EKSTERMITAS
ATAS (GERAK TULANG ATAS)
FRAKTUR
|
HUMERUS
|
RADIUS
ULNA
|
META
KARPAL
|
Pengertian
|
Terputusnya
kontinuitas jaringan tulang humerus yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa
(mansjoer, arif, et al 2000)
|
Fraktur
antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih
berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang
dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur
yang disertai dislokasi fragmen tulang.
|
Fraktur yang
terjadi pada ujung jari karena trauma pada sendi interfalangs atau terjadi
pada meta karpal karena tidak tahan thp trauma langsung ketika tangan
mengepal dan disalokasi basis meta karpal
|
Etiologi
|
1.
Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang
pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat
fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2.
Kekerasan tidak
langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah
biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3.
Kekerasan akibat
tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat
jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E, 1993)
|
Menurut
Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta
penyebabnya yaitu :
1.
Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk
seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan
tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi).
2.
Fraktur Smith
Fraktur Smith merupakan fraktur
dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles
fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan
tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada
pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal,
kadang-kadang intraartikular.
3.
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur
radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh
dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah
dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
4.
Fraktur Montegia
Fraktur Montegia merupakan fraktur
sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal.
Terjadi karena trauma langsung.
|
· Tarauma
langsung yaitu fraktur mendapat ruda paksa cth. Benturan, pukulan, yang dapat
mengakibatkan patah tulang.
· Trauma tidak
langsung. Penderita jatuh dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pergelangan tangan
· Trauma ringan
dapat menyebakan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiriitu rapuh/ ada
underlying dedsease yang disebut dengan fraktur patologis
|
Patofiologi
|
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut
dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah
yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
|
Apabila tulang
hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan
jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi
patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi
tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan
disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan
yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari
tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma.
Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada
permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang
satu atau dua millimeter.
Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleha karena kekuatan cidera dan bias juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996). |
Trauma dapat
menyebabkan fraktur yang akan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan
gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan. Jaringan lunak yang terdapat
di sekitar fraktur seperti pembuluh darah syaraf dan otot serta organ lain
yang berdekatan dapat dirusak karena mencuatnya tulang yang patah. Apabila
kulit sampai robek, hal ini akan menyebabkan potensial infeksi. Tulang
memiliki sangat banyak pembuluh darah. Akibat dari fraktur, pembuluh darah di
dalam keluar ke jaringan lunak atau pada luka yang terbuka sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan bakteri. ( Arief Masjoer. 2000 )
|
Tanda
dan gejala
|
Pada fraktur
humerus yang sering dialami oleh orang tua, gejalanya ringan erupa sakit di
sekitar bahu. Sedangkan pada penderita yang muda gejalanya, gangguan fungsi,
bengkak, nyeri tekan dan nyeri saat di gerakkan
|
Berikut adalah
manifestasi klinik dari fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) :
1. Fraktur Colles
·
Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+
2,5 cm dari permukaan sendi distal radius
·
Dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal
·
Subluksasi sendi radioulnar distal
·
Avulsi prosesus stiloideus ulna.
2. Fraktur Smith
Penonjolan dorsal fragmen proksimal,
fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade
deformity).
3. Fraktur
Galeazzi
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
4. Fraktur
Montegia
Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi
(lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi
mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi,
gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna
mengadakan angulasi ke posterior.
|
Baseball
finger : pasien tidak dapat menggerakkan ekstensi penuh pada ujung distal
falang karena distal falang selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang
distal dan terdapat hematoma pada sendi.
Fraktur bennet : tampak adanya pembengkakan didaerah karpometakarpalØ I, nyeri tekan, dan sakit ketika digerakkan ( arief mansjoer.2000) |
Pemeriksaan
penunjang
|
a)
Pemeriksaan Radiologi
b)
Pemeriksaan Laboratorium
c)
Pemeriksaan lain-lain
|
Pemeriksaan
radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan
antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah
1. Pemeriksaan
rontgen
2. Scan CT/MRI
3. Kreatinin
4. Hitung darah
lengkap
5. Arteriogram
|
Teknik
radiografi yang di sebut posisi stecher. Pasien diminta untuk duduk di tepi
meja pemeriksaan lengan bawah dan tangan pasien di atur dengan posisi pos
terior anterior pada film. Film dibagi menjadi dua bagian sama besar yang
salah satu permukaannya di tutup dengan timbal. Film diletakkan di atas
pengganjal 20 inci di atas meja pemeriksaan. Pusat berkas sinar di atur
vertikal tegak lurus terhadap objek dengan titik tuju tepat mengenai tulang
sekapoid yang di periksa. Film yang digunakan berukuran 18 cm x 24 cm.
|
Konflikasi
|
1)
Komplikasi Awal
a)
Kerusakan Arteri
b)
Kompartement Syndrom
c)
Fat Embolism Syndrom
d)
Infeksi
e)
Avaskuler Nekrosis
f)
Shock
2)
Komplikasi Dalam Waktu Lama
a)
Delayed Union
b)
Nonunion
c)
Malunion
|
Menurut Long
(2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi :
1. Immediate
complication yaitu komplikasi awal dengan gejala
·
Syok neurogenik
·
Kerusakan organ syaraf
2. Early complication
·
Kerusakan arteri
·
Infeksi
·
Sindrom kompartemen
·
Nekrosa vaskuler
·
Syok hipovolemik
3. Late
complication
·
Mal union
·
Non union
·
Delayed union
|
1.
Mal union
Keadaan di mana fraktur menyembuh pada
saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus,
rotasi, kependekan.
2.
Delayed union
Fraktur yang tidak sembuh setelah
selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan
untuk anggota gerak bawah).
3.
Non union
Apabila fraktur tidak menyembuh
antaran 6 – 8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat
pseudoartritis (sendi palsu).
|
Penatalaksanaan
|
Pada fraktur
humerus diperlukan tindakan reposisi. Lengan yang cidera cukup di
istirahatkan dengan memakai gendongan atau sling selama 6 minggu. Semua waktu
itu penderita di latih untuk menggerakkan sendi bahu berputar sambil
membongkokkan badan meniru gerakan bandul atau pendulum eksersais. Hal ini di
maksudkan untuk mencegah kekakuan sendi. Fraktur ini memerlukan 6-10 minggu
untuk sembuh dan pasien harus menghindari aktivitas yang berlebihan seprti
tenis selama 4 minggu kemudian. Pada penderita dewasa bila terjadi dislokasi
sendi dapat di lakuakan reposisi dan imubilasasi dengan gips spica.
|
Berikut adalah
penatalaksanaan fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) :
1. Fraktur Colles
Pada fraktur Colles tanpa dislokasi
hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku
selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi
tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan
volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke
arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 - 6
minggu.
2. Fraktur Smith
Dilakukan reposisi dengan posisi
tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan
supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips
di atas siku selama 4 - 6 minggu.
3. Fraktur
Galeazzi
Dilakukan reposisi dan imobilisasi
dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal,
deviasi ulnar, dan fleksi.
4. Fraktur
Montegia
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten
memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal,
kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala
radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan
di atas siku dengan posisi siku fleksi 90° dan posisi lengan bawah supinasi penuh.
Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna
(plate-screw).
|
Yang harus
diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :
1.
Recognisi/pengenalan. Di mana riwayat
kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.
2.
Reduksi/manipulasi. Usaha untuk manipulasi fragmen
yang patah sedapat mungkin dapat kembali seperti letak asalnya.
3.
Retensi/memperhatikan reduksi. Merupakan suatu
upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
4.
Traksi. Suatu proses yang menggunakan kekuatan
tarikan pada bagian tubuh dengan memakai katrol dan tahanan beban untuk menyokong
tulang.
5.
Gips. Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian
tubuh tertentu dalam bentuk tertentu dengan mempergunakan alat tertentu.
6.
Operation/pembedahan. Saat ini metode yang paling
menguntungkan, mungkin dengan pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna
dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut, maka fraktur akan
direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan menggunakan
orthopedi yang sesuai
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar