Kamis, 13 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KELAINAN LETAK




A.    Letak sungsang.
1.      Pengertian.
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri (manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.

2.      Klasifikasi.
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi letak sungsang adalah :
a.       Letak bokong (Frank Breech) merupakan letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
b.      Letak sungsang sempurna (Complete Breech) merupakan letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong atau letak kaki bokong sempurna.
c.       Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri atas :
1)      Kedua kaki = letak kaki sempurna. Satu kaki = letak kaki tidak sempurna.
2)      Kedua lutut = letak lutut sempurna. Satu lutut = letak lutut tidak sempurna.

3.      Etiologi.
Menurut Wiknjosastro (2006) faktor-faktor yang menyebabkan letak sungsang antara lain :
a.       Multipritas.
b.      Hamil kembar.
c.       Hidramnion.
d.      Hidrisefalus.
e.       Plasenta previa.
f.       Plasenta previa.
g.      Kelainan uterus.
h.      Panggul sempit.

4.      Diagnosis.
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
5.      Tanda dan Gejala
a.    Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b.    Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c.    Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
d.   Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

6.      Penanganan.
a.       Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 : 615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu
1)   Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.
2)   Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
3)   Putar kea rah muka atau perut janin.
4)   Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
5)   Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
b.      Penanganan selama persalinan.
1)   Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256). Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
a)    Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller, karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
b)   Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
2)   Seksio sesarea.
Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.

B.     Letak lintang.
1.    Pengertian letak lintang.
Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2006 : 622).
Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya bahu merupakan bagian terendah janin (Buku Acuan Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin melintang.

2.    Etiologi letak lintang.
Sebab terpenting dari letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Keadaan ini yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan plasenta previa. Demikian pula kelainan bentuk rahim seperti uterus arkutus atau uterus subseptus (Wiknjosastro, 2006 : 624).

3.    Diagnosis letak lintang.
a.       Inspeksi : Perut membuncit ke samping
b.      Palpasi
1)      Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
2)      Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
3)      Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
c.       Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
d.      Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
1)      Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
2)      Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
3)      Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
4)      Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

Menurut Wiknjosastro (2006) adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahuturun ke dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman. Terababahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).


4.    Mekanisme persalinan letak lintang.
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan menjadi lembek atau panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).

5.    Penanganan letak lintang.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam pnggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatalulangan untuk menilai letak janin.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstrasi. Selama menunggu ketuban harus diusahakan supayua utuh dan melarang untuk meneran dan bangun.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolaps funikuli, harus dilakukan seksio sesarea. Dan apabila ketuban pecah, tetapi tidak terjadi prolaps funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstrasi atau dengan seksio sesarea. Pada letak lintang ksep atau persalinan lama, versi ekstrasi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin mati dilahirkan secara pervaginam dengan dekapitasi (Wiknjosastro, 2006 : 627).


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KELAINAN LETAK
 

A.    Pengkajian
1.    Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan penampilan
2.    Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
3.    Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
4.    Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5.    Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).
6.    Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara
7.    Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.
8.    Pemeriksaan Diagnosis
a.       Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
b.      Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan formasi.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.    Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin
3.    Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4.    Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

C.    Intervensi
Dx1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
1.      Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan
2.      Tampak rileks diantara kontraksi
3.      Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan
2.      Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana


3.      Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu

4.      Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, pemberian es batu)
5.      Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM
6.      Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi

1.      Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman
2.      Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
3.      Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan
4.      Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien
5.      Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi

6.      Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus


Dx2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
1)      Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi


2.      Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan persalinan

3.      Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik

4.      Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin

5.      Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi



6.      Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.

7.      Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi
1.      Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat
2.      Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama
3.      Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal / janin
4.      Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama
5.      Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks
6.      Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik
7.      Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina

Dx3 : Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
Kriteria Evaluasi :
1.      Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji DDJ secara manual atau elektronik,perhatikan variabilitas,perubahan periodik dan frekuensi dasar.


2.      Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia
3.      Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang

4.      Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong


5.      Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan PKA

1.      Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis
2.      Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos
3.      Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos
4.      Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria
5.      (Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila presentasi selain verteks

Dx4 : Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria Evaluasi :
1.Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2.Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif  
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi / penonjolan

2.      Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan


3.      Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi





4.      Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
5.      Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari
1.      Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi
2.      Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
3.      Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik
4.      Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping
5.      Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara positif




Tidak ada komentar:

Posting Komentar