BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Semua orang tua pasti
ingin anaknya sehat, tidak sakit, proses tumbuh kembang tak terhambat dan
pintar. Untuk mencapai itu semua orang tua haruslah memberikan ASI yang cukup,
kebersihan lingkungan yang baik, makanan cukup dan seimbang pada anaknya. Namun
tapi itu tak cukup untuk mencegah anak jatuh sakit.
Anggota Satgas Imunisasi
dari Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Sujatmiko mengatakan ini karena jumlah
kuman begitu banyak dan ganas sehingga mesti gizi cukup dan lingkungan bersih
anak tetap masih bisa terkena penyakit. Penyakit yang paling berbahaya dan
kerap menimbulkan kecacatan pada anak adalah penyakit yang menimbulkan infeksi
saluran nafas. ”Jadi pnumonia yang menimbulkan batuk, panas, sesak nafas dan
kalau tidak diobati dengan baik bisa meninggal,” kata dr Sujatmiko.
Penyakit lain yang berbahaya bagi bayi dan anak adalah diare dan penyakit yang
mengenai susunan saraf pusat.
Penyakit ini penyebabnya
bisa macam-macam. Bisa kuman pertussis, kuman TBC, kuman difteri dan bisa kuman
campak. Nah yang bisa menyebabkan kecacatan pada anak adalah virus polio.
”Karena itu campak dan polio ini berbahaya dan masih banyak orang tua yang lupa
imunisasi lengkap, pemerintah bermaksud membantu keluarga indonesia untuk
meningkatkan imunisasinya,” jelas dr. Sujatmiko tentang alasan program
imunisasi Campak dan Polio yang tengah digelar pemerintah. Tujuan program
imuniasi yang digelar di 17 propinsi adalah membuat anak-anak di Indonesia
kebal dan tahan terhadap penyakit-penyakit berbahaya tersebut. ”Pemerintah
menggalakkan program imunisasi tambahan campak dan polio, sepanjang 18
Oktober-18 November 2011” tegas dr. Sujatmiko.
- Tujuan
1.
Tujuan umum
Setelah mengikuti kuliah system integumen mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui tentang askep klien dengan penyakit kulit campak.
2.
Tujuan khusus
Setelah mempelajari askep campak mahasiswa diharapkan:
1.
Mahasiswa dapat
mengetahui pengertian dari campak
2.
Mahasiswa dapat
mengetahui apa gejala dari campak
3.
Mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari campak
4.
Mahasiswa dapat
mengetahui dan membuat asuhan keperawatan pada campak
3.
Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan
ini adalah:
a.
Untuk mahasiswa
b.
Untuk pasien
c.
Untuk masyarakat
1.
Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penatalaksaan penanganan
campak
2.
Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu keperawatan,
khususnya keperawatan pada kasus camapak
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Penyakit Campak adalah
satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola, Campak 9 hari) atau dikenal
dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Kerumut (dalam bahasa Banjar).
Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili, Measles. (Aru: 2006: 1447)
Morbili adalah :
Penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, Yaitu stadium prodormal
( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan
dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2,
th 1991. Fkui ).
Campak adalah suatu
infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala prodormal panas, batuk,
pilek, radang mata disertai dengan timbulnya bercak merah makulopapurer yang
menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian menghitam dan mengelupas. (Fanani.
2009: 61-62)
B. ETIOLOGI
Cara penularan melalui
droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya, seseorang dapat
tertular Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan
atau di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah
10-14 hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak
digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada
anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Kekebalan terhadap
campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada
seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan
terhadap campak adalah:
·
bayi berumur lebih dari 1 tahun
·
bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
- MANIFESTASI KLINIS
Inkubasi
Biasanya tanpa
gejala dan berlangsung 10-12 hari.
Prodromal
Biasanya
berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus meningkat
hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C pada hari
ke- 4 atau 5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul
batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.
Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
dikelilingi eritema hampir selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal.
Bercak Koplik ini muncul pada 1-2 hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan
menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan
molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada
mukosa bukal yang lain.
Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk
makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada
daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan
cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar
24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada
muka dan dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak
ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini mungkin
tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada
dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah
sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula
disertai muntah dan anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala
saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat
pula terjadi sedikit splenomegali.
Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke
2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada
urutan yang sama dengan ketika ruam muncul.
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi
merupakan gejala yang patognomonik untuk morbili.
Gejala mulai timbul
dalam waktu 7-14 hari (referensi lain menyebutkan sekitar 10-20 hari) setelah
terinfeksi, yaitu berupa: - nyeri tenggorokan - hidung meler - batuk - nyeri
otot - demam - mata merah - fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Namun, gejala
ini tidak semuanya terjadi pada tiap penderita tergantung dari stamina
masing-masing.
Gejala klinis dibagi
menjadi 3 stadium, yakni:
Stadium
awal (prodromal)
Pada stadium awal campak
berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai dengan: panas, lemas (malaise), nyeri
otot, batuk, pilek, konjungtivitits, fotofobia (takut cahaya), diare karena
adanya peradangan saluran pernapasan dan pencernaan.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke arah Morbili dapat dibuat bila 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).di dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2 minggu terakhir.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke arah Morbili dapat dibuat bila 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).di dinding pipi bagian dalam (mukosa bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2 minggu terakhir.
Stadium
timbulnya bercak (erupsi)
Pada stadium dua ini dapat ditemukan ruam (kemerahan
di kulit) yang terasa agak gatal, muncul sekitar 2-5 hari setelah stadium awal.
Ditandai dengan: demam meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh tubuh,
disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam
tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah
samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Selanjutnya gejala tersebut akan
menghilang sekitar hari ketiga. Kadang disertai diare dan muntah.
Pada puncak penyakit,
penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40°
Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan
ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
Stadium
masa penyembuhan (konvalesen)
Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur
menghilang. Suhu tubuh menjadi normal, kecuali ada komplikasi.
- PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara
droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system
retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh
tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran
cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan
ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit
dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut
berperan dalam eliminasi virus.
1.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya
leukopeni.
b. Dalam sputum, sekresi
nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara
hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan
adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan
mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.
- KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan
gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi dapat terjadi
karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa
komplikasi yang bisa menyertai campak:
1)
Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga
tengah
2)
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah
trombosit), sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3)
Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari
1,000-2.000 kasus.
4)
Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5)
Otitis Media (infeksi telinga)
6)
Laringitis (infeksi laring)
7)
Diare
8)
Kejang Demam (step)
D. PENATALAKSANAAN TERAPI
Agar serangan campak
tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut berdasarkan
fase-fasenya:
- Masa Inkubasi
Fase inkubasi
berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya
karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin
beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan
apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.
Yang perlu dilakukan:
Jagalah keseimbangan
gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan
makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya
campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.
ü
Fase Prodormal
Adalah fase dimana
gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata
anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa
melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia).
Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan
3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul
demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah
belum muncul.
Yang perlu dilakukan:
Segeralah memeriksakan
anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul. Jangan sampai
menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan secepatnya.
Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.
ü
Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni
keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C.
Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di
belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan
penyakit lain, umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan
ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak merah
akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal ini tergantung
pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya
tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja.
Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan
semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak
termasuk berat.
Yang perlu dilakukan:
Tetaplah
mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan
mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh.
Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup
berat. Apalagi jika sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke
dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak.
Sebagian masyarakat
beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin bagus karena
berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya
dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak
ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah.
ü
Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah
keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah
akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada
akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya.
Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari
sisa-sisa campak.
Yang perlu dilakukan:
Tetap berikan obat yang
sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan
istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah
berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita
tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh
WOC
Percikan ludah
(dropilet)
Virus masuk dari hidung,
mulut ataupun tenggorokan
Masuk ke system retikolo
endothelial
virus masuk kealiran
darah MK:
kerusakan intraksi social
menyebar kesuluruh tubuh sosial
campak intraksi
dgn lingkungan/ keluarga trgganggu
mk:
perubahan proses keluarga
saluran pernafasan sal cerna konjungtivitis MK: resti infeksi
mk: jalan nafas hyperplasia
tidak efektif - limfoid
-usus
buntu
(mukosa usus buntu iritasi)
-
Kecepatan sekresi
-
Pergerakan
usus demam
Mk: perubahan nutrisi
< dari keb tubuh Suhu
tubuh
Mempengaruhi thermostat
dalam hipotalamus
Bercak koplik dan ruam
pada kulit MK: Nyeri
Gatal
MK:
Resti kerusakan integritas kulit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KULIT
DENGAN CAMPAK
Pengkajian merupakan tahap awal dan
landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan
ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a.
Pengumpulan
Data
1)
Anamnesa
a)
Identitas
Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b)
Keluhan
Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus campak
adalah demam, batuk, sakit kepala, dan konjungtivitis. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap pada
klien campak.
a)
Riwayat
Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari campak, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya campak bisa
diketahui penyakit kulit yang lain. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
b)
Riwayat
Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab campak dan memberi petunjuk berapa lama penyakit campak
tersebut berlangsung.
c)
Riwayat
Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit camapak merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya campak, pneumonia, batuk, demam,
konjungtivitis. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
d)
Riwayat
Psikososial,
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
c)
Pola-Pola
Fungsi Kesehatan
(1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus campak akan timbul demam, batuk,
sakit kepala, dan konjungtivitis. Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
untuk membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat
mengganggu kesehatan kulit (Ignatavicius, Donna D,1995).
(2)
Pola
Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien campak harus mengkonsumsi
nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein,
vit. C, vit c, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan kulit. Evaluasi
terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah kulit Pola
Eliminasi
Untuk kasus campak gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada
pola eliminasi alvi. Sedangkan
pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.
Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.
Pola
Tidur dan Istirahat
Semua klien campak timbul rasa nyeri,
keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan
tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,
suasana lingkungan, kebiasaan tidur. (Doengos. Marilynn E, 2002).
(3)
Pola
Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan
gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan
beresiko untuk terjadinya penularan campak dibanding pekerjaan yang lain
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
(4)
Pola
Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga
dan dalam masyarakat. (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
(5)
Pola
Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan tidak
efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
(6)
Pola
Sensori dan Kognitif
Pada klien camapak daya rabanya meningkat
terutama pada bagian kulit yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak
timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain
itu juga, timbul rasa nyeri akibat camapak (Ignatavicius, Donna D, 1995).
10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien camapak timbul rasa cemas
tentang keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
11)
Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan
kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini
bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
- Pemeriksaan fisik :
Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia
Kepala : Sakit kepala
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung (pada stad eripsi ).
Mulut & bibir :Mukosa bibir kering, stomatitis,
batuk, mulut terasa pahit.
Kulit : Permukaan kulit
( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad.
Konvalensi), evitema, panas (demam).
Pernafasan : Pola nafas,
RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
Tumbuh Kembang : BB, TB,
BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
Pola Defekasi : BAK,
BAB, Diare
Status Nutrisi : intake
– output makanan, nafsu makanan
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.
b.
Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan infeksi virus.
c.
Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan
adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang
muntah dan gatal.
d.
Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan
daya tahan tubuh yang menurun.
e.
Kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit.
2.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
a.
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Kriteria – standart:
·
Menunjukkan peningkatan berat badan menuju
tujuan peningkatan yang tepat.
·
Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup
untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan:
1.
Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup
yang tidak memakai es).
Rasional : untuk mengkompensasi
adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan
2.
Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu
dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan
yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.
3.
Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang
memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi
dengan kuantitas yang sering.
Rasional : untuk memudahkan
mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.
4.
Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun
dan nafsu makan mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.
b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan infeksi virus.
Criteria – standart:
- Pasien menunjukkan
adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.
- Pasien menunjukkan
tidak adanya komplikasi.
Intervensi keperawatan:
1.
Memberikan kompres dingin / hangat.
Rasional : untuk membantu dalam
penurunan suhu tubuh pada pasien.
2.
Kolaborasi medis untuk pemberian terapi
antipiretikum.
Rasional : antipiretikum bekerja
untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.
3.
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen
tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah
selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan
dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit,
kadang-kadang muntah dan gatal.
Kriteria – standart:
- Pasien menunjukkan
kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.
- Badan kelihatan segar
dan tidak merasa pusing.
Intervensi keperawatan:
1.
Bedaki
tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter.
Rasional : bedak salisil 1%
dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.
2.
Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu
karena silau dan membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu
terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.
3.
Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan
dan sering-sering dibedaki.
Rasional : tubuh yang dibedaki
akan membuat rasa nyaman pasa pasien.
4.
Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal
dapat dimandikan dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan bethadine.
Rasional : air hangat / PK dapat
mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.
d. Resiko terjadi
komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
Criteria – standart:
- Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.
- Daya tahan tubuh
optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah terserang panyakit.
Intervensi keperawatan:
1.
Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari
dan berikan bantal untuk meninggikan kepalanya.
Rasional : meninggikan posisi
kepala dapat memberikan sirkulasi udara dalam paru.
2.
Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.
3.
Menghindarkan membaringkan pasien di depan
jendela atau membawanya keluar selama masih demam.
Rasional : menghindarkan anak
terkena angin dan menambah suhu tubuh.
e. Kurangnya pengetahuan
orang tua tentang penyakit.
Kriteria – standart:
- Orang tua menunjukkan
mengerti tetang proses penyakit.
- Orang tua mengerti
bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi
yang berat.
Intervensi keperawatan:
1.
Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi
yang baik bagi anak, terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi.
Rasional : memberikan
pengetahuan kepada orang tua.
2.
Menjelaskan pada orang tua tentang morbili
tentang hubungan pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar
tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Rasional : memberikan
pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.
4. EVALUASI
a. Suhu tubuh normal /
turun (36,7oC – 37,6oC).
b. Cairan dan nutrisi
dalam tubuh seimbang.
c. Tubuh tidak merasa
gatal.
d. Orang tua/keluarga
mengerti mengenai penyakit morbili dan pencegahannya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Campak adalah penyakit akut yang disebabkan
virus campak yang sangat menular pada umumnya
menyerang anak-anak. Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat
jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan
pengobatan bersifat simptomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif,
ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien harus dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di
bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan
memperbaiki kebutuhan cairan, diet yang memadai.
Saran
Bagi
orang tua sebaiknya mengawasi anaknya
pada saat terkena campak, agar menjaga kebersihan diri anak tersebut dan tida
berdampak negatif atau terdapat komplikasi lain setelah sembuh dari campak.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Fanani, Ahmad. (2009). Kammus
kesehatan. Citra Pustaka: Jakarta
Mansjoer, A. dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga. Media Aesculapius: Jakarta.
Rani, A. dkk. 2008. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI: Jakarata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar