BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia.Tak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk daerah endemis
hepatitis virus B (HVB).Tentu saja hal ini menjadi masalah besar karena
mempunyai dampak morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan dampak
psikososial serta ekonomi. Infeksi HVB pada awal kehidupan (sebelum usia 1
tahun) akan berisiko menjadi kronis sebesar 90%. Sedangkan pada usia 2-5 tahun
risikonya menurun menjadi 50%, dan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas
5 tahun hanya 5-10% untuk menjadi kronis.
Hepatitis B pada anak biasanya tanpa gejala atau ringan saja, walaupun
begitu infeksi pada anak mempunyai risiko jadi kronis.Terutama bila terjadi
saat di dalam kandungan.Pada pemeriksaan kadang cuma ditemukan pembesaran
hati.Infeksi hepatitis B kronik pada anak dapat berlanjut jadi sirosis dan
kanker hati pada saat dewasa.Memang, umumnya infeksi HVB pada anak tak
menimbulkan gejala, tapi pada sebagian kecil kasus dapat menimbulkan hepatitis
berat yang bisa menyebabkan kematian.
Mengingat hepatitis mempunyai dampak yang buruk bagi anak maka diperlukan
perhatian khusus dari orang tua pada anak misalnya dalam pemberian imunisasi
pada anak secara tepat waktu dan menjaga kebersihan, dan pengawasan terhadap
pola makan anak
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan umum
Menengetahui
dan memahami konsep teori dan
asuhan keperawatan pada hepatitis
1.2.2
Tujuan khusus
1.
Untuk menjelaskan anatomi fisiologi hepar
2.
Untuk menjelaskan pengertian penyakit hepatitis
3.
Untuk menjelaskan etiologi hepatitis
4.
Untuk menjelaskan manifestasi hepatitis
5.
Untuk menjelaskan patofisiologi hepatitis
6.
Untuk menjelaskan pathway hepatitis
7.
Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang hepatitis
8.
Untuk menjelaskan penatalaksanaan hepatitis
9.
Untuk menjelaskan komplikasi hepatitis
10. Untuk menjelaskan pengkajian Hepatitis
11. Untuk menjelaskan diagnosa hepatitis
12. Untuk menjelaskan intervensi hepatitis
13. Untuk menjelaskan implementasi hepatitis
14. Untuk menjelaskan evaluasi hepatitis.
1.2.3
Manfaat
1.
Tenaga perawat
a.
Dapat membedakan bentuk-bentuk hepatitis.
b.
Dapat
mengkaji gejala hepatitis.
c.
Dapat
merencanakan tindakan dalam penennganan hepatitis.
d.
Dapat
melaksanakan tindakan dalam perawatan hepatitis.
2.
Mahasiswa
a.
dapat
memahami konsep teori dari hepatitis
b.
sebagai
bahan pembelajaran untuk mengetahui tentang hepatitis
c.
dapat
menerapkan di lingkungan masyarakat
tentang pentingnya menjaga pola hidup, untuk menghindari hepatitis.
d.
dapat mengenali secara dini tanda dan gejala hepatitis
dan dapat melakukan penanganan lebih cepat untuk menghindari komplksi lebih
lanjut
3.
Masyarakat
a.
Dapat menngenal dan menjaga lingkungan yang dapat menyebabkan hepatitis
b.
Membentuk pola piker masyarakat lebih terarah dalam menjaga kesehatan diri lebih dini.
4.
Pendidikan
a.
Tenaga pendidik mampu menjelaskan tentang konsep teori
dan asuhan keperawatan dari hepatitis
b.
Mampu mengarahkan pola pikir mahasiswa dalam menjaga
kesehatan lebih dini.
BAB II
TINJAUAN FUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Hepar
Gambar 2.1: Anatomi hepar
Sumber:
http://ainunhairany.blogspot.com/2011/11/mengenal-bahaya-penyakit-hepatitis.html
Hati adalah organ
intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan
orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat
kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas
hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.
Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai
dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus
koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu.
Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira
2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada
dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung
empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah
dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi.
Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap
lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang
tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
Gambar 2.2: Sirkulasi Hepar
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam
tubuh. Organ ini penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain
antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan
hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma
mencakup untuk pembekuan darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan
kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak
vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan
oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak.
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
B. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan
yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan serta bahan-bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999). akan
sama halnya dengan menurut Rahadian Sasongko (2009), yang mengatakan bahwa hepatitis
ialah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi karena keracunan.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
C. Etiologi Hepatitis
Penyebab
|
Type A
|
Type B
|
Type C
|
Type D
|
Type E
|
Type G
|
Metode
transmisi
|
Fekal-oral
melalui orang lain
|
Parenteral
seksual, perinatal
|
Parenteral
jarang seksual, orang ke orang, perinatal
|
Parenteral
perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
|
Fekal-oral
|
Kontak
dengan darah yang terinfeksi virus HGV
|
Mirip
dengan virus hepatitis c
|
||||||
Keparah-an
|
Tak
ikterik dan asimto- matik
|
Parah
|
Menyebar
luas, dapat berkem-bang sampai kronis
|
Peningkatan
insiden kronis dan gagal hepar akut
|
Sama dengan D
|
|
Sumber
virus
|
Darah,
feces, saliva
|
Darah,
saliva, semen, sekresi vagina
|
Terutama
melalui darah
|
Melalui
darah
|
Darah,
feces, saliva
|
Melalui
darah
|
Inkubasi(hari)
|
15-49 hari,
rata-rata 30 hari.
|
28-160 hari.
Rata-rata 70-80 hari
|
15-160 hari
Rata-rata 50
hari
|
21-140
hari
Rata-
rata 35 hari
|
15-65
hari
Rata-rata
42 hari
|
15-160
hari
Rata-70-80
hari
|
imunitas
|
homologus
|
homologus
|
Serangn kedua
homologus dapat menunjukkan imunitas yang rendah atau iinfeksi oleh agen lain
|
homologus
|
Tidak
diketahui
|
Tidak
diketahui
|
Tanda
dan gejala
|
Dapat terjadi
dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Fase
praikterik:
Sakit kepala,
malaise, fatigue, anoreksia, febris.
Fase ikterik:
urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera dan kulit, nyeri tekan
pada hati.
|
Dapat terjad
tanpa gejala, dapat timbul artralgia, ruam
|
Serupa dengan
HBV,tidak begitu berat dan an ikterik
|
serupa
denngan HBv
|
Serupa
denngan HAV , sanngat berat pada
wanita yang hamil.
|
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 %
dari penderita hepatitis C juga menderita hepatitis ini.
|
(brunner&sudart,
2002)
D. Manifestasi klinis
1. Fase
Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas.Keluhan yang disebabkan
infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari.Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan
gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
2. Fase
Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat,
penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi.Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah
10-14 hari.Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan
lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3. Fase
Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa
mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15
hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai
merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
E. Patofisiologi
Gambar 2.3: Hepatitis
Penyebab dari hepatitis A adalah virus dari hepatitis A.
penularan virus ini melalui fekal, oral dan replikasi virus terjadi dalam hati.
Penyakit hepatitis A, atau yang dikenal juga
dengan penyakit kuning ini. cara penularannya adalah melalui makanan dan
minuman yangn tercemar kotoran yang mengandung virus hepatitis A. HAV ini kemudian diekkresikan lewat
empedu.Konsentrasi yang tertinggi didalam fases, khususnya selama dua minggu
sebelum ikterus muncul.Anak-anak dan orang dewasa dapat diasumsikan
noninfeksius atau minnggu setelah ikterus muncul.Sumber penularan umum adalah
dari makanan atau air yang terkontaminasi.Virus hepatitis A terkonsantrasi dan
dapat tumbuh dekat dengan outletpembuangan limbah pada sayur mentah. Tingakt
infeksi lebih tinggi di daerah dimna transmisi lansung antara fekal oral
mungkin terjadi , sepeti tempat penitipan anak, penjara dan dan lembaga
mental.transmisi homoseksual mugkin anatara pria homoseksual.
Infeksi virus hepatitis B ditularkan melalui hematogen
dan seksual. HBV merupakan virus yang merepplekasikan hepaotropik dihati dan
menyebabkan disfungsi sel-sel hati. Hasil dari intraksi ini adalah intraksi
rumit host virus yang mengakibbatkan gelala akut mmaupun simtomatik. Pasien
mungki dapat menjadi kebal kembali terhadap HBV atau justru mengembagkan carier
kroni ske sisi lainya. Kondis patologis yang disebabkan oleh intraksi virus
dan system kekebalan tubuh akan
meneyrrang hati dan mengakibatkan cidera sel-sel hati. Sebagai respon terhadap
adanya cidera sel oleh bderbagai antigen virus, individu membentuk berbaga
macam antibody.Respon aktivasi dari limposit untuk mengenali berbagai HBv
dipermukaan hepatosit dan melakukan aktivasi reaksi imunitas. Suatu gangguan reaksi imunitas( misalnya pelepsan toksin, produksi antibody
atau toleransi relative status imunitas mengakibatkan hepatitis kronisa dan
berahir pada kondisi sirosis hepatic.
Transmisi HCV
hampir sama dengan HBV meskipun hepatitis C mempunyai kemampuan untuk
merusak sel-sel hati, 80% dari individu dengan penyakit ini tidak memiliki
gejal spesifik yang berhubungna dengan gangguan fungsi hati.
Infeksi HDV akut
dan kronis melibatkan proses peradangan hati, HDV dapat bereplekasi secara
independenn dalam hepatitis, tetapi membutuhkan antigen permukaan heoatitis B
untuk memeberikan respon propagasi. Virus ini melkukan koinveksi dengan HDV
juga dapat timbul keudian sehingga infeksi HDV bwrtambah parah.
Infeksi virus hevatitis E ditularkan melalui fekal-oral
setelah masuk ke sirkulasi maka target organ dari virus ini adalah sel-sel
hepatosis dan menyebabkann cidera pada sel-sel hati. Respon cidera ini terjadi
pada seluruh sel-sel hati dan menjadi nekrosis.(arifmuttaqin, komala sari,
2011)
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penujang
1.
ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim –
enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet,
terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2.
Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan
penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3.
Leukopenia: Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4.
Diferensia Darah Lengkap: Leukositosis, monositosis,
limfosit, atipikal dan sel plasma.
5.
Alkali phosfatase: Agaknya meningkat (kecuali ada
kolestasis berat)
6.
Feses; Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi
hati)
7.
Albumin Serum: Menurn, hal ini disebabkan karena
sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya
menurun pada berbagai gangguan hati.
8.
Gula Darah: Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan
fungsi hati).
9.
Anti HAVIgM: Positif pada tipe A
10. HbsAG:
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa
Protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau
berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin
serum: Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Biopsi
Hati: Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
14. Skan
Hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
15. Urinalisa:
Peningkatan kadar bilirubin.
H. Penatalaksanaan
1.
Pengobatan pada hepatitis virus lebih di tekankan pada
tindakan penceghan
2.
Rawat jalan, kecuali dengan pasien mual atau anoreksia
yang akan menyebabkan dehidrasi
3.
Memperthankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
4.
Aktifitas fisik yang berlebiha dan berkepanjangan harus
dihindari.
5.
Pembatan aktifitas sehari-hari tergantung dari derajat
kelelahan dan malaise
6.
Pemeberian interferon alfa pada hepatitis C dapat
menurunkan resiko hepatitis kronik
7.
Obat-obat tidak penting harus dihentikan.
I. Komplikasi
1.
Jangan
biasakan anak jajanan SEMBARANGAN.
2.
Jangan
biarkan anak anda menggunakan sikat gigi, sisir, handuk, atau gunting kuku,
bersama-sama dengan orang lain (mencegah hepatitis B dan C)
3.
Untuk mencegah
virus hepatitis A, jagalah higene dan sanitasi lingkungan sekita anak anda
dengamn baik.
4.
Selain itu,
berhati-hatilah dalam memberikan obat untuk anak. bacalah aturan pakai atau
tanyakan pada dokter anak tentang potensi efek samping obat tersebut.
5.
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.
6.
Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan
proses nekrotik dihasilkan secara hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal
yang lebih dikenal dengan hepatitis fulminan.
7.
Bentuk nekrosis hepatitis secara besar – besaran sangat
jarang. Hepatitis kronik terjadi seperti hepatitis B atau hepatitis C. Infeksi
sangat tidak mungkin pada agent delta hepatitis ( HDV ), dalam klien dengan
penampakan antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin menuju hepatitis kronik yang
akut dan kemunduran klinis.
8.
Dalam beberapa kasus hepatitis fulminan dengan kematian
mungkin terjadi.
Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus – menerus, inflamasi akut dan fibrosis.
Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus – menerus, inflamasi akut dan fibrosis.
3.1 KONSEP ASUHAN KKEPERWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini.
Tahap ini terbagi atas:
Pengumpulan Data
1)
Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b)
Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan
perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit
kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat penykit sekarang keluhan pasien pada gejala awal selama
periode prodromal, meliputi nyeri otot, nyeri
sendi, sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan
atas, penurunan nafsu makan dan gejala dehidrasi. Pada pase ikterik akan akana
timbul gejala seperti ikterrus, malaise, urine gelap, pases berwarna terang,
dan pruritus.
d) Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan
dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami
termasuk keracunan, NAPZA prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya/
anak-anak yang lainya
e) Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit
keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit
pencernaan.
f)
Pengkajian
psikososial dan spiritual
Dengan hepatitis vital sering merasa bersalah bahwa mereka membawa virus
untuk orang lain. Injfeksi adanya penyakit hepatitis dapat menyebabkan kesenjangan sosial, kien akan merasa
malu dengan adanya tindakan isolasi dan perasaan kesehatan yang diberikan oleh
pihak rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan di rumah. Adanya ras malu inilah
menyebabkan klien membatasai interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Klien
takut akan penyebarab virus kepada keluarga dan teman. Anggota keluarga klien
setiap takut kontak dengan penyakit dan mereka akan menjaga jarak dengan klien.
Perawat memberi ijin kepada klien beserta keluarganya untuk saling
mengungkapkan perasaannya dan mengetahui penyebab penyebarannya. Tindakan
pencegahan berupa isolasi membuat klien beserta keluarganya menjadi gelisah
g) Pola fungsi kesehatan
Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus hepatitis
akan timbul rasa mual, rasa sakit diulu hati, rasa lesu dan lekas capek, . Dan
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhannya. Selain
itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung
dengan penderita yang dapat mengganggu kesehatan hati. (Ignatavicius, Donna
D,1995).
Pola Nutrisi dan
Metabolisme
Pada klien hepatitis harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan hati. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien
bisa membantu menentukan penyebab masalah hat Pola Eliminasi
Untuk kasus campak gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada
pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna,
bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
Pola
Tidur dan Istirahat
Semua klien hepatitis
timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat mengganggu
pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur. (Doengos. Marilynn
E, 2002).
Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak,
maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu
banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan
beresiko untuk terjadinya penularan hepatitis dibanding pekerjaan yang lain
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Hubungan dan Peran
Klien akan
kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Persepsi dan Konsep
Diri
Dampak yang timbul pada klien hepatitis yaitu timbul pernafasan
tidak efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis, mudah lelah, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Sensori dan
Kognitif
Pada klien hepatitis
daya rabanya meningkat terutama pada bagian ulu hati yang terkena, sedang pada
indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak
mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat hepatitis
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Penanggulangan
Stress
Pada klien hepatitis timbul rasa cemas tentang
keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien hepatitis
tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan
konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
2)
Pemeriksaan
Fisik (head to toe)
Head to toe dari hepatitis antara lain:.
a.
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala lonjong, rambut bersih, beruban dan rontok
Palpasi : Tidak ada massa atau lesi
b.
Mata
Inspeksi : Isokor (simetris),
sklera ikerus +/+, konjungtiva anemis
+/+, tidak terdapat area gelap di sekitar mata
c.
Hidung
Inspeksi : Tidak terdapat polip,
pernapasan cuping hidung, tidak ada secret,
tidak terpasang alat bantu pernapasan
d.
Mulut dan gigi
Inspeksi : Mucosa mulut kering, lidah bersih, tidak terdapat caries gigi, bau mulut, bibir pucat
e.
Leher
Inspeksi : Simetris, tidak
ada pembesaran atau benjolan
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
f.
Dada
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan seperti wheezing, ronchi
Perkusi : Sonor
g.
Abdomen
Inspeksi : Asites, tidak
menggunakan nafas abdominal
Palpasi : Pembesaran hati dan limfa,
lingkar abdomen 107cm, melena, edema, nyeri tekan, pelebaran
vena
Auskultasi : Peristaltik usus 8x/
menit
Perkusi : Bunyi timpan, tidak ada bising usus.
h.
Ekstimitas
1)
Atas
Inspeksi :
Kulit berwarna hitam, terpasang infus RL 20 tetes/menit, tidak terdapat varices, kuku bersih, urine gelap dan pekat.
Palpasi :
Turgor kulit baik, tidak terdapat oedema,
kekuatan otot 5/5
2)
Bawah
Inspeksi : Simetris, warna kulit hitam dan bersih, kuku bersih
Palpasi : Tidak terdapat oedema, kekuatan otot 5/5, reflek patella +/+, reflek babynsky +/+
Pemeriksaan fisik secara umum. pemeriksaan
fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis pada survey umum
terlihat sakit ringan sampai lemah. TTV biasanya normal atau bisa didapatkan
perubahan seperti taki kardi
o
inspeksi:
pase akut ikterus merupakan tanda khas, terutama apada sclera, pada
integument mungkin muncul selam fase ikterik dan menghilang selama masa
penyembuhan, urine gelap sela kecoklatan seperti kola tau the kental.. Pada
masa kronis pasien terlihat kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan
didapatkan pedarahan dadri muntah(hematemesis dan melena.
o
Auskultasi: biasanya bising usu normal, tetapi
bisa didapatkan peningkatan peningkatan bisisng usus pada anak-anak dan
penurunan pada orang dewasa.
o
Perkusi: nyeri ketuk pada kudran kanan atas.
o
Palpasi:nyeri palpasi kuadaran kanan atas
mungkin ada. Hepatospelenomegali beriringan dengan dengan gela ikterus.
3)
Analisa data
Symtom
|
etiologi
|
Problem
|
||||||||
Do:kelemahan secara umum
|
|
Intoletarsi akitifitas
|
||||||||
Ds:ketidakfahaman terhadap
penyakitnya
Do:Tidak bisa melakukan aktifitas
secara normal
|
|
Pemenuhan informasi
|
||||||||
Ds: suhu tubuh meningkat
Do: demam
|
|
Hipertermi
|
||||||||
Ds:nafsu makan berkurang.
Do: berat badan menurun
|
|
Ketidakseimangan nutrisi
|
||||||||
Ds: pasien mengeluh pusing
Do:membrane mukosa terlihat kering
|
|
Resiko ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
|
||||||||
Ds: mengeluh nyeri pada abdomen
Do: terlihat pembengkakan pada abdomen
|
|
Nyeri
|
B.
Diagnose Keperwatan
1.
Intoletarsi akitifitas berhubungan dengan lelah,
kelemahan fisik umum respon sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
2.
Pemenuhan informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan
informasi penatalasanaan perawatan adan pengobatan, rencana perawatan rumah
3.
Hipertermi berhubungn dengan respon sistemik, pemenuhan
cairan tubuh, perubahan metabolism
4.
Ketidakseimangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang kurang adekuat
5.
Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan muntah, hipokalemia, penurunan intake cairan dan
diaphoresis.
6.
nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
C.
Intervensi
Intoletarsi
akitifitas berhubungan dengan lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder
dari perubahan metabolism sistemik.
|
|
Tujuan: pasien dapat melakukan perawatan
diri yang optimal sesuai tingkat
toleransi individu.
Criteria
hasil:
1.
Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi
2.
Tidak terjanya komplkasi sekunder, seperti
peningkatan suhu tubuh dan diaphoresis
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji perubhan pada system saraf pusat
2.
Lakukan tirah baring khususny pada masa akut
3.
Berikan linkukan psiologis yang kondusif
4.
Bantu aktifitas sehari-hari
|
1.
Idendifikasi terhadap penurunan tingkat kesadaran
2.
Menghentikan peradangan sel-sel sampai terjadi
peningkata regenersisel hati.
3.
Linngkungan yang tenang akan menurunkan stimulus
psikoligis eksternel dan pembatasann dan pembatsan penngujunng akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan dimna akan berkurang apabila banyak
pengunjung ruangan
4.
Membantu mmemfasilitasi kebutuhan pasien untuk
melakukan perawatan diri
|
Pemenuhan
informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalasanaan
perawatan adan pengobatan, rencana perawatan rumah
|
|
Tujuan:
terpenuhinya informasi
kesehatan
Criteria
hasil:
1.
Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan
yang diberikan
2.
Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelsan yang
telah diberikan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentangb kondisi
penyakit dan rencana perawatan rumah
2.
Kaji sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
3.
Beritahu kondisi penykit hepatitis
4.
Berikan informasi pada pasien yang menjalani
perawatan rumah meliputi:
·
Anjurkan untk=uk istirahat setelah pulang
·
Beritahu untuk melkukan kontol(follow up)
·
Anjurkan pada keluarga untuk melakukan vaksinasihevatiti
·
Ajarkan pasien untuk meningkatkan asupan
cairan oral
·
Beritahu untuk menghindrai obat yang bdrsifat
hehpatoksik
·
Hindari minuman berarkohol
·
Beritahu pasien atau keluarga apabila
didapatkan perubahan klinik untuk segera memeriksa diri
|
1.
Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut ,
perwata dapat lebih terarah dala memberikan pendidikan yang dengan
pengetahuan pasien secra efisien dan efektif
2.
Untuk menurunkan resiko misinterpretasi tentang
informasi yang diberikan
3.
Kebersihan umum ynagg terdiri atas menjaga
jebersihan, mencuci tangan, minum air yang sudah dimasak,.
4.
Untuk menegtahu perawatan dirumah:
·
Meningkatkan tengaga dan kemampuan
beraktifitas
·
Menindaklanjuti studi enzim hati pada interval
bulanansamapi pada tingkat normal
·
Mencegah terjani hepatitis
·
Mencegah dehidrasi
·
Hindari obbat-obatan dan zat yang mengandung
asetaminopen dan parasetamol serta pareparat yang mengandung asetaminopen
·
Dapat memperberat fungsi hati
·
Untuk mencegah resiko kerusakan hati
|
Hipertermi
berhubungn dengan respon
sistemik, pemenuhan cairan tubuh, perubahan metabolisme
|
|
Tujuan: Penurunan
sushu tubuh.
Criteria
hasil:
1.
Suhu tubuh dalam batas normal
2.
Diaporesis berkurang
|
|
Intervensi
|
rasional
|
1.
Kaji pengetahuan pasien tentang cara dan kelurga
tentang cara penurunan suhu tubuh
2.
Lakukan tirah baring pada pase akut
3.
Atur lingkungan yang kondusif
4.
Beri kompres denngan air dinngin pada daerah aksila,
lipatan paha, dan tempral bila terjadi panas
5.
Beri dan anjurkan keluarga untuk memakai pakaianyang
dapat meneyerap keringat seperti katun
6.
Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melkaukan masase
7.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian ati perik
|
1.
Sebagai data dasar untuk memberikan intervensi
selanjutnya
2.
Akan menurunkan laju metabolisme yang tinggi pada masa akut , dengan emikian
dapat membantu menurunkan suhu tubuh
3.
Memberikan efektifitas terhadap proses peneyembuhan.
4.
Kompres dingin merupan tehik untuk menurukan suhu
tubuh dengan meningkatkan efek konduktifitas
5.
Dapat meningkatkan efek evavorasi
6.
Unntuk meninngkatkan aliran darah ke perifer yang
akan meningkatkan efek evaporasi
7.
Untuk memblok respon panas sehingga panas tubuh
pasien dapat menuru denga cepat.
|
Ketidakseimangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat
|
|
Tujuan: Pasien
akan mempertahankan kebutuha yang adekuat.
Criteria hasil
1.
Mebuat pilihn diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam situasi individu
2.
Menunjukkan peningkatan BB
|
|
Intervensi
|
rassional
|
1.
Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat
badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, riwayat mual atau muntah dan diare
2.
Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutriisi
3.
Berui diet sesuai kondisi klinis
4.
Anjurkan makan tiga kali sehari denga diet yang
disukai pasien, tetapi tetap menghindari predisposisi peningkatan asan
5.
Berikan makan berlahan dengan lingkunag n yang tenang
6.
Kolaborasi dengan ahli diet uuntuk menetapkan komposi
dan jenis diet yang tepat.
7.
Monitor pekembangan berat badan
|
1.
Untuk menertapkan pilihan intervensi yang tepat
2.
Dengan mengetahuo tingkat pengetahuan tersebut
pearwat dapa lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
3.
Pada kondisi
akut dan hepatitis kronis(non sirosis) pemebrian diet tidak ada
pembatasan.
4.
Die sering mennguntunngkan dari pada makanan biasa,
maka pasien telah dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya.
5.
Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan
tanpa adanya distraksi atau ganggan dari luar.
6.
Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan
kalori sehubungan dengan perubahan metabolic pasien.
7.
Penimbangan berat badan sebagai evaluasi terhadap
intetvensi yang diberikan.
|
Resiko
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah,
hipokalemia, penurunan intake cairan dan diaphoresis.
|
|
Tujuan: Pasca rehidarasi,
intake caitran dan elektrplit optimal
Krteri hasil:
1.
Pasien tidak menegluh pusing, TTV dalam batas normal,
kesadaran optimal.
2.
Membrane mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT
kurang dari 3 detik
3.
Laboratorium: nilai elektrolit normal, analisa gas
darah normal.
4.
Penurunna respon muntah
|
|
Ntervensi
|
rasional
|
1.
Identifikasi fakor penyebab, awiatan, spesipikasi
usia dan adanay riwayat penyakit lain
2.
Kolaborasi skofr dehidrasi
3.
Lakukan pemasangan IVFD
4.
Dokumentasi dengan akurat tentang intake dan output
cairan
5.
Bantu pasien apabila muntah
6.
Evaluasi kadar elektrolit serum
7.
Dokumentasikan perubahan klinik dan laorkan dengan
tim medis
|
1.
Memberikan tingakt keprahan dari kondisi
ketidakseimbanagn cairan dan elektrolit
2.
Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesui
dengan derfajat dehidrasi dari individu.
3.
Pemberian cairan intra vena di sesuaikan dengan
derajat dehidrasi.
4.
Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi dan
mencegah terjadinya overhidrasi.
5.
Mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase
ringan pada pundak un tuk membantu menurunkan respon nyeri dan muntah.
6.
Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan
hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit dari plasma.
7.
Untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan
menurunkan risiko terjadinya asidosis metabolik.
|
nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
|
|
Tujuan : Diharap
nyeri hilang atau teratsi
kriteria
hasil: Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
|
|
Intervensi
|
rasional
|
1. Kolaborasi
dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas
nyeri
2. Tunjukkan
pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
3. Berikan
informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri, Tunjukkan berapa lama nyeri
akan berakhir, bila diketahui
4. Bahas
dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
|
1. nyeri
yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
2. klienlah
yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
3. klien
yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
4. kemungkinan
nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri
|
D. Implementasi
1.
Kaji perubhan pada system saraf pusat
2.
Lakukan tirah baring khususny pada masa akut
3.
Berikan linkukan psiologis yang kondusif
4.
Bantu aktifitas sehari-hari
5.
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentangb kondisi
penyakit dan rencana perawatan rumah
6.
Kaji sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
7.
Beritahu kondisi penykit hepatitis
8.
Berikan informasi pada pasien yang menjalani perawatan
rumah meliputi:
a. Anjurkan
untuk istirahat setelah pulang
b. Beritahu
untuk melkukan kontol(follow up)
c. Anjurkan
pada keluarga untuk melakukan vaksinasihevatiti
d. Ajarkan
pasien untuk meningkatkan asupan cairan oral
e. Beritahu
untuk menghindrai obat yang bdrsifat hehpatoksik
f. Hindari
minuman berarkohol
9.
Beritahu pasien atau keluarga apabila didapatkan
perubahan klinik untuk segera memeriksa diri
10. Kaji
pengetahuan pasien tentang cara dan kelurga tentang cara penurunan suhu tubuh
11. Lakukan
tirah baring pada pase akut
12. Atur
lingkungan yang kondusif
13. Beri
kompres denngan air dinngin pada daerah aksila, lipatan paha, dan tempral bila
terjadi panas
14. Beri
dan anjurkan keluarga untuk memakai pakaianyang dapat meneyerap keringat
seperti katun
15. Lakukan
dan anjurkan keluarga untuk melkaukan masase
16. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian ati perik
8.
Identifikasi fakor penyebab, awiatan, spesipikasi usia
dan adanay riwayat penyakit lain
9.
Kolaborasi skofr dehidrasi
10. Lakukan
pemasangan IVFD
11. Dokumentasi
dengan akurat tentang intake dan output cairan
12. Bantu
pasien apabial muntah
13. Evaluasi
kadar elektrolit serum
17. Dokumentasikan
perubahan klinik dan laorkan dengan tim medis
18. Kolaborasi
dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas
nyeri
19. Tunjukkan
pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
20. Berikan
informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri, Tunjukkan berapa lama nyeri akan
berakhir, bila diketahui
21. Bahas
dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.
E. Evaluasi
1.
Aktivitas pasien dapat optimal sesuai tingkat tolerasi
2.
Informasi kesehatan terpenuhi
3.
Terjadi penurunan hipertermi
4.
Intake nutrisi adekuat
5.
Tidak terjadi kertidakseimbangan cairan dan elektrolit
6.
Penurunan respon nyeri
7.
Penurunan tingkat kecemasan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi virus merupakan infeksi sistemik
oleh virus dsertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan, biokimia serta seluler yang khas.sampai saat ini sudah
teridentifikasi lima tipe hepatitis yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E.
Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yan serupa(jalur fekal
oral)sedangkan hepatitis B, C dan D memiliki banyak karakteristik yang sama.
Insidens hepatitis virus yang terus
meningkat semakin menjadi masalah kesehatan maasyarakat , penyakit tersebut
penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan
menyebabkan penderitanya abse dari sekolah atau bekerja unntuk waktu yang lama.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan
kepada tenaga-tenaga perawat agar
bisa lebih mengerti bentuk-bentuk hepatitis, untuk pembaca agar dapat mengetahui gejala awal
hepatitis dan bagaimana cara
menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan hepatitis, untuk masyarakat
agar bisa menjaga lingkungan agar tetap bersih untuk menghindari penyakit hepatitis,
dan untuk mahasiswa diharapkan agar lebih menguasai tentang penyakit yang
berhubungan dengan Hepatitis.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, sudart, (1997), keperawatan
medical bedah, EGC: Jakarta
Hadim Sujono, (1999), Gastroenterologi, EGC: Bandung
Muttaqin,
Arif,. Kumala Sari.( 2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Salemba Medika : Jakarta.
Maharani,
Sabrina. (2008). Berbagai Ganggua
Kesehatan Pada Anak. Kata Hati: Jakarta.
Smeltzer, Suzanna C.( 1997),Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, salemba
medika. Jakarta
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal, Trans Info Media : Jakarta.
Sasongko,
Rahadyan. (2009). Petunjuk Modern
Kesehatan Keluarga. Panji Pustaka: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar