Jumat, 18 November 2022

KOMPLIKASI DAN PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PENANGANAN MEDISNYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER I


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bahagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Menurut SDKI (2003) angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup yaitu 3-6 kali lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia bahkan lebih jelek dari negara Vietnam yaitu 95 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia sekitar 18.000 setiap tahun yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, hal ini berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.

B.     Tujuan

1.      Tujuan umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami penyakit dan komplikasi serta penanganan medis pada kehamilan trimester I .

2.      Tujuan khusus

Agar mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan penyakit dan komplikasi serta penanganan medis pada kehamilan trimester I yaitu:

a.       Definis Abortus, Mola hidatidosa dan kehamilan ektopik

b.      Etiologi

c.       Tanda dan gejala

d.      Penanganan medis

e.       Pemeriksaan penunjang

f.       Komplikasi

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

A.    Deteksi Dini Dalam Kehamilan

Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan -penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara dini.

Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memada i sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah. Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster -poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan ibu menurut MNH (Maternal and Neonatal Health Program):

1.      Memilih tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil.

2.      Mengenali persalinan yang normal dan memahami persiapan menghadapi persalinan.

3.      Mengenali tanda-tanda bahaya dan melaksanakan persiapan menghadapi komplikasi.

4.      Mengetahui sistem transportasi, tahu ke mana harus pergi bila terjadi keadaan darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga.

5.      Memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya bila diperlukan. (Santi, 2001).

Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan :

1.      Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.

2.      Dengan mendapat imunisasi TT 2x.

3.      Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih seringdan lebih intensif.

4.      Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

Hal-hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya komplikasi kehamilan :

1.      Dengan mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini.

2.      Segera Posyandu, Puskesmas, atau Rumah Sakit terdekat bila ditemukan tanda-tanda bahaya kehamilan tersebut (Soenardi, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap komplikasi kehamilan:

1.      Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan.

2.      Informasi

Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang kesehatan mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan karena tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat.

3.      Budaya

Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.

4.      Sosial Ekonomi

Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

 

B.     Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection)

Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segea dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada trimester 1 (sebelum minggu ke 14).

Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu:

1.      Anamnesa

Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan.

a.       Anamnesa Sosial ( biodata dan latar belakang sosial )

b.      Anamnesa Keluarga

c.       Anamnesa Medik

d.      Anamnesa Haid

e.       Anamnesa Kebidanan

2.      Pemeriksaan Umum

a.       Tinggi badan

Pada wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur tinggi badannya. Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang lancar. Perbandingan tinggi dan berat badan memberi gambaran mengenai keadaan gizi dan balita.

b.      Berat badan

Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau ulangan, berat badan perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam trimester I berat badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasanya menurunkarena kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhit terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklampsi.

c.       Tanda-tanda vital

Dalam keadaan normal tekanan darah daloam kehamilan trimester terakhir sistolik tidak melebihi  140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklampsi.

d.      Pemeriksaan kepala dan leher

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan inspeksi. Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian kepala dan leher. Jika pada pemeriiksaan mata sklera ikterik dan konjungtiva anemis maka kemungkinan anemia.

e.       Pemeriksaan payudara

Pada wanita hamil payudara terlihat besar dan tegang serta sedikit nyeri. Hal ini karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Pemeriksan payudara dengan cara palpasi meliputi bentuk dan ukuran payudara, putting susu menonjol atau tidak, adanya retraksi, masa dan pembesaran pembuluh limfe.

f.       Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya

g.      Pemeriksaan abdominal

Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari pemeriksaan ini diperoleh mengenai ukuran dan bentuk uterus.

h.      Pemeriksan genetalia

Untuk memeriksa genetalia biasanya dengan pemeriksaan ginekologi. Pada pemeriksaan ini vulva, vagina dan porsio diperiksa dan dilihat inspekulo.

i.        Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya varises dan oedema.

3.      Pemeriksaan laboratorium

Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dari vagina atau dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda serius dari preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.

a.       Kontak Dini Kehamilan Trimester I

Pada trimester I, menurunnya keinginan untuk melakukan hubungan seksual sangat wajar. Apabila dalam anamnesis ada riwayat abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.

b.      Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.

Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu  hamil berbeda – beda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises.

Pada ibu hamil dengan hipertensi sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap minggunya. Anjurkan kepada ibu untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu dikonsultasikan kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu pula untuk cukup istirahat menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat. Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan untuk diet tinggi protein rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertambahan berat badan yang agresif.

Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), Penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya.

Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila ada tanda – tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat). Apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan pengakhiran kehamilan ini sebaikanya dirundingkan antar disiplin : dengan ahli penykit dalam ; apakah ada ancaman terhadap jiwa ibu. Sedangkan pada ibu hamil dengan varises pelayanan ANC yang diberikan antara lain :

1)      Anjuran ibu untuk jangan berdiri atau duduk terlalu lama dan jangan memakai ikat pinggang terlalu kencang.

2)      Anjurkan kepada ibu supaya jalan – jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah.

3)      Anjurkan ibu untuk memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastis.

4)      Dapat diberikan obat – obatan : Venosan, Glyvenol, Venoruton, dan Varemoid.

4.      Skrining untuk deteksi dini.

a.       USG

USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang aman.

Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong gestasi intrauterin dapat dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika dihubungkan dengan kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500 mlU/ ml. Dari kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari 6500 mlU/ ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan kehamilan ektopik. Gambaran USG kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamiulan (ruptura, abortus) serta banyak dan lamanya perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan jika terlihat kantong gestasi berisi janin hidup yang letaknya diluar kavum uteri. Pada kehamilan 7 minggu diameter kantong gestasi telah mencapai 25 mm. Panjang embrio mencapai 10 mm dan menjadi lebih mudah dilihat. Struiuktur kepala sudah dapat dibedakan dari badan. Selain denyut jantuing mungkin juga dapat dideteksi adanya gerakan embrio yang dapat dirangsang dengan melakukan perkusi pada dinding perut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti yang telah disebutkkan maka kemungkinan terjadi miss abortion. Jika dijumpai lebih dari 1 embrioyang menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka kemungkinan kehamilan multiple. Pada kehamilan 8 minggu kantong gestasi telah berdiameter 30 mm. Struktur embrio dapat dilihat lebih jelas lagi. Sering kali terlihat kuning telur dalam ( yolk salk ) berupa struktur vasikuler berdiameter kira-kira 5 mm yang letaknya diluar selaput amnion. Jika tidak dijumpai adanya struktur embrio dan kantong kuning telur maka kemungkinan kehamilan anembrionik.

 

 

 

 

C.    Tanda-tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda, (Kusmiyati dkk, 2008).

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya, (Uswhaya, 2009).

Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:

·         Perdarahan pervaginam.

·         Mual muntah berlebihan.

·         Sakit kepala yang hebat.

·         Penglihatan kabur.

·         Nyeri perut yang hebat.

·         Gerakan janin berkurang.

·         Bengkak pada wajah, kaki dan tangan.

·         Nyeri perut yang hebat.

·         Selaput kelopak mata pucat.

·         Demam tinggi.

·         Kejang.

·         Keluar air ketuban sebelum waktunya.

 

1.      Pendarahan Pervaginum

a.       Pengertian

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik, (Soejoenoes, A. 1991).

b.      Penanganan Umum

Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan, (Saifuddin, 2002).

c.       Macam–macam perdarahan pervaginam :

·         Abortus.

·         Kehamilan Mola (Mola Hidatidosa).

·         Kehamilan Ektopik.

 

1.      Abortus

a)      Pengertian

Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai, (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Prawirohardjo,sarwono, 2009).

b)      Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :

1)      Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

(a)    Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.

(b)   Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.

(c)    Pengaruh luar :

(1)   Infeksi endometrium.

(2)   Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi.

(3)   Faktor psikologis.

(4)   Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat).

2)      Kelainan plasenta :

(a)    Infeksi pada plasenta.

(b)   Gangguan pembuluh darah.

(c)    Hipertensi.

3)      Penyakit ibu :

(a)    Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis.

(b)   Anemia.

(c)    Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM.

(d)   Kelainan rahim

c)      Macam Macam Abortus

1)      Abortus spontan

Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

Penanganannya :

Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan, (Sarwono, 2001).

2)      Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan pervaginum, osteum uteri masih tertutup, hasil konsepsi masih baik dalam kandungan dan tes kehamilan urin masih positif. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali pendarahan pervaginum.

Penaganannya:

Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontaksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara statistik kegunannya tidak bermakna , tetapi efek psikologis kepada penderita sangat menguntungkan. Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual sampai kurang dari 2 minggu.

3)      Abortus Kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.

Penangananya:

Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematemik bila keadaan memerlukan. Uterotonika tidak diberikan.

4)      Abortus Inkompletus

Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

Penanganannya :

Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian dilakukan tindakan kuretase. Bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotika.

5)      Missed Abortion

Keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

Penanganannya :

Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes/menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetsan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil penderita diistirahkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi inidilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. Cara lain dengan pemberian mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.

6)      Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)

Abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

Penanganannya :

Bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.

7)      Abortus imminens (keguguran membakat)

Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat.

Penanganannya :

Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.

d)     Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada abortus, yaitu :

1)      Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.

2)      Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

3)      Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

e)      Komplikasi

1)      Perdarahan, perforasi, syok, dan infeksi.

2)      Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah

2.      Kehamilan Mola Hidatidosa

a)      Pengertian

Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili koralis mengalami perubahan degenarasi hidropik. Secara makroskopik, mola  hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisis cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.( sarwono, 2009).

Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri, (Sarwono, 2009).

b)      Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :

1)      Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2)      Imunoselektif dari tropoblast.

3)      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.

4)      Paritas tinggi.

5)      Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, (Mochtar, Rustam ,1998).

c)      Tanda dan gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Gejala biasanya terjadi antara bulan pertama samapi ketujuh dengan rata-rata 12 – 14 minggu dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.

Tanda dan gejala serta komplikasi mola hidatidosa:

1)      Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

2)      Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).

3)      Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

4)      Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

d)     Penanganan

Penanganan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahap, sebagai berikut:

1)      Perbaikan keadaan umum

Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian tranfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.

2)      Pengeluaran jaringan mola

Ada 2 cara yaitu:

(a)    Vakum kuretase

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul.

Sebelum tindakan kuret sebaiknya sediakan darah untuk menjaga bila terjadi perdarahan yang banyak.

(b)   Histerektomi

Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.

Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola invasif/koriokarsinoma.

e)      Pemeriksaan tindak lanjut

Hal ini dilakukan mengungat adanya kemungkinan keganasan setelah mola hidatidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, diagfragma atau pantang berkala.

f)       Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1)      Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu).

2)      Ultrasonografi (USG), melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.

3)      Foto roentgen dada.

g)      Komplikasi

1)      Anemia, syok, dan infeksi.

2)      Eklampsia dan tirotoksikosis

3.      Kehamilan Ektopik

a)      Pengertian

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%). Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan, (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).

b)      Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :

1)      Faktor tuba yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan konginetal tuba, pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.

2)      Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosomdan malformasi.

3)      Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.

4)      Penggunaan hormone eksogen.

5)      Faktor lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD, (Dr. Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).

c)      Tanda dan gejala kehamilan ektopik

1)      Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.

2)      Nyeri pada abdomen dan pelvis.

d)     Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu

1)      Kolaps dan kelelahan.

2)      Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).

3)      Hipotensi.

4)      Hipovolemia.

5)      Abdomen akut dan nyeri pelvis.

6)      Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas.

7)      Nyeri lepas.

8)      Pucat.

e)      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kehamilan ektopik adalah :

1)      Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru terganggu.

2)      Dilatasi kuretase.

3)      Kuldosentesis, yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah didalam kavum douglasi terdapat darah. Teknik kuldosentesis :

4)      Baringkan pasien dalam posisi litotomi.

5)      Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic.

6)      Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.

7)      Suntikkan jarum spinal no. 18 ke kavum douglasi dan lakukan pengisapan dengan semprit 10 ml.

8)      Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.

9)      Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.

10)  Laparoskopi atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.

f)       Komplikasi

1)      Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.

2)      Infeksi, sterilitas.

3)      Pecahnya tuba falopii.

4)      Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.

 

2.      Mual Muntah Berlebihan

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit.(Sarwono, 2005: 275).

Penanganan Umum: Mual muntah dapat diatasi dengan:

a.       Makan sedikit tapi sering

b.      Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak

c.       Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.

d.      Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.

e.       Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran serta makanan lain.

f.       Isap sepotong jeruk yang segar ketika merasa mual

g.      Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi

h.      Istirahat cukup

i.        Hindari hal–hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat memicu rasa mual (Curtis, 2000:28)

Komplikasi: Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2003:2).

 

3.      Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau terbayang. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya, 2009: 4-5)

 

Penanganan Umum:  

a.       Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.

b.      Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002 : 33)

Komplikasi : Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia, suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.(Irma, 2002:4)

 

4.      Penglihatan Kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.

Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.

Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5)

Penanganan Umum :

a.       Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.

b.      Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002: 33)

Komplikasi : Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia

 

5.      Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan

Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia. (Uswhaaja, 2009: 5-6)

Penanganan Umum :

a.       Istirahat cukup

b.      Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.

c.       Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)

Komplikasi : Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003:2)

 

6.      Gerakan Janin Berkurang

Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.

Penanganan Umum:

a.       Memberikan dukungan emosional pada ibu

b.      Menilai denyut jantung janin (DJJ):

1)   Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang;

2)   Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002 : 109)

Komplikasi: yang timbul adalah IUFD dan featal distress

 

7.      Nyeri Perut Yang Hebat

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002: 98)

Penanganan Umum :

a.       Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi, respirasi, suhu)

b.      Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat.

c.       Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002: 98)

Komplikasi :yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens (Irma,2008:7)

 

 

 

8.      Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

Penanganan Umum :

a.       Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG

b.      Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan dengan urin.

c.       Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.

d.      Mengobservasi tidak ada infeksi

e.       Mengobservasi tanda–tanda inpartu (Saifuddin, 2002: 112)

Komplikasi :

a.       Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta

b.      Tanda–tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

c.       Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm (Saifuddin, 2002: 114)

 

9.      Kejang           

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia

Penanganan:  

a.       Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan, atau darah

b.      Bebaskan jalan nafas

c.       Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur

d.      Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002:34)

e.       Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi, proteinuria (Saifuddin, 2002:34)

 

10.  Demam Tinggi

Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.

Penanganan Umum : Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak, kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84)

Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain: sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih atas). (Saifuddin, 2002:86)

 

11.  Selaput Kelopak Mata Pucat

Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi. Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira–kira 50% selama kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah). Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.

Penanganan : Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup. (Curtis, 2000: 47)

Komplikasi : dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan kongenital, abortus/ keguguran. (Ayurai, 2009: 4).

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Curtis,G.B.2002. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta.

Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Irma. 2008. Tanda Bahaya Kehamilan. http:// www.masdanang.co.cc Juni 20, 3:50 am

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC

Nurweni, 2009. Gambaran Tingkat pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Trimester I Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di RB Citra Prasasti I Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah.

Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

http://www.scribd.com/doc/94391921/t

http://www.scribd.com/doc/82096874/16/a-Trimester-1

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar