BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah Perkembangan Keperawatan Jiwa Dalam sejarah
evolusi keperawatan jiwa, kita mengenal beberapa teori dan model keperawatan
yang menjadi core keperawatan jiwa, yang terbagi dalam beberapa periode. Pada
awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan oleh petugas
kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan). Perawatan bersifat
isolasi dan penjagaan. Mereka ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang
kemudian berkembang menjadi Primary Consistend of Custodial Care.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia
serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan
jiwa meliputi:
·
Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
·
Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
·
Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda
Sehari - hari.
Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770
dan 1880 seiring dengan kejadian penanganan pada seorang penyakit mental.
Sebelumnya, pada masa peradaban dimana roh-roh dipercaya sebagai penyebab
gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para leluhur Yunani, Romawi dan Arab
percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan tidak berfungsinya organ pada otak.
Mereka menggunakan berbagai pendekatan tindakan seperti : ketenangan, gizi
yang baik, kebersihan badan yang baik, musik dan aktivitas rekreasi.Selama
abad 7 sebelum masehi, Hippocrates menjelaskan perubahan perilaku atau watak
dan gangguan mental disebabkan oleh perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang
dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. Aristotle melengkapi
dengan hati, dan Seorang Dokter Yunani, Galen :menyatakan emosi atau kerusakan
mental dihubungkan dengan otak. Orang Yunani menggunakan kuil sebagai rumah
sakit dan memberikan lingkungan udara bersih, sinar matahari dan air
bersih untuk menyembuhkan penyakit jiwa/mental. Bersepeda, Jalan-jalan, dan
mendengarkan suara air terjun ini sebagai contoh penyembuhan.
Falsafah biasanya diartikan sebagai suatu pandangan
dan pengetahuan yang mendasar, yang selanjutnya digunakan untuk mengembangkan
dan membangun suatu persepsi atau asumsi tertentu tentang kehidupan. Falsafah
memberikan suatu gambaran atau pandangan terhadap suatu sistem nilai dan keyakinan.
Bagi setiap individu, falsafah berperan dalam membantu seseorang memahami makna
dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta berfungsi sebagai penuntun dalam
bersikap dan berperilaku. Falsafah hidup seseorang berkembang melalui dari
hasil belajar, hubungan interpersonal, pendidikan formal maupun informal, agam,
dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta lingkungan.
Berdasarkan konseptual model
keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
2.
Interpersonal ( Sullivan, peplau)
3. Social ( Caplan, Szasz)
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
5. Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland)
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
B.
Tujuan
Penulisan
- Tujuan Umum
Untuk
mengetahui bagaimana bentuk keperawatan jiwa.
- Tujuan Khusus
a.
Agar
mahasiswa mengetahui Sejarah Keperawatan Jiwa
b.
Agar
mahasiswa mengetahui Pengertian
Keperawatan Kesehatan Jiwa
c.
Agar
mahasiswa mengetahui Falsafah keperawatan Jiwa
d.
Agar
mahasiswa mengetahui Konseptual
Model Keperawatan Kesehatan Jiwa.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
masyarakat : sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2.
Untuk
Mahasiswa : di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.
3.
Untuk
Insatansi : agar tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
4. Untuk tenaga kesehatan : makalh ini bisa di jadikan
bahan acuan untuk melakuakan tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang ser
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Keperawatan Jiwa
1. Masa
Peradaban
Keperawatan jiwa dimulai antara tahun1770 dan 1880 seiring
dengan kejadian penanganan pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada
masa peradaban dimana roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan
mengusirnya agar sembuh. Para leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya
bahwa gangguanemosional diakibatkan tidak berfungsinya organ pada otak. Mereka
menggunakan berbagai pendekatan tindakan seperti : ketenangan, gizi yang
baik, kebersihan badan yang baik, musik dan aktivitas rekreasi.Selama abad
7 sebelum masehi, Hippocrates menjelaskan perubahan perilaku atauwatak dan
gangguan mental disebabkan oleh perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang dapat
menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban.Aristotle melengkapi dengan
hati, dan Seorang Dokter Yunani, Galen :menyatakan emosi atau kerusakan mental
dihubungkan dengan otak. OrangYunani menggunakan kuil sebagai rumah sakit dan
memberikan lingkungan udara bersih, sinar matahari dan air bersih untuk
menyembuhkan penyakit jiwa/mental.Bersepeda, Jalan-jalan, dan mendengarkan
suara air terjun ini sebagai contoh penyembuhan.
2. Masa
Pertengahan
Era dari Alienation, social exclusion dan confinement.Dokter
menjelaskan gejala :
a.
Depression
b.
Paranoia
c.
Delusions
d.
Hysteria
e.
NighmaresRumah Sakit Jiwa pertama, Bethlehem Royal Hospital,
telah dibuka di England.
Selama
18 abad, era dari reason dan observation :
a.
Pinel, seorang dokter Perancis membuka sebuah rumah sakit
untuk seorang penderita jiwa / mental di pilih kota La Bicetre, Paris. Dia
memulai dengantindakan kemanusiaan dan advokasi, melalui observasi perilaku,
riwayat perkembangan dan menggunakan komunikasi dengan penderaita.
b.
Weyer, seorang dokter Jerman psikiatrik pertama yang dapat
menjelaskannya melalui kategori diagnostik.
3. Abad
18 dan 19
Pada abad ke-18, seorang
praktisi kesehatan bernama William Ellis membantumengadakan perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa. Dia mengusulkan
pendampingyang terlatih bagi orang-orang dengan gangguan jiwa. Pada tahun 1836,
William Ellismempublikasikan Treatise on Insanity yang secara terbuka
mengemukakan bahwa praktikkeperawatan yang didirikan tersebut berhasil
memberikan ketenangan bagi pasien dengangangguan jiwa dan juga memberikan
harapan demi harapan yang baik Keperawatan
jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadianpenanganan pada
seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana roh-roh
dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh.Para
leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan
tidak berfungsinya organ pada otak. Mereka menggunakan berbagai pendekatan
tindakan seperti : ketenangan,gizi yang baik, kebersihan badan yang baik, musik
dan aktivitas rekreasi.keperawatan jiwa mengalami perkembangan baik di
Eropa maupun di USA. Walk (1961)mengungkapkan
bahwa sejarah kejiwaan tidak lengkap rasanya jika tidak ada sejarahkeperawatan
jiwa di dalamnya.
Perawat psikiatrik kini makin banyak
memberikan perawatan pada orang-orang dikomunitas, di UK
setelah muncul kebijakan pemerintah mengenai keperawatan komunitas.Keperawtan
jiwa yang modern berfokus pada upaya meningkatkan atau mempertahankankesehatan
jiwa dan salah satu tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa
jikahal ini memungkinkan. Saat ini keperawatan jiwa di Inggris merupakan cabnag
pengetahuanyang diajarkan dalam sekolah keperawatan berijazah dan pendidikan
akademi keperawatan.Kini cabang pengetahuan tersebut semakin banyak dipelajari
pula pada tingkat pascasarjana.
Bejamin Rush, sering disebut Bapak Psikiatric Amerika.
Pertama menulis bukutentang Pskiatric Amerika dan banyak tindakan kemanusian
untuk penderita penyakit mental/jiwa. Tahun 1783, masa tindakan moral dan
bekerjasama denganrumah sakit Pennsylvania. Tahun 1843, Thomas kirkbridge
memberikan pelatihandi rumah sakit Pennsylvania untuk membantu dokter merawat
pasien penyakit jiwa.Tahun 1872, New England Hospital untuk perempuan
& anak, dan Women’sHospital di Philadelphia mendirikan sekolah perawat,
tetapi tidak untuk pelayan pskiatrik. Setelah itu Dorothea Lynde Dix,
seorang pengajar yang memberikancontoh penderita penyakit jiwa. Tahun 1882
Pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital di Belmont, Massachusetts. Dan Tahun
1890 siswa perawat menjadi staff keperawatan di rumah sakit jiwa. Perawat
mendapat tugas dan diharapkan mengembangkan ketrampilan dalam memberikan
pengobatan melalui asuhan keperawatan. Diakhir abad 19 mengalami perubahan atau
perkembangan menjadi cohtoh pengobatan dari perawat pskiatrik, seperti :
a.
Membantu dokter
b.
Mengelola obat penenang
c.
Memberikan hidroterapi
4. Keperawatan
Jiwa di Abad 20
Sekolah perawatan menawarkan bermacam-macam program dalam
keperawatan psikiatrik. Pada prakteknya sekolah keperawatan biasanya
mengarahkan topik-topik mengenai perilaku manusia atau kesehatan mentalatau
gangguan mental, dan dapat diintegrasikan kedalam beberapa mata kuliahseperti
pediatric, obstretri dan gerontology. Pengalaman klinik
Keperawatan psikiatrik didapat dalam jangka lebih dari satu tahun,
meskipun evaluasidilakukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mencakup
konsep dasar kesehatan mental.
Jika seorang perawat ingin mendapatkan Register
Nurse(perawat terakreditasi) harus melalui suatu latihan, dimana pengalaman
klinik keperawatan psikiatrik dapat digunakan untuk mencapai Register
Nurse.Mata kuliah keperawatan psikiatrik dilaksanakan selama 5-10 minggu
denganatau tanpa rotasi klinik dan dalam kerangka kesehatan mental atau
psikiatrik.Dibeberapa institusi konsep keperawatan psikiatrik diintegrasikan
dalam 2semester, setelah pokok bahasan perkembangan psikologi dan
penyimpangan psikologi. Pengalaman keperawatan psikiatrik diterapkan di
unit kedokteran psikiatrik, rumah sakit jiwa swasta, pelayanan psikiatrik,
atau pelayanankesehatan mental masyarakat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dibawah pengawasan
perawat teregistrasi (RN)Program diploma biasanya memberikan waktu lebih untuk
keperawatan psikiatrik dan pengalaman klinik, dan menekankan pada konsep
dasar, proses pengkajian, statistik, dinamika kelompok, pendidikan
keluarga dan pasien,tentang peran perawat dalam pencegahanSekolah tinggi/universitas
menawarkan program pasca sarjana jurusan psikiatrik atau keperawatan
kesehatan mental selama 48 –50 jam kuliah, pengalaman klinik, penelitian,
tugas mandiri dan praktikum. Mata kuliahdifokuskan pada kepemimpinan, kehidupan
sehari-hari, dasar-dasar konsep,dasar phisiologi, pengkajian klien. Lulusan
dapat menjadi perawat spesialisatau perawat klinik, tergantung kepada mata
kuliah yang tersedia.
Akhir-akhir ini, lahan keperawatan psikiatrik memberikan
bermacam-macamkesempatan untuk penjurusan (spesialisasi). Seperti dapat bekerja
sebagai perawat di rumah sakit umum, praktek swasta, konsultan, pengajar
dansebagainya.Pengalaman keperawatan jiwa siswa menjadi dasar yang kuat
untuk mendapatkan kesempatan berkarier setalah lulus. Beberap contoh tempatmelakukan
pelayanan keperawatan jiwa seperti di : keperawatan maternitas,keperawatan
onkologi, keperawatan okupasi/industri, keperawatan kesehatanmasyarakat, kantor
keperawatan dan ruang keperawatan gawat darurat.
Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan
berbasiskomunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui
pusatkesehatan mental, praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day
care,home visite dan hospice care. Pada saat ini banyak terjadi perubahan
yangsignifikan dalam perawatan kesehatan jiwa. Managed care
menghubungkanstruktur dan layanan baru. Seorang manajer kasus ditugaskan
untuk mengkoordinasikan pelayanan untuk klien individu dan bekerja sama
dengantim multidisipliner. Alat-alat manajemen klinis yang menunjukkan organisasi,urutan
dan waktu intervensi yang diberikan oleh tim perawatan untuk satugangguan yang
teridentifikasi pada klien. Pemberian dan pemfokusan layanan pencegahan
primer (bukan hanya perawatan berbasis penyakit); mencakupidentifikasi
kelompok-kelompok berisiko tinggi dan penyuluhan untuk mencegah gaya hidup
guna mencegah penyakit.
Analisa Perkembangan Keperawatan Jiwa Dahulu dan
SekarangPada awalnya perawatan pasien dengan gangguan jiwa tidak dilakukan
oleh petugas kesehatan (Custodial Care) (tidak oleh tenaga kesehatan).
Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan.
Baru sekitar tahun 1945-an fokus perawatan terletak pada
penyakit, yaitu model kuratif (model Curative Care). Perawatan pasien jiwa
difokuskan pada pemberian pengobatan.Baru tahun 1950 fokus perawatannya mulai
befokus pada klien, anggota keluargatidak dianggap sebagai bagian dari tim
perawatan.Awal abad 21, fokus perawatan pada preventif atau pengobatan
berbasiskomunitas, yang menggunakan berbagai pendekatan, antara lain melalui
pusatkesehatan mental, praktek, pelayanan di rumah sakit, pelayanan day care,
homevisite dan hospice care. Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia,
perkembangan di Indonesia pun turut berkembang.
Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di
Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil atau RS Militer di
Jakarta,Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya penderita
gangguan jiwa berat. Kemudian, mulailah didirikan beberapa rumah sakit
jiwa. Pada saatini, keperawatan jiwa mulai menjadi bagian klinik khusus.
Sebelumnya para perawat berperan sebagai manajer dan koordinator kegiatan
dengan melaksanakan perawatan terapeutik sesuai dengan model dasar medis.
Dengan studi lanjutan dan pengalaman praktek klinik di bidang perawatan
psikiatrik, para ahli spesialis dan praktisi perawat mendapat pengetahuan
yang banyak dalam perawatan dan pencegahan gangguan psikiatrik.
B.
Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Menurut American
Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien
berada (American Nurses Associations).
2. Menurut
WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
3. Menurut
UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini
selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang
siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan
oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan
terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.
a. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu
mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai
harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri
dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk
berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna
dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
b.
Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan
dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
c.
Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan
yang adekuat.
d.
Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik.
Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri
sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan
situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang
merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan
keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama
antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan
membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah
keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis,
sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan
salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi,
diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat
rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai
ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat
diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung.
Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum
ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien.
Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada
proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada
perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat
diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau
masalah teratasi.
C.
Falsafah keperawatan Jiwa
1.
Pengertian Falsafah
Falsafah
adalah pengetahuan dan penyelidikan denga akal budi mengenai sebab-sebab,
azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta.)
Falsafah
keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Falsafah
Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..
Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan
manusia bio-psiko-sosial-spiritual.Kegiatan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia,
memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesama
manusia.
Keperawatan
bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia,
warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi.
Keperawatan adalaFalsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang
mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih
berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
2.
Paradigma
Keperawatan
Menurut Masterman (1970) yang mendefinisikan
paradigma sebagai pandangan fundamental tentang persoalan dalam suatu cabang
ilmu pengetahuan.
Menurut Poerwanto (1997) mengartikan paradigma
sebagai suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat
menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang dasar
khas dalam melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
mengenai suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.
Keperawatan
sebagai ilmu juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini paradigma
keperawatan masih berdasarkan 4 komponen yang diataranya manusia, keperwatan,
kesehatan dalam rentang sehat sakit dan lingkungan. Sebagai disipin ilmu,
keperawatan akan selalu berkembang untuk mencapai profesi yang mandiri seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan sehingga paradigma keperawatan
akan terus berkembang.
3.
Klasifikasi
Di bawah
ini adalah pandangan beberapa ahli tentang perkembangan paradigma keperawatan
diantaranya :
·
Johnson
Memandang manusia sebagai sistem
perilaku yang terdiri dari 2 sistem mayor yaitu biologi dan perilaku yang
merupakan fokus pelayanan keperawatan dengan tujuan primernya.
·
King
Memandang manusia sebagai sistem
terbuka yang sosial, rasional, perasa, pengontrol, bertujuan, bereaksi dan
berorientasi pada waktu.
·
Leininger
Memandang manusia sebagai kepedulian
akan kemampuan dalam mempengaruhi minat atau rasa hormat terhadap kebutuhan orang
lain, kesehatan dan mempertahankan hidup.
·
Levine
Memandang kehidupan manusia selalu
beriteraksi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri terhadap perubahan.
·
Newman
Memandang manusia sebagai total
person seperti sistem klien yang terdiri dari bio psiko sosial, kultural dan
saling berkembang.
·
Orem
Memandang manusia sebagai gabungan
dari komponen fisik, psikologis, interpersonal dan sosial dalam memenuhi
kebutuhan perwatan diri sendiri melalui belajar dari perilaku.
·
Roger
Memandang manusia secara keseluruhan
secara terus-menerus terjadi pertukaran energi dengan lingkungannya.
·
Roy
Memandang manusia sebagai makhluk
biopsikososial yang merupakan dasar bagi kehidupan yang baik.
·
Watson
Manusia membutuhkan proses
kepedulian dalam mempertahankan kesehatan atau meninggal dengan damai dan
merupakan mekanisme personal, internal dan mental spiritual untuk kesembuhan
diri sendiri.
Banyak ahli yang membahas tentang beberapa konsep
keperawatan, diantaranya adalah sebagai berikut :
·
Florence Nightingale (1895)
Keperawatan adalah suatu proses
menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk beraktifitas.
·
Martha Roger (1970)
Keperawatan adalah pengetahuan yang
ditujukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, keperawatan dan rehabilitasi penderita sakit
serta penyandang cacat.
·
King (1971)
Keperawatan ialah proses aksi dan
interaksi, untuk membantu individu dari berbagai kelompok umur dan memenuhi
kebutuhannya dan menangani status kesehatan mereka pada saat tertentu dalam
suatu siklus kehidupan.
·
Dorothea Orem (1971)
Perawatan ialah pelayanan yang
bersifat manusiawi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia untuk merawat
diri, kesembuhan dari penyakit atau cidera dan penanggulangan komplikasinya
sehingga dapat menunjang kehidupan.
·
Callista Roy (1976)
Keperawatan merupakan disiplin ilmu
yang berorientasi kepada praktik keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
·
V. Handerson (1978)
Perawatan adalah upaya membantu
individu baik yang sehat maupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan
pengetahuan yang dimilikinya sehimgga individu tersebut mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit, atau meninggal dunia dengan
tenang. Tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak menggantungkan
diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin
4.
Konsep Manusia
Komponen
ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan
keperawatan.manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan
ini bersifat individu,kelompok dan masyarakat daam suatu sistem.sistem tersebut
dapat meliputi:
a. Sistem
terbuka,manusia
dapat mempengaruhi dan di paengaruhi oleh lingkungan baik
fisik,psikologis,sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada manusia
akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Sistem
adaptif,manusia
akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungannya yang akan selalu
menunjukkan perilaku adaptif dan maladaftif.
c. Sistem
personal,interpersonal dan social,manusia memiliki persepsi,pola kepribadian dan tumbuh
kembang yang berbeda.
D.
Teori keperawatan Jiwa
1. Orientasi
pada Sistem
Model
Sistem Keperawatan Kesehatan Betty Neuman
Sistem yang digunakan dalam model sistem keperawatan
kesehatan Betty Neuman adalah sistem terbuka sehingga menghasilkan interaksi
yang dinamis, variabel interaksi mencakup semua aspek yaitu fisiologis,
psikologis, sosio kultural, perkembangan dan spiritual. Sistem pada teori
sistem Neuman terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Model
memandang individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang berinteraksi secara
konstan dengan stressor di lingkungan secara dimensional, model fokus pada klien
terhadap stress serta faktor pemulihan (adaptasi).
Asumsi dasar dari teori Neuman yaitu individu
merupakan sistem unik dengan respon berbeda, kurang pengetahuan, perubahan
lingkungan dapat merubah stabilitas individu (fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan, spiritual). Individu dalam memberikan respon harus
mempunyai koping yang stabil terhadap stressor, karena lingkungan internal dan
eksternal dapat merupakan penyebab stress, untuk itu individu akan bereaksi
terhadap stressor dari lingkungan dengan mekanisme pertahanan diri.
·
Pencegahan primer
berdasarkan teori sistem Neuman yaitu mengidentifikasi faktor resiko dan
membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dan aktifitas pendidikan
kesehatan.
·
Pencegahan sekunder
yaitu inisiatif dalam bentuk intervensi jika terjadi masalah, perawat berperan
sebagai Early Case Finding, pengobatan setelah pasien terdiagnosa mengidap
suatu penyakit.
·
Pencegahan tersier
yaitu mempertahankan kesehatan, perawat membantu dengan adaptasi dan reduksi
untuk mencegah komplikasi, asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan
mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
·
Pola pengembangan ilmu
keperawatan menurut teori sistem Neuman bertujuan untuk stabilitas system, hal
itu dapat dilukiskan sebagai cincin dengan satu pusat yang mengelilingi inti,
cincin paling dalam mewakili garis pertahanan untuk melawan stressor seperti
sistem pertahanan tubuh dan mekanisme pertahanan, cincin terluar merupakan
garis pertahanan yang mewakili keadaan normal pasien, mekanisme pertahanan
tersebut adalah mekanisme bertahan koping.
2.
Orientasi perkembangan
Dorothe E. Orem (Teori
Orem)
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan
keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Fokus utama dari model
konseptual self care ini adalah meningkatkan kemampuan seseorang atau keluarga
untuk dapat merawat dirinya atau anggota keluarganya secara mandiri sehingga
tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya. Dalam
konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care
diantaranya:
a. Perawatan
Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem
mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama, self care
itu sendiri, yang merupakan
aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu
sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan ; kedua,self
care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan
diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural,
kesehatan dan lain-lain. ; ketiga,
adanya tuntutan atau permintaan
dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan
dalam waktu tertentu untuk perawatn diri sendiri dengan menggunakan metode dan
alat dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu
adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar
manusianya.
b. Self
Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan
secara umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Orem mengidentifikasi lima metode yang
dapat digunakan dalam membantu self care:
·
Tindakan untuk atau
dilakukan untuk orang lain.
·
Memberikan petunjuk dan
pengarahan.
·
Memberikan dukungan
fisik dan psychologis.
·
Memberikan dan
memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
·
Pendidikan.
Orem (1991) mengidentifikasikan lima area
aktifitas keperawatan yaitu:
·
Membina hubungan dengan
Keluarga dan memelihara hubungan perawat keluarga dengan individu, keluarga,
kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan.
·
Menentukan jika dan
bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
·
Bertanggung jawab
terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu
perawat.
·
Menjelaskan, memberikan
dan melindungi keluarga secara langsung
dalam bentuk keperawatan.
·
Mengkoordinasikan dan
mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari keluarga, atau perawatan
kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang
dibutuhkan atau yang akan diterima. Bantuan yang diberikan : nursing agency
dengan menggunakan nursing system.
c. Teori
Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas
bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien
sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan
diri sendiri,kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan
mandiri.Dalam pandangan teori
system ini Orem memberikan identifikasi dalam system pelayanan keperawatan
diantaranya :
1)
Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System)
Merupakan suatu tindakan keperawatn
dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan
pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan
dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan.
Pemberian bantuan system ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu
melakukan aktivitas dengan sengaja seperti pada pasien koma pada pasien sadar
dan mungkin masih dapat membuat suatu pengamatan dan penilaian tentang cedera
atau masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan tindakan yang memerlukan ambulasi atau manipulasi
gerakan, seperti pada pasien yang fraktur vertebra dan pada pasien yang tidak
mampu mengurus sendiri, membuat penilaian serta keputusan dalam self care-nya
dan pasien tersebut masih mampu melakukan ambulasi dan mungkin dapat melakukan
beberapa tindakan self care-nya melalui bimbingan secara continue
seperti pada pasien retardasi mental.
2)
Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System)
Merupakan system dalam pemberian
perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan
bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen dimana
pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan
tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan perawatan luka.
3)
System suportif dan edukatif
Merupakan system bantuan yang diberikan
pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu
memerlukan perawatn secar mandiri.Sistem ini dilakukan agar pasien mampu
melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.Pemberian system
ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan
kelahiran.
Menurut Orem fungsi utama keluarga adalah:
·
sosialisasi pada
seluruh anggota keluarga agar dapat mandiri (self care) dan dependent
care agents
·
pemenuhan therapeutic
self care demand pada individu anggota keluarga dan strategi perkembangan untuk
memenuhi kebutuhan:
·
menyadari
perubahan-perubahan dalam individu-individu dan lingkungan
·
pengetahuan terhadap
dampak dari kondisi perubahan status kesehatan pada anggota keluarga.
·
Pengetahuan cara
memenuhi therapeutic self care demand pada anggota keluarga dan ketrampilan
serta motivasi untuk memenuhinya.
·
Kesadaran terhadap
dampak kondisi peran dan hubungan anggota keluarga dalam therapeutic self care demand dan kemampuan
self care pada masing-masing individu anggota keluarga.
·
memiliki upaya untuk
mengontrol dan mengatur sumber-sumber kebutuhan untuk memenuhi therapeutic self
care demand dan kebutuhan perawatan kesehatan pada setiap anggota keluarga.
·
mengintegrasikan aspek-aspek
dari self care dan dependent care dalam perencanaan yang memuaskan pada
kehidupan dan perkembangan keluarga.
Konsep Self Care Orem
Dalam Praktek Keperawatan Keluarga
·
Operasional Praktek keperawatan dalam keluarga menurut tipe situasi perawatan
Langkah pertama dalam disain nursing
system untuk unit multiperson pelayanan harus ditentukan apakah: peran anggota,
eksistensi, hubungan perubahan, elemen-elemen dan system self care yang
adekuat, dan komunikasi antara system individu dan aspek lain dalam kehidupan
sehari-hari dan integrasi struktur dan fungsi dalam unit.
·
Operasional Diagnosis
Ketika individu sebagai unit pelayanan,
pengkajian utama yang berhubungan dengan elemen system keluarga adalah apakah
dan bagaimana kondisi factor-faktor requisite pasien, metode untuk memenuhi
self care requisite dan self care agency? Dapatkah, haruskah dan akankah
keluarga merawat pasien?.
·
Dependent Care Unit sebagai unit pelayanan
Pengkajian ini meliputi keluarga sebagai
sumber faktor-faktor kondisi dasar yang berdampak terhadap keduanya dan saling
ketergantungan dan respon anggota
keluarga terhadap caregiver. Ini penting untuk membedakan keluarga
sebagai factor yang merupakan kondisi system dependent care dari keluarga sebagai
unit servis, karena sasaran utama perawatan dalam dependent care system adalah
therapeutic self care demand pada seseorang yang bergantung bukan terhadap
semua anggota keluarga.
·
Keluarga sebagai unit pelayanan
Kondisi yang membuat keluarga sebagai
unit pelayanan dipengaruhi oleh tindakan untuk mencapai fungsi yang berhubungan
untuk self care / dependen care pada anggota keluarga ( criteria kondisi
internal ) Biasanya diawali keputusan perawat tentang kondisi yang menjelaskan
identifikasi unit multi person meliputi : kebutuhan melindungi dan mencegah
regulasi terhadap bahaya, kebutuhan untuk regulasi lingkungan, kebutuhan
terhadap sumber – sumber. Dasar-dasar keperawatan meliputi perhitungan
therapeutic self care demand untuk masing-masing anggota keluarga, kualitas dan
self care agency dan dependen care agency untuk masing – masing anggota
keluarga dan system searah ( adekuat ), dalam memenuhi therapeutic self care
demand keluarga dalam konteks system keluarga.
·
Terdapat empat dimensi yaitu :
Individu
subsistem : self care individu
Pola
interaksi keluarga : dependen care system untuk memenuhi therapeutic self care
demand anggota keluarga dependen dapat dialkukan dengan kolaborasi antara
anggota keluarga untuk memenuhi therapeutic self care demand.
Karakteristik
unik secara keseluruhan : pola – pola interaksi sepanjang hidup keluarga
memberikan perawatan self care untuk semua anggota keluarga.
Lingkungan
: pengkajian faktor-faktor dasar terhadap kondisi self care dan self care
agency : social cultural, status kesehatan, elemen-elemen system pelayanan
kesehatan dan elemen system keluarga.
Pengkajian / Riwayat keperawatan
Pengkajian yang harus dilakukan menurut Orem diawali
dengan pengkajian personel keluarga yang meliputi : usia, sex, tinggi badan,
berat badan, budaya, ras, status perkawinan, agama dan pekerjaan keluarga.
Menurut Orem pengkajian juga didasarkan pada 3 ( tiga ) kategori perawatan diri
keluarga yang meliputi :
Universal
self care
Kebutuhan
yang berkaitan dengan proses hidup manusia, proses mempertahankan integritas,
struktur dan fungsi tubuh manusia selama siklus kehidupan berlangsung yang
meliputi: tempat tinggal, sanitasi, makanan, udara yang bersih, keamanan,
resolusi konflik, pendidikan pada anak, komunikasi dalam keluarga, standard
kepercayaan dan perilaku, solitude dan interaksi social.
Developmental
self care
Kebutuhan-kebutuhan
yang dikhususkan untuk proses perkembangan, kebutuhan akibat adanya suatu kondisi yang baru,
kebutuhan yang dihubungkan dengan suatu kejadian. Meliputi: perubahan tempat
tinggal, perubahan pola konsumsi makanan, mekanisme untuk mempertahankan
keamanan akibat adanya perubahan pola kriminalitas, lingkungan yang tidak
mendukung/berbahaya, konflik keluarga, perkembangan perubahan informasi dan
sosialisasi yang dibutuhkan oleh anak dan orang dewasa dalam keluarga,
perkembangan kepercayaan dan pola, perkembangan perubahan informasi dan
sosialisasi yang dibutuhkan oleh anak dan orang dewasa dalam keluarga,
perkembangan kepercayaan dan pola perilaku dalam keluarga.
Health
deviation
Kebutuhan
berkaitan dengan adanya penyimpangan status kesehatan seperti: kondisi sakit
atau injury, atau kecelakaan yang dapat menurunkan kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan self care-nya baik secara permanen maupun temporer,
sehingga keluarga tersebut memerlukan bantuan orang lain.
Kebutuhan
ini meliputi :
Mendeteksi
berbagai hal yang mengancam keluarga.
Menggunakan
sumber-sumber eksternal untuk mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga.
Menyadari
dampak dari patologi penyakit
Memilih
prosedur diagnostik, terapi dan rehabilitasi yang tepat dan efektif
Memodifikasi
konsep diri untuk dapat menerima status kesehatannya dan mengatasi hal
tersebut.
Belajar
hidup dengan keterbatasan sebagai dampak dari kondisi patologis, efek
pengobatan, dan diagnostik serta selalu meningkatkan kemampuan.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan berfokus pada empat fungsi
keluarga yangtelah diidentifikasi dan dampak dalam memenuhi therapeutic
self care demand pada individu anggota keluarga dan pada struktur dan fungsi
keluarga. Contoh : komunikasi antara
suami istri, komunikasi pada anak, perilaku interpersonal anggota
keluarga.
Perencanaan
Orem mendefinisikan 5 area aktivitas
praktek keperawatan :
Membina
dan menjaga hubungan perawat – keluarga (individu, keluarga dan kelompok)
sampai keluarga pulang.
Menentukan
jika dan bagaimana keluarga perlu ditolong oleh perawat.
Berrespon
pada pertanyaan, kebutuhan dan keinginan keluarga akan kontrak dan asistennya.
Menetapkan,
memberikan dan meregulasi bantuan langsung pada keluarga
Koordinasi
dan integrasi keperawatan dengan kegiatan sehari-hari kien, perawatan kesehatan
lain, pemberian pelayanan sosial dan pendidikan yang di butuhkan atau yang
sedang diterima.
Implementasi
Orem
memandang implemenatasi keperawatan sebagai asuhan kolaboratif dengan saling
melengkapi antara keluarga dan perawat, dengan kata lain perawat bertindak
dalam berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan keluarga.
Dalam
implementasi rencana keperawatan, perawat dan keluarga bersama-sama melakukan
aktivitas dalam membantu mempertemukan tuntutan terapi perawatan diri keluarga.
Evaluasi
Orem
tidak menuliskan secara spesifik tentang evaluasi, akan tetapi ia mengemukakan
bahwa keluarga membutuhkan kemandirian dalam hal mengatai masalah kesehatannya.
Oleh karena itu evaluasi difokuskan pada tingkat :
Kemampuan
keluarga untuk mempertahankan kebutuhan self care-nya
Kemampuan
keluarga untuk mengatasi self care deficit-nya dan sampai sejauh mana
perkembangan kemandirian keluarga
Kemampuan
keluarga dalam memberikan bantuan self care jika keluarga tidak mampu.
Evaluasi ini dilakukan melalui identifikasi
tingkat kemandirian keluarga dalam perawatan
dirinya yang dapat dilihat dari kontribusi / keterlibatan keluarga dan
keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.
3.
Orientasi Sistem dan
Interaksi
a. Model
Konseptual Adaptasi Roy
Roy berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam
model adaptasi keperawatan, yakni
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari
dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk
dalam elemen penting pada konsep adaptasi.
1. Elemen
Manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu
suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol,
keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini
berperan sebagai kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan
adaptasi. Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi
fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan.
Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat
dari sistem kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi dengan
zat/benda dan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan
dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan
yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa
unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat
digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif,
terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah
mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran dari sistem ini
dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif. Regulator dihubungkan
dengan fungsi fisiologis sedangkan kognator dihubungkan dengan konsep diri,
fungsi peran, dan interdependensi.
2. Model
Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh
dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang
harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian,
model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a) Oksigenasi
: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b) Nutrisi
: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984
dalam Roy 1991).
c) Eliminasi
: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d) Aktivitas
dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e) Proteksi/
perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The
sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g) Cairan
dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya
inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h) Fungsi
syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984
dalam Roy, 1991).
i)
Fungsi endokrin : Aksi
endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk
menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran
yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).
3. Model
Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan
psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual
manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal
self.
a) The
physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat
pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang
kemampuan seksualitas.
b) The
personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
4. Mode
fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola
interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang
dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
5. Mode
Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir
dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling
memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
6. Elemen
lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di
dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia
sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal
dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis
stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan
didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi
keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.
7. Elemen
kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan
sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara
keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung
bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan
dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas
adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan
pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep
sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari
koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang
lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi
kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi
dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm
model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif.
Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir
dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi
kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi
termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian
pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah
stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan
residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut
stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan
respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses
adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan
manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan
penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga
dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang
besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem
adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih
tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai
suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.
8. Elemen
keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu
dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy,
1983). Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan
praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap
kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada
manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang
mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat
menggunakan “koping” secara efektif maka individu tersebut memerlukan
perawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan
interaksi individu dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek
semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan.
D.
Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
Tabel
1
Model
|
View of behavioral deviation
|
Therapeutic process
|
Roles
of a patient & therapist
|
Psychoanalytical
(freud, Erickson)
|
Ego
tidak mampu mengontrol ansietas, konflik tidak selesai
|
Asosiasi
bebas & analisa mimpi
Transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu
|
Klien:
mengungkapkan semua pikiran & mimpi
Terapist : menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien
|
Interpersonal
(Sullivan,
peplau)
|
Ansietas
timbul & dialami secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
Build
feeling security
Trusting
relationship & interpersonal satisfaction
|
Patient:
share anxieties
Therapist
: use empathy & relationship
|
Social
(caplan,szasz)
|
Social
& environmental factors create stress, which cause anxiety &symptom
|
Environment
manipulation & social support
|
Pasien:
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
Terapist:
menggali system social klien
|
Existensial
(Ellis,
Rogers)
|
Individu
gagal menemukan dan menerima diri sendiri
|
Experience
in relationship, conducted in group
Encouraged
to accept self & control behavior
|
Klien:
berperan serta dalam pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
Terapist: memperluas kesadaran diri klien
|
Supportive
Therapy
(Wermon,Rockland)
|
Faktor biopsikososial & respon maladaptive saat
ini
|
Menguatkan
respon koping adaptif
|
Klien:
terlibat dalam identifikasi coping
Terapist: hubungan yang hangta dan empatik
|
Medical
(Meyer,Kreaplin)
|
Combination
from physiological, genetic, environmental & social
|
Pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik & teknik interpersonal
|
Klien: menjalani prosedur diagnostic & terapi
jangka panjang
Terapist
: Therapy, Repport effects,Diagnose illness, Therapeutic Approach
|
Berdasarkan konseptual model
keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud,
Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan
jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam
mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa
dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak.
Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu
secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang
dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah
menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk
memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk
yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali
dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus.
Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya
melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang
tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan,
peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan
jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya
konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut
konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini
adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting
Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling
percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share
anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan
klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang
lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya
bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat
memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan
dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan
mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor
social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (
social and environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting
dalam konsep model ini adalah environment manipulation and social support (
pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan
terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan
sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau
suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien
seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial
gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati
dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya.
Prinsip dalam proses terapinya
adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri
dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
(encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah :
klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti
untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya
melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran
diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep
ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek
biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk.
Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada
kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah
menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu
kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu
dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan
klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien
untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa
cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik,
genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus
lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose,
dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan
jiwa dimulai antara tahun1770 dan 1880 seiring dengan kejadian penanganan
pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana roh-roh
dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para
leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya bahwa gangguanemosional diakibatkan
tidak berfungsinya organ pada otak. Mereka menggunakan berbagai pendekatan
tindakan seperti : ketenangan, gizi yang baik, kebersihan badan yang baik,
musik dan aktivitas rekreasi.Selama abad 7 sebelum masehi, Hippocrates
menjelaskan perubahan perilaku atauwatak dan gangguan mental disebabkan oleh
perubahan 4 cairan tubuh atauhormon, yang dapat menghasilkan panas, dingin,
kering dan kelembaban.Aristotle melengkapi dengan hati, dan Seorang Dokter
Yunani, Galen :menyatakan emosi atau kerusakan mental dihubungkan dengan otak.
OrangYunani menggunakan kuil sebagai rumah sakit dan memberikan lingkungan
udara bersih, sinar matahari dan air bersih untuk menyembuhkan penyakit
jiwa/mental.Bersepeda, Jalan-jalan, dan mendengarkan suara air terjun ini
sebagai contoh penyembuhan.
Falsafah biasanya diartikan sebagai
suatu pandangan dan pengetahuan yang mendasar, yang selanjutnya digunakan untuk
mengembangkan dan membangun suatu persepsi atau asumsi tertentu tentang
kehidupan. Falsafah memberikan suatu gambaran atau pandangan terhadap suatu
sistem nilai dan keyakinan. Bagi setiap individu, falsafah berperan dalam
membantu seseorang memahami makna dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta
berfungsi sebagai penuntun dalam bersikap dan berperilaku. Falsafah hidup
seseorang berkembang melalui dari hasil belajar, hubungan interpersonal,
pendidikan formal maupun informal, agam, dan dipengaruhi oleh latar belakang
budaya serta lingkungan.
Berdasarkan
konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model
yaitu:
·
Psycoanalytical (Freud, Erickson)
·
Interpersonal ( Sullivan, peplau)
·
Social ( Caplan, Szasz)
·
Existensial ( Ellis, Rogers)
·
Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland)
·
Medica ( Meyer, Kraeplin)
B. Saran
Diharapkan oleh penulis
adalah penulis lebih memahami Sejarah
Keperawatan Jiwa, Pengertian
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Falsafah keperawatan Jiwa
dan Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa. Selain
itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-teman dalam mengenal dan memahami keperawatan jiwa menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya
Medika.
George, JB (1995), Nursing Theories, 4 Ed, Appleton
& Lange, USA.
Hidayat,
A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Kansas City, Mo.1980. Nursing: a
social policy statement. American Nurses Association: The Association.
Keliat,
Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.
Jakarta: EGC.
Shives, L.R., (1998). Basic
Concepts of Psychiatric Mental Health Nursing. 4th Edition. Philadelphia : Lippincott.
Stuart, G.W., & Laraia, M.T.
(1998). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St.Louis : Mosby Year
Book.
Stuart, G.W., & Sundeen, S.J.
(1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart,
Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar