A. KONSEP
DASAR MEDIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
1.
Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998). Mual biasanya
terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah haripewrtama haid dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam
kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamila yang berkembang sedemikian
luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan.
(Ben-zionMD,Hal : 232).
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadisecara
berlebihan selama kehamilan.(Hellen Farrer, 1999, hal : 112)
Mual-muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
(Obstetri patologi. 1984 : 84)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan selama masa
hamil ( Helen verney. Asuhan Kebidanan .2007,hal:608)
Hiperemesis Gravidarum adalah
mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan
keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo,
Ilmu Kebidanan, 1999).
Hiperemesis
Gravidarum adalah mual dan muntah dengan intensitas sedang sering terjadi
sampai gestasi sekitar 16 minggu.(Obstetri Willson.2006.hal:1424)
Hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu
hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti
Appendisitis, Pielitis dan sebagainya (http://zerich150105.wordpress.com/.
Hiperemesis
Gravidarum adalah mual dan muntah
berlebih sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi ke 3)
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk (Mansjoer, A dkk, 2001).
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi
dehidrasi (Mochtar, R, 1998).
2.
Anatomi fisiologi
a. Anatomi
1) Alat kelamin luar (genetalia
eksterna)
a)
Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang
terdiri dari jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b)
Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar
vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu
dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c)
Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca.
Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d)
Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil
diantara labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio
minora adalah vestibulum.
e)
Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir
kecil (labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra),
kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f)
Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang
senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar,
letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti
bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
g)
Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot
dasar panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.
2) Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a)
Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium
bergaris, khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus
vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek
dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut
rugae.
b)
Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di
dalam pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat
dan 2 cm. Berat 50 gr,± 5 cm, tebal ±ligament.
Panjang uterus 7½ cm, lebar dan berat
30-60 gr. Uterus terdiri dari :
·
Fundus
uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur.
Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia
kehamilan.
·
Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
·
Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan
uterus, meliputi :
·
Endometrium
·
Myometrium
·
Parametrium
c)
Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan
kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
d)
Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun
dalam banyak lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada
ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada
ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke
dalam tuba (Tambayong, 2002).
3.
Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara
pasti, Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor
predisposisi yang yang dikemukakan :
a. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khriales
dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta
resustensi yang menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
janin.
b. Faktor
psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting
pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
c. Faktor endikrin
Hopertiroid, diabetes, peningkatan
kadar HCG dan lain-lain.
4.
Patologi
Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis
Gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ
tubuh adalah sebagai berikut :
a. Heper
Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis.
b. Jantung
Jantung atrofi,
menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan
sub-endokardial.
c. Otak
Terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan
seperti pada ensepalopati wirnicke.
d. Ginjal
Ginjal tampak pucatdan degenerasi lem dapat ditemukan
pada tubuli kontorti.
5.
Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi dan imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
korbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tak sempurnah, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah. Muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan
homokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan berkurang pula
tertimbunnya zat metabolik yang toksit. Disamping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan
lambung (sindroma mollary-weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
6.
Tanda dan
gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut
hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih
dari 10 kali muntah. Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala
dibagi menjaditiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I ( Ringan )
1) Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita.
2) Ibu merasa lemah.
3) Nafsu makan tidak ada.
4) Berat badan menurun.
5) Merasa nyeri pada epigastrium.
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
7) Tekanan darah menurun.
8) Turgor kulit berkurang.
9) Mata cekung.
b. Tingkat II ( Sedang )
1) Penderita tampak lemah dan apatis.
2) Turgor kulit mulai jelek.
3) Lidah mengering dan tampak kotor.
4) Nadi kecil dan cepat.
5) Suhubadan naik (dehidr asi).
6) Mata mulai ikteris
7) Berat badan turun dan mata cekung.
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi
asetonuria.
c. Tingkat III ( Berat )
1) Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma).
2) Dehidrasi berat.
3) Nadi kecil, cepat dan halus.
4) Suhu meningkat dan tensi turun.
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensepalopati wernicke, dengan
gejala nigtasmus, diplopia, dan penurunan mental.
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.
7.
Penanganan
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap
hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari
dengan makana dalam jumlah kecil tapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Hindari makanan berminyak dan berbau lemak.
4) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu
panas ataupun terlalu dingin.
5) Usahakan defekasi teratur.
b. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas
keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan
pengaobatan :
1) Tidak memberikan obat yang teratogen.
2) Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
3) Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
4) Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
5) Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin
hidrokloride atau khlorpromasin.
c. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan
III harus dirawat inap dirumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai
berikut :
1)
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah, dan peredaran darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya
perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
2)
Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.yakinkan
penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3)
Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit,
karbohidrat, dan protein dengan glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Buat dalam daftar kontrol
cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang disebutkan
diatas.
4)
Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abotus
terapiutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.
8.
Uji Diagnostik
Data
laboratorium :
a. kadar potassium,
sodium, klorida, dan protein menurun
b. hemoglobin dan
hematokrit menurun
c. urinalisis : adanya
keton dan kadang-kadang adanya protein
d. kadar vitamin dalam
darah menurun
e. BUN, non protein
nitrogen, uric acid meningkat
f. LFT
9. Diet
Hipermisis Gravidarum
a.
Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum
bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
b.
Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki
beberapa syarat, diantaranyanadalah:
1) Karbohidrat
tinggi
2) Lemak
rendah
3) Protein
sedang
4) Makanan
diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan sesuaikan dengan keadaan pasien,
yaitu 7-10 gelas per hari
5) Makanan
mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam
porsi kecil
6) Bila
makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam
dan selingan malam
7) Makanan
secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan gizi pasien
c.
Macam-macambDiet
Ada
3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
1) Diet
Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada
pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar
atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2
jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya
kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
2) Diet
Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan
muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan
memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini
dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3) Diet
Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada
pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien,
dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi
kebutuhan energi dan semua zat gizi.
d.
Makanan yang dianjurkan untuk diet
hiperemesis I, II, dan III adalah :
1)
Roti panggang, biskuit, crackers
2)
Buah segar dan sari buah
3)
Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak
berlemak, teh dan kopi encer
e. Makanan
yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang
umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang
mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna,
dan bahan penyedap) juga tidakbdianjurkan.
10. Karakteristik
Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemisis gravidarum
a. Gravida
Faktor presdisposisi yang sering
ditemukan sebagai penyebab hiperemesis gravidarum adalah pada primigravida
(Prawihardjo, 2005).
Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis
gravidarum lebih
sering dialami oleh primigravida
daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat kestresan dan usia si
ibu saat mengalami kehamilan pertama (Nining, 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80%
pada primigravida dan 40-60% pada multigravida (Arief.B, 2009).
b. Pendidikan
Kejadian hiperemesis pada ibu hamil
lebih sering terjadi pada ibu hamil yang berpendidikan rendah (Prawihardjo,
2005).
Secara teoritis, ibu hamil yang
berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan
keluarganya (Saifuddin, 2002).
c. Riwayat Kehamilan
Faktor presdisposisi yang sering
dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan
kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena
pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
(Prawihardjo, 2005).
d. Riwayat Penyakit Ibu
Penyebab hiperemesis gravidarum lainnya
adalah faktor endokrin seperti hipertiroid, diabetes dan lain-lain
(Prawihardjo, 2005).
Hipertiroid pada kehamilan (morbus
basodowi) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism
basal 15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita
hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga
terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan
seperti hiperemesis gravidarum.
11. Komplikasi
a.
Dehidrasi
b.
Ikterik
c.
Takikardi
d.
Alkalosis
e.
Kelaparan
f.
Menarik diri, depresi
g.
Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus,
diplopia, perubahan mental
h.
Suhu tubuh meningkat
i.
Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan
hubungan keluarga
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPEREMISIS GRAVIDARUM
1.
Pengkajian
Pengkajian
merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006). Data dasar pengkajian :
1) Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut
nadi meningkat (>100 kali per menit)
2) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi,
peningkatan frekuensi berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8
minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa
mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit
berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan
dapat jatuh dalam koma
7) Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor
kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
9) Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan
diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih
dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton
dalam urine.
2.
Diagnosa keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nausea dan vomitus yang menetap.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada
kesejahteraan janin.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan
muntah yang berlebihan, peningkatan asam lambung.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan informasi.
f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan
sumber energi sekunder.
3. Intervensi keperawatan
Dx1
: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nausea dan vomitus yang menetap.
|
|
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1.
Klien akan
mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
2.
Klien tidak
mengalami nausea dan vomitus.
3.
Klien akan menoleransi
diit yang telah di programkan.
4.
Klien akan
mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Catat intake dan
output
2.
Anjurkan makan
dalam porsi kecil tapi sering
3.
Anjurkan untuk
menghindari makanan yang berlemak.
4.
anjurkan untuk
makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas) hangat sebelum
bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
5.
Catal intake TPN,
jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
6.
Inspeksi adanya
iritasi atau Iesi pada mulut.
7.
Kaji kebersihan
oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut sesering
mungkin.
8.
Pantau kadar
Hemoglobin dan Hemotokrit
9.
Test urine
terhadap aseton, albumin dan glukosa.
|
1.
Menentukan
hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2.
Dapat mencukupi
asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3.
Dapat merangsang
mual dan muntah
4.
Makanan selingan
dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih.
5.
Untuk
mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6.
Untuk mengetahui
integritas inukosa mulut.
7.
Untuk
mempertahankan integritas mukosa mulut.
8.
Mengidenfifikasi
adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien
dengan kadar hb < 12 gr/dl atau kadar ht < 37 % dipertimbangkan anemi
pada trimester i
9.
Menetapkan data
dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko
tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, diabetik kcloasedosis dan
hipertensi
|
Dx2
: Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
|
|
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1.
Keseimbangan
cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti dengan turgor
kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital
dalam batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat
jenis urin akan berada dalam batas normal.
2.
Klien tidak akan
muntah lagi
3.
Klien akan
mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan
frekuensi atau beratnya mual/muntah.
2.
Tinjau ulang
riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis.
3.
Kaji suhu badan
dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine.
Timbang BB klien setiap hari.
4.
Anjurkan
peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah
sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari
tidur.
|
1.
Memberikan data
berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik
gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas
gastrik memperberat mual/muntah pada kehamilan.
2.
Membantu dalam
mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam
mengidentifikasi intervensi.
3.
Sebagai indikator
dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi
4.
Membantu dalam
meminimalkan mual
atau muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
|
Dx3
: Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
|
|
Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil :
1.
klien
memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Memperlihatkan
sikap menerima rasa takut klien.
2.
Dorong pasien untuk mengungkapakan perasaan dan kekhawatirannya.
3.
Beri informasi
yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya.
|
1.
Memperlihatkan
sikap menerima rasa takut klien
2.
Pengetahuan
tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya menghilangkan rasa
takut.
3.
Strategi koping
yang efektif dibutuhkan untuk memampukan klien mengatasi penyakit yang
dideritanya dan efek-efek penyakit tersebut
|
Dx4 : Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang
berlebihan, peningkatan asam lambung.
|
|
Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1.
Klien
mengungkapkan secara verbal.
2.
Nyeri hilang atau
berkurang
3.
pasien dapat
beristirahat dengan tenang.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji skala nyeri,
karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
2.
Anjurkan
penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi.
3.
Yakinkan pada
klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakannya dan akan berusaha
membantu untuk mengurangi nyeri tersebut.
4.
Berikan kembali
skala pengkajian nyeri
5.
Catat keparahan
nyeri pasien dengan bagan.
6.
Kolaborasi
pemberian analgesik sesuai indikasi.
|
1.
Menentukan
perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi nilai skala nyeri.
Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis nyeri.
2.
Menggunakan
strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic untuk mengurangi atau
mengalihkan respon terhadap nyeri.
3.
Ketakutan bahwa
nyari akan tidak dapat diterima seperti peningkatan ketegangan dan ansietas
yang nyata dan menurunkan toleransi nyeri.
4.
Memungkinkan
pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan mengidentifikasi kebutuhan
terhadap tindak lanjut bila tidak efektif.
5.
Membantu dalam
menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan atau pendekatan alternative terhadap
penatalaksanaan nyeri.
6.
Analgesic lebih
efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.
|
Dx5 : Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan informasi.
|
|
Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang
normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil:
1.
Klien menjelaskan
perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan dengan kehamilan
trimester pertama..
2.
Klien menunjukkan
perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan kesehatan.
3.
Mengidentifikasi
tanda-tanda bahaya kehamilan.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Jelaskan tentang
Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
2.
Berikan
pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
3.
Buat hubungan
perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
4.
Evaluasi
pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan perubahan
fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang
aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
5.
Klarifikasi
kesalahpahaman.
6.
Tentukan derajad
motivasi untuk belajar.
7.
Pertahankan sikap
terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
8.
Jawab pertanyaan
tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
9.
Identifikasi
tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri abdomen akut, sakit
punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala dan tekanan pelvis.
|
1.
Untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien
tentang penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.
2.
Untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis gravidarum.
3.
Peran penyuluh
atau konselor dapat memberikan bimbingan antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab
individu terhadap kesehatan.
4.
Memberikan
informasi untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan membuat
rencana keperawatan.
5.
Ketakutan
biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat mengganggu pembelajaran
selanjutnya.
6.
Klien dapat
mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan untuk belajar tersebut
jelas.
7.
Penerimaan
penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
8.
Memberikan
informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat pilihan.
9.
Membantu klien
membedakan yang normal dan abnormal sehngga membantunya dalam mencari
perawatan kesehatan pada waktu yang tepat.
|
Dx6 : Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan
nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
|
|
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil :
1.
Mengidentifikasi
dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Observasi
kemerahan, pucat, ekskoriasi.
2.
Dorong mandi tiap
2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
3.
Gunakan krim
kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
4.
Diskusikan
pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.
5.
Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan
adequat.
|
1.
Area ini
meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
2.
Sering mandi
membuat kekeringan kulit.
3.
Melicinkan kulit
dan mengurangi gatal.
4.
Meningkatkan
sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan.
5.
Perbaikan nutrisi
dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.
|
Dx7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi
sekunder.
|
|
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1.
Pasien dapat
memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.
2.
Pasien
mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tingkatkan tirah
baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi pengunjung sesuai
keperluan.
2.
Ubah posisi
dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
3.
Tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
4.
Dorong penggunaan
tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi.
5.
Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (valium);
lorazepam(ativan).
|
1.
Meningkatkan
istirahat dan ketenangan.
2.
Meningkatkan
fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan risiko kekurangan jaringan.
3.
Tirah baring lama
dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas
yang mengganggu periode istirahat.
4.
Meningkatkan
relaksasi dan penghematan energy, memusatkan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan koping.
5.
Membantu dalam
manajemen kebutuhan tidur.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar