungan emosional pada ibu
b. Menilai
denyut jantung janin (DJJ):
1) Bila
ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang;
2) Bila
DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetoskop
Doppler. (Saifuddin, 2002 : 109)
Komplikasi: yang timbul adalah IUFD dan featal distress
7. Nyeri Perut Yang Hebat
Nyeri
perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada
kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)
Penanganan Umum :
a. Lakukan
segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)
b. Jika
dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan
evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.
c. Jika
ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002: 98)
Komplikasi :yang dapat timbul pada nyeri perut yang
hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur;
solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens (Irma,2008:7)
8. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya
cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.
Penanganan Umum :
a. Konfirmasi
usia kehamilan, kalau ada dengan USG
b. Dilakukan
pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.
c. Jika
ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan
pemeriksaan dalam secara digital.
d. Mengobservasi
tidak ada infeksi
e. Mengobservasi
tanda–tanda inpartu (Saifuddin, 2002: 112)
Komplikasi :
a. Perdarahan
pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
b. Tanda–tanda
infeksi (demam, cairan vagina berbau)
c. Jika
terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm
(Saifuddin, 2002: 114)
9. Kejang
Pada
umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya
gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin
berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang
dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia
Penanganan:
a. Baringkan
pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah
b. Bebaskan
jalan nafas
c. Hindari
jatuhnya pasien dari tempat tidur
d. Lakukan
pengawasan ketat (Saifuddin, 2002:34)
e. Komplikasi
Komplikasi
yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria
(Saifuddin, 2002:34)
10.
Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu
tubuh lebih 38° C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan.
Penanganan
Umum : Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak,
kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84)
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara
lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran
kemih atas). (Saifuddin, 2002:86)
11. Selaput Kelopak Mata Pucat
Anemia
adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel
darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai
untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi. Anemia sering terjadi pada
kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah
terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat
daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume,
jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat
mengakibatkan anemia.
Penanganan : Anemia dapat ditangani dengan minum tablet
zat besi dan istirahat cukup. (Curtis, 2000: 47)
Komplikasi : dalam kehamilan memberikan pengaruh
langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu
anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital,
abortus/ keguguran. (Ayurai, 2009: 4).
DAFTAR PUSTAKA
Curtis,G.B.2002. Tanya
Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta.
Hanifa, W.
2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Irma.
2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc Juni 20, 3:50 am
Mochtar, R.
1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
Nurweni,
2009. Gambaran Tingkat pengetahuan
Ibu Hamil Primigravida Trimester I Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di RB Citra
Prasasti I Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah.
Prawirohardjo, Sarwono,
2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka
http://www.scribd.com/doc/94391921/t
http://www.scribd.com/doc/82096874/16/a-Trimester-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar