BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan yang
berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang diberikan kepada individu,
keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan benar
(berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik
keperawatan telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang
kesehatan, maupun surat keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan
demikian melakukan praktik keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah
merupakan hak sekaligus kewajiban profesi untuk mencapai visi Indonesia sehat
tahun 2010.
Implementasi praktik keperawatan
yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus dilakukan di rumah sakit,
klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan dimasyarakat
maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien
disebut Home Care.
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. PENGERTIAN
Home Care (HC)
menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang
dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home
care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang
telah melalui sejarah yang panjang.
B. SEJARAH
PERKEMBANGAN HOME CARE
1. DI LUAR
NEGERI
Di Amerika, Home Care (HC) yang
terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak
sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun
pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya
masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan
dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900
terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah
pada keluarga miskin, Public Health
Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi
kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang
melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D.
& Eric B.L, 1993).
Sejak tahun
1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat
sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat
pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah,
kemudian berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary Agencies)
dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi
seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat
dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di
berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender
& Spradley, 2001)
Di UK, Home Care berkembang secara
professional selama pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District
Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang
miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan
menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan
Biarawati tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris,
2000). Kondisi ini terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District
Nurse (DN) adalah :
a. merawat
orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
b. merawat
orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai
c.
mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat
digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN),
di UK juga muncul perawat Health
Visitor (HV) yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah
dengan peran lain ialah :
a. melakukan
penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam
upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
b.
memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.
2. DI DALAM
NEGERI
Di Indonesia, layanan Home
Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, karena merawat pasien
di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh
tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan
hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan
maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan
Bidan tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah
melakukan program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”.
Dalam layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan
melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti dengan
perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali
pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas
“Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis
kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan.
Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan
organisasi pendidikan dengan pelayanan.
C. MENGAPA
HOME CARE (HC) DIPERLUKAN ?
Akhir-akhir ini Home Care
(HC) mendapat perhatian karena berbagai alasan, antara lain yaitu :
1. Bagi
Klien dan Keluarga
a. Program Home
Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal,
karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi
keluarga
b.
Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa
keluarga ada yang sakit
c. Merasa
lebih nyaman karena berada dirumah sendiri
d. Makin
banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit
yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya
2. Bagi
Perawat
a.
Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan
yang tetap sama
b. Dapat
mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan
yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu
kepuasan kerja perawat akan meningkat.
Berbagai alasan tersebut membuat
program layanan Home Care (HC) mulai diminati baik oleh pihak klien dan
keluarganya, oleh perawat maupun pihak rumah sakit.
D. JENIS
INSTITUSI PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)
Ada beberapa jenis institusi yang
dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:
1. Institusi
Pemerintah
Di Indonesia
pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan adalah
dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita
maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji
oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan
menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
2. Institusi
Sosial
Institusi
ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak
memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan
penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan
kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian
kepadan Tuhan.
3. Institusi
Swasta
Institusi
ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri
baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan
menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui
pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu
tidak berorientasi “not for profit service”
4. Home
Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital
Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada
klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini
selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas,
adalah :
a. Ambulasi
dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan
pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya
dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik,
cara merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam
post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu
masih kurang.
b.
Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang
dirawat dirumah sakit.
c. Makin
banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang
besar
d. Perlunya
kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga akan
meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati”
staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung
menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital
Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu
& biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)
E. POPULASI,
JENIS DAN PEMBERI LAYANAN HOME CARE (HC)
1. Populasi
layanan
Populasi
layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh wanita (66,8%).
Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan untuk semua umur, tetapi
mayoritas klien berusia 65 tahun atau lebih (Allender & Spradley, 2001).
Pengalaman
Home Health Care (HHC) oleh “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK
Univ. Padjajaran Bandung di RS Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak 1995) juga
menunjukkan kondisi yang sama, dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita
lebih banyak dari pria dan kelompok usia lanjut juga mendominasi layanan HHC di
RS Al-Islam Bandung (Maya H, 2002). Hal ini mungkin disebabkan karena populasi
wanita lebih banyak dan umur harapan hidup wanita lebih panjang dari pria serta
para lansia yang cenderung untuk lebih mudah terserang penyakit.
2. Jenis
layanan
Mengingat HC
dalam keperawatan merupakan spesialisasi dari keperawatan komunitas (Blackie,
1998), maka jenis layanan yang diberikan meliputi layanan keperawatan (diagnosa
dan perlakuan terhadap respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan baik
potensial maupun actual dalam memenuhi kebutuhan dasarnya) dan layanan
kesehatan masyarakat (prevensi primer, sekunder dan tersier). Di Amerika jenis
kasus yang dirawat di rumah menurut Allender & Spradley 2001 adalah :
a. Penyakit
jantung
b.
Penyakit/gangguan system muskuloskeletal dan jaringan pengikat
c. Penyakit
Diabetes Mellitus
d. Penyakit
system pernafasan
e. Luka
f. Keracunan
g. Kanker
(hanya sebagian kecil), karena kebanyakan kasus palliative dirawat di Hospice
Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS
Al-Islam Bandung dalam triwuln I tahun 2002 (Maya H, 2002) adalah :
a. Pasca
stroke
b. Pasca
bedah
c. Diabetes
Mellitus
d. Terminal
ill
3. Pemberi
layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua
jenis tenaga, yaitu :
a. Tenaga
informal
Tenaga
informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada
klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis
tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)
b. Tenaga
formal
Tenaga
formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga.
Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan
menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian diharapkan
perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
F. STANDAR
PRAKTIK HOME HEALTH NURSING (HHN)
Asosiasi
perawat Amerika (1999) telah menetapkan lingkungan dan standar Home Health
Nursing yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar kinerja
professional (Allender & Spradley, 2001)
1. Standard
Asuhan Keperawatan
Standard
– I, Perawat mengumpulkan data kesehatan klien
Standard
– II, Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan analisa
terhadap data yang telah terkumpul
Standard
– III, Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan baik dari klien maupun
lingkungannya
Standard
– IV, Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan dengan menetapkan
intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan
Standard
– V, Perawat melaksanakan rencana intervensi yang telah di tetapkan dalam
perencanaan
Standard
– VI, Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke
pencapaian hasil yang diharapkan.
2. Standard
Kinerja Profesional (professional performance)
Standard
– I, Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi terhadap
kualitas dan efektifitas praktik keperawatan secara sistematis
Standard
– II, Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri
terhadap praktik keperawatan yang dilakukannya dihubungkan dengan standar
praktik professional, hasil penelitian ilmiah dan peraturan yang berlaku
Standard
– III, Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan pengetahuan
dan kemampuan dirinya dalam praktik keperawatan
Standard
– IV, Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam
pengembangan professionalism sesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya
sebagai sejawat
Standard
– V, Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada
landasan etika profesi
Standar
VI, Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat
berkolaborasi dengan klien, keluarga dan praktisi kesehatan lain.
Standar
VII, Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkan hasil penelitian
Standard
– VIII, Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk
memahami resiko, keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan .
Standar praktik keperawatan di
Indonesia telah selesai disusun dan disepakati oleh pimpinan PPNI, saat ini
sedang menunggu pengesahan dari Depkes RI.
G. BAGAIMANA
MERENCANAKAN INSTITUSI HOME CARE (HC) SWASTA ?
Institusi HC
swasta dapat didirikan baik secara individu maupun kelompok, baik untuk satu
jenis layanan maupun layanan yang bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan
yang berdasarkan kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan pasar
mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan internal.
Analisa
eksternal, memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar baik jenis maupun
jumlahnya. Misalnya bila kita berada di daerah yang penduduknya kebanyakan
berusia produktif, maka sudah dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan
layanan keperawatan yang berhubungan persoalan reproduksi, bayi serta balita.
Analisa eksternal juga melihat pesaing yang ada disekitar daerah tersebut, baik
dalam jumlah, jenis maupun kondisinya.
Analisa
internal, melihat pada ketersediaan sumber (alam, manusia dan dana) baik yang actual
maupun potensial. Selain ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen
personil yang ada terhadap rencana pembentukan institusi HC. Komitmen personil
merupakan persyaratan mutlak yang harus di mililki untuk mengawali suatu bisnis
yang baru .
Agar pelanggan loyal terhadap suatu
institusi HC, maka HC harus memperhatikan hal-hal berikut :
Kemudahan
(untuk dihubungi , untuk mendapatkan informasi, untuk membuat janji)
Selalu
tepat janji, penting untuk membina kepercayaan masyarakat pada institusi HC
Sesuai
dengan standar yang telah di tetapkan, hal ini merupakan ciri professional
Bersifat
responsive terhadap keluhan, kebutuhan dan harapan klien
Mengembangkan
hubungan kerja sama secara internal dan eksternal untuk memperbaiki kualitas
layanan
Untuk
keseragaman dokumentasi HC di Amerika telah dirumuskan Home Health Care
Classification (HHCC) toksonomi (Saba, August, 2002) yang merupakan hasil
penelitian berdasarkan diagnosa dan intervensi keperawatan. Untuk masa yang
akan dating dapat digunakan untuk dokumentasi, pelacakan elektronik, evaluasi
hasil dan analisa HHC setiap saat baik yang berhubungan dengan setting,
kelompok populasi maupun letak geografi.
Taksonomi tersebut terdiri dari 20 komponen asuhan
keperawatan antara lain :
1. Komponen
perilaku kesehatan
1)
medication
2) safety
3) health
behavior
2. Komponen
fungsional
4) activity
5) fluid volume
6) nutritional
7) self-care
3. Komponen
fisiologis
9) cardiac
10) respiratory
11)
metabolic
12) physical regulation
13) skin integrity
14) tissue
perfusion
15) bowel elimination
16) urinary elimination
4. Komponen
psikologis
17) cognitive
18) coping
19) role
relationship
20) self
concept
Dengan telah
jelasnya konsep dan peraturan praktik keperawatan, termasuk di dalamnya adalah
HC, maka perawat telah dapat melakukan praktik keperawatan professional dengan
optimum, demi terwujudnya masyarakat dan Indonesia sehat.
BAB III
KESIMPULAN
Di
awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan
yang sangat sederhana, yaitu kunjungan perawat kepada pasien tua atau lemah
yang tidak mampu berjalan menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya
untuk membayar dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada
pelayanan kesehatan karena strata sosial yang dimilikinya. Pelaksanaannya juga
merupakan inisiatif pemuka agama yang care terhadap merebaknya kasus
gangguan kesehatan. Perawat yang melakukannya dikenal dengan istilah perawat
kunjung (visiting nurse). Bentuk intervensi yang diberikan berupa
kuratif dan rehabilitatif
DAFTAR PUSTAKA
Zang, S.M. &
Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual perawatan dirumah (Home
Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC.
Ropi, H. (2004).
Home Care Sebagai Bentuk Praktik Keperawatan Mandiri. Majalah Keperawatan
(Nursing Journal of Padjajaran University), 5 (9), 8 – 15
Boedhi-Darmojo, R.
& Martono, H. (1999). Text book of geriatric: Health science in elderly.
Jakarta: FK UI
http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/15/home-health-care/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar