Kamis, 13 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA KLIEN DENGAN HEPATITIS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia.Tak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk daerah endemis hepatitis virus B (HVB).Tentu saja hal ini menjadi masalah besar karena mempunyai dampak morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan dampak psikososial serta ekonomi. Infeksi HVB pada awal kehidupan (sebelum usia 1 tahun) akan berisiko menjadi kronis sebesar 90%. Sedangkan pada usia 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%, dan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas 5 tahun hanya 5-10% untuk menjadi kronis.
Hepatitis B pada anak biasanya tanpa gejala atau ringan saja, walaupun begitu infeksi pada anak mempunyai risiko jadi kronis.Terutama bila terjadi saat di dalam kandungan.Pada pemeriksaan kadang cuma ditemukan pembesaran hati.Infeksi hepatitis B kronik pada anak dapat berlanjut jadi sirosis dan kanker hati pada saat dewasa.Memang, umumnya infeksi HVB pada anak tak menimbulkan gejala, tapi pada sebagian kecil kasus dapat menimbulkan hepatitis berat yang bisa menyebabkan kematian.
Mengingat hepatitis mempunyai dampak yang buruk bagi anak maka diperlukan perhatian khusus dari orang tua pada anak misalnya dalam pemberian imunisasi pada anak secara tepat waktu dan menjaga kebersihan, dan pengawasan terhadap pola makan anak


1.2  Tujuan
1.2.1      Tujuan umum
Menengetahui dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada hepatitis
1.2.2      Tujuan khusus
1.      Untuk menjelaskan anatomi fisiologi hepar
2.      Untuk menjelaskan pengertian penyakit hepatitis
3.      Untuk menjelaskan etiologi hepatitis
4.      Untuk menjelaskan manifestasi hepatitis
5.      Untuk menjelaskan patofisiologi hepatitis
6.      Untuk menjelaskan pathway hepatitis
7.      Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang hepatitis
8.      Untuk menjelaskan penatalaksanaan hepatitis
9.      Untuk menjelaskan komplikasi hepatitis
10.  Untuk menjelaskan pengkajian Hepatitis
11.  Untuk menjelaskan diagnosa hepatitis
12.  Untuk menjelaskan intervensi hepatitis
13.  Untuk menjelaskan implementasi hepatitis
14.  Untuk menjelaskan evaluasi hepatitis.
1.2.3      Manfaat
1.      Tenaga perawat
a.    Dapat membedakan bentuk-bentuk hepatitis.
b.   Dapat mengkaji gejala hepatitis.
c.    Dapat merencanakan tindakan dalam penennganan hepatitis.
d.   Dapat melaksanakan tindakan dalam perawatan hepatitis.
2.      Mahasiswa
a.    dapat memahami konsep teori dari hepatitis
b.   sebagai bahan pembelajaran untuk mengetahui tentang hepatitis
c.    dapat menerapkan di  lingkungan masyarakat tentang pentingnya menjaga pola hidup, untuk menghindari hepatitis.
d.   dapat mengenali secara dini tanda dan gejala hepatitis dan dapat melakukan penanganan lebih cepat untuk menghindari komplksi lebih lanjut
3.      Masyarakat
a.    Dapat menngenal dan menjaga lingkungan yang dapat menyebabkan hepatitis
b.   Membentuk pola piker masyarakat lebih terarah dalam menjaga kesehatan diri lebih dini.
4.      Pendidikan
a.    Tenaga pendidik mampu menjelaskan tentang konsep teori dan asuhan keperawatan dari hepatitis
b.   Mampu mengarahkan pola pikir mahasiswa dalam menjaga kesehatan lebih dini.












BAB II
TINJAUAN FUSTAKA
2.1  Konsep Teori
A.    New PictureAnatomi Fisiologi Hepar









Gambar 2.1: Anatomi hepar
Sumber: http://ainunhairany.blogspot.com/2011/11/mengenal-bahaya-penyakit-hepatitis.html

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.
Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
New Picture








Gambar 2.2: Sirkulasi Hepar

Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1.      Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan.
2.      Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya.
3.      Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4.      Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5.      Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6.      Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak.
7.      Ekskresi kolesterol dan bilirubin.

B.     Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). akan sama halnya dengan menurut Rahadian Sasongko (2009), yang mengatakan bahwa hepatitis ialah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi karena keracunan.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

C.    Etiologi Hepatitis
Penyebab
Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Type G
Metode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B

Fekal-oral
Kontak dengan darah yang terinfeksi virus HGV

Mirip dengan virus hepatitis c
Keparah-an
Tak ikterik dan asimto- matik
Parah
Menyebar luas, dapat berkem-bang sampai kronis
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut

Sama dengan D

Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, saliva
Melalui darah
Inkubasi(hari)
15-49 hari, rata-rata 30 hari.
28-160 hari. Rata-rata 70-80 hari
15-160 hari
Rata-rata 50 hari
21-140 hari
Rata- rata 35 hari
15-65 hari
Rata-rata 42 hari
15-160 hari
Rata-70-80 hari

imunitas
homologus
homologus
Serangn kedua homologus dapat menunjukkan imunitas yang rendah atau iinfeksi oleh agen lain
homologus
Tidak diketahui
Tidak diketahui

Tanda dan gejala
Dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Fase praikterik:
Sakit kepala, malaise, fatigue, anoreksia, febris.
Fase ikterik: urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera dan kulit, nyeri tekan pada hati.
Dapat terjad tanpa gejala, dapat timbul artralgia, ruam
Serupa dengan HBV,tidak begitu berat dan an ikterik
serupa denngan HBv
Serupa denngan HAV , sanngat  berat pada wanita yang hamil.
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita hepatitis C juga menderita hepatitis ini.
(brunner&sudart, 2002)





D.    Manifestasi klinis
1.      Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas.Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari.Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
2.      Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi.Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3.      Fase Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
E.     Patofisiologi



Gambar 2.3: Hepatitis
Penyebab dari hepatitis A adalah virus dari hepatitis A. penularan virus ini melalui fekal, oral dan replikasi virus terjadi dalam hati.  Penyakit hepatitis A, atau yang dikenal juga dengan penyakit kuning ini. cara penularannya adalah melalui makanan dan minuman yangn tercemar kotoran yang mengandung virus hepatitis A.  HAV ini kemudian diekkresikan lewat empedu.Konsentrasi yang tertinggi didalam fases, khususnya selama dua minggu sebelum ikterus muncul.Anak-anak dan orang dewasa dapat diasumsikan noninfeksius atau minnggu setelah ikterus muncul.Sumber penularan umum adalah dari makanan atau air yang terkontaminasi.Virus hepatitis A terkonsantrasi dan dapat tumbuh dekat dengan outletpembuangan limbah pada sayur mentah. Tingakt infeksi lebih tinggi di daerah dimna transmisi lansung antara fekal oral mungkin terjadi , sepeti tempat penitipan anak, penjara dan dan lembaga mental.transmisi homoseksual mugkin anatara pria homoseksual.
Infeksi virus hepatitis B ditularkan melalui hematogen dan seksual. HBV merupakan virus yang merepplekasikan hepaotropik dihati dan menyebabkan disfungsi sel-sel hati. Hasil dari intraksi ini adalah intraksi rumit host virus yang mengakibbatkan gelala akut mmaupun simtomatik. Pasien mungki dapat menjadi kebal kembali terhadap HBV atau justru mengembagkan carier kroni ske sisi lainya. Kondis patologis yang disebabkan oleh intraksi virus dan  system kekebalan tubuh akan meneyrrang hati dan mengakibatkan cidera sel-sel hati. Sebagai respon terhadap adanya cidera sel oleh bderbagai antigen virus, individu membentuk berbaga macam antibody.Respon aktivasi dari limposit untuk mengenali berbagai HBv dipermukaan hepatosit dan melakukan aktivasi reaksi imunitas.  Suatu gangguan reaksi imunitas(  misalnya pelepsan toksin, produksi antibody atau toleransi relative status imunitas mengakibatkan hepatitis kronisa dan berahir pada kondisi sirosis hepatic.
Transmisi HCV  hampir sama dengan HBV meskipun hepatitis C mempunyai kemampuan untuk merusak sel-sel hati, 80% dari individu dengan penyakit ini tidak memiliki gejal spesifik yang berhubungna dengan gangguan fungsi hati.
Infeksi HDV  akut dan kronis melibatkan proses peradangan hati, HDV dapat bereplekasi secara independenn dalam hepatitis, tetapi membutuhkan antigen permukaan heoatitis B untuk memeberikan respon propagasi. Virus ini melkukan koinveksi dengan HDV juga dapat timbul keudian sehingga infeksi HDV bwrtambah parah.
Infeksi virus hevatitis E ditularkan melalui fekal-oral setelah masuk ke sirkulasi maka target organ dari virus ini adalah sel-sel hepatosis dan menyebabkann cidera pada sel-sel hati. Respon cidera ini terjadi pada seluruh sel-sel hati dan menjadi nekrosis.(arifmuttaqin, komala sari, 2011)





F.     Pathway



G.    Pemeriksaan Penujang
1.      ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2.      Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3.      Leukopenia: Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4.      Diferensia Darah Lengkap: Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5.      Alkali phosfatase: Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6.      Feses; Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7.      Albumin Serum: Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8.      Gula Darah: Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9.      Anti HAVIgM: Positif pada tipe A
10.  HbsAG: Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11.  Masa Protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12.  Bilirubin serum: Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13.  Biopsi Hati: Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
14.  Skan Hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
15.  Urinalisa: Peningkatan kadar bilirubin.
H.    Penatalaksanaan
1.      Pengobatan pada hepatitis virus lebih di tekankan pada tindakan penceghan
2.      Rawat jalan, kecuali dengan pasien mual atau anoreksia yang akan menyebabkan dehidrasi
3.      Memperthankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
4.      Aktifitas fisik yang berlebiha dan berkepanjangan harus dihindari.
5.      Pembatan aktifitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise
6.      Pemeberian interferon alfa pada hepatitis C dapat menurunkan resiko hepatitis kronik
7.      Obat-obat tidak penting harus dihentikan.
I.       Komplikasi
1.      Jangan biasakan anak jajanan SEMBARANGAN.
2.      Jangan biarkan anak anda menggunakan sikat gigi, sisir, handuk, atau gunting kuku, bersama-sama dengan orang lain (mencegah hepatitis B dan C)
3.      Untuk mencegah virus hepatitis A, jagalah higene dan sanitasi lingkungan sekita anak anda dengamn baik.
4.      Selain itu, berhati-hatilah dalam memberikan obat untuk anak. bacalah aturan pakai atau tanyakan pada dokter anak tentang potensi efek samping obat tersebut.
5.      Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
6.      Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan proses nekrotik dihasilkan secara hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal yang lebih dikenal dengan hepatitis fulminan.
7.      Bentuk nekrosis hepatitis secara besar – besaran sangat jarang. Hepatitis kronik terjadi seperti hepatitis B atau hepatitis C. Infeksi sangat tidak mungkin pada agent delta hepatitis ( HDV ), dalam klien dengan penampakan antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin menuju hepatitis kronik yang akut dan kemunduran klinis.
8.      Dalam beberapa kasus hepatitis fulminan dengan kematian mungkin terjadi.
Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus – menerus, inflamasi akut dan fibrosis.

3.1  KONSEP ASUHAN KKEPERWATAN
A.    Pengkajian
        Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
Pengumpulan Data
1)         Anamnesa
a)       Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b)       Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c)       Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat penykit sekarang keluhan pasien pada gejala awal selama periode prodromal, meliputi nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas, penurunan nafsu makan dan gejala dehidrasi. Pada pase ikterik akan akana timbul gejala seperti ikterrus, malaise, urine gelap, pases berwarna terang, dan pruritus.
d)      Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, NAPZA  prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya/ anak-anak yang lainya
e)       Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
f)        Pengkajian psikososial dan spiritual
Dengan hepatitis vital sering merasa bersalah bahwa mereka membawa virus untuk orang lain. Injfeksi adanya penyakit hepatitis dapat menyebabkan kesenjangan sosial, kien akan merasa malu dengan adanya tindakan isolasi dan perasaan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan di rumah. Adanya ras malu inilah menyebabkan klien membatasai interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Klien takut akan penyebarab virus kepada keluarga dan teman. Anggota keluarga klien setiap takut kontak dengan penyakit dan mereka akan menjaga jarak dengan klien. Perawat memberi ijin kepada klien beserta keluarganya untuk saling mengungkapkan perasaannya dan mengetahui penyebab penyebarannya. Tindakan pencegahan berupa isolasi membuat klien beserta keluarganya menjadi gelisah
g)       Pola fungsi kesehatan
Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus hepatitis akan timbul rasa mual, rasa sakit diulu hati, rasa lesu dan lekas capek, . Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhannya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat mengganggu kesehatan hati. (Ignatavicius, Donna D,1995).
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien hepatitis  harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan hati. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah hat Pola Eliminasi
Untuk kasus campak  gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
 Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien hepatitis timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur.  (Doengos. Marilynn E, 2002).
Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya penularan hepatitis dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien hepatitis yaitu timbul pernafasan tidak efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis,  mudah lelah, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien hepatitis daya rabanya meningkat terutama pada bagian ulu hati yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat hepatitis (Ignatavicius, Donna D, 1995).
Pola Penanggulangan Stress
Pada klien hepatitis timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien hepatitis tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.

2)         Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Head to toe dari hepatitis antara lain:.
a.         Kepala
Inspeksi       : Bentuk kepala lonjong, rambut bersih, beruban dan rontok
Palpasi         : Tidak ada massa atau lesi
b.        Mata
Inspeksi       : Isokor (simetris), sklera ikerus +/+, konjungtiva anemis +/+, tidak terdapat area gelap di sekitar mata
c.         Hidung
Inspeksi       : Tidak terdapat polip, pernapasan cuping hidung, tidak ada secret, tidak terpasang alat bantu pernapasan
d.        Mulut dan gigi
Inspeksi       : Mucosa mulut kering, lidah bersih, tidak terdapat caries gigi, bau mulut, bibir pucat
e.         Leher
Inspeksi       : Simetris, tidak ada pembesaran atau benjolan
Palpasi         : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
f.         Dada
Inspeksi       : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi         : Pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi   : Tidak ada suara tambahan seperti wheezing, ronchi
Perkusi         : Sonor
g.        Abdomen
Inspeksi       : Asites, tidak menggunakan nafas abdominal
Palpasi         : Pembesaran hati dan limfa, lingkar abdomen 107cm, melena, edema, nyeri tekan, pelebaran vena
Auskultasi   : Peristaltik usus 8x/ menit
Perkusi         : Bunyi timpan, tidak ada bising usus.
h.        Ekstimitas
1)      Atas
Inspeksi  : Kulit berwarna hitam, terpasang infus RL 20 tetes/menit, tidak terdapat varices, kuku bersih, urine gelap dan pekat.
Palpasi   : Turgor kulit baik, tidak terdapat oedema, kekuatan otot 5/5
2)      Bawah
Inspeksi       : Simetris, warna kulit hitam dan bersih, kuku bersih
Palpasi         : Tidak terdapat oedema, kekuatan otot 5/5, reflek patella +/+, reflek babynsky +/+



Pemeriksaan fisik secara umum. pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis pada survey umum terlihat sakit ringan sampai lemah. TTV biasanya normal atau bisa didapatkan perubahan seperti taki kardi
o   inspeksi:  pase akut ikterus merupakan tanda khas, terutama apada sclera, pada integument mungkin muncul selam fase ikterik dan menghilang selama masa penyembuhan, urine gelap sela kecoklatan seperti kola tau the kental.. Pada masa kronis pasien terlihat kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan didapatkan pedarahan dadri muntah(hematemesis dan melena.
o   Auskultasi: biasanya bising usu normal, tetapi bisa didapatkan peningkatan peningkatan bisisng usus pada anak-anak dan penurunan pada orang dewasa.
o   Perkusi: nyeri ketuk pada kudran kanan atas.
o   Palpasi:nyeri palpasi kuadaran kanan atas mungkin ada. Hepatospelenomegali beriringan dengan dengan gela ikterus.


3)         Analisa data
Symtom
etiologi
Problem
perubahan proses metabolik
 
Ds:nafsu makan menurun.
Do:kelemahan secara umum
penurunan fungsi hati
 
.









Intoletarsi akitifitas
Ds:ketidakfahaman terhadap penyakitnya
Do:Tidak bisa melakukan aktifitas secara normal
kecemasan pemenuhan informasi
 
respon psikologis  interpretasi perawatan, dan penatalaksanaan perawatan
 
Pemenuhan informasi
Ds: suhu tubuh meningkat
Do: demam

respon sistemik
 









Hipertermi
Ds:nafsu makan berkurang.
Do: berat badan menurun
intek nutrisitidak adekuat
 
nutrisi < dr kebutuhan tubuh
 
mual, muntah, kembung, anoreksia
 
respon gastrointestinal
 
Ketidakseimangan  nutrisi
Ds: pasien mengeluh pusing
Do:membrane mukosa terlihat kering
pengeluaran cairan dari muntah
 
.
ketidak seimbangan cairanm dan elektrolit
 
Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Ds: mengeluh nyeri pada abdomen
Do: terlihat pembengkakan pada abdomen
peningkatan nekrosis sel hati
 






Nyeri



B.     Diagnose Keperwatan
1.      Intoletarsi akitifitas berhubungan dengan lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
2.      Pemenuhan informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalasanaan perawatan adan pengobatan, rencana perawatan rumah
3.      Hipertermi berhubungn dengan respon sistemik, pemenuhan cairan tubuh, perubahan metabolism
4.      Ketidakseimangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat
5.      Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, hipokalemia, penurunan intake cairan dan diaphoresis.
6.      nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
C.    Intervensi
Intoletarsi akitifitas berhubungan dengan lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
Tujuan: pasien dapat melakukan perawatan diri yang optimal sesuai tingkat toleransi individu.
Criteria hasil:
1.      Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi
2.      Tidak terjanya komplkasi sekunder, seperti peningkatan suhu tubuh dan diaphoresis
Intervensi
Rasional
1.      Kaji perubhan pada system saraf pusat
2.      Lakukan tirah baring khususny pada masa akut

3.      Berikan linkukan psiologis yang kondusif






4.      Bantu aktifitas sehari-hari

1.      Idendifikasi terhadap penurunan tingkat kesadaran
2.      Menghentikan peradangan sel-sel sampai terjadi peningkata regenersisel hati.
3.      Linngkungan yang tenang akan menurunkan stimulus psikoligis eksternel dan pembatasann dan pembatsan penngujunng akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan dimna akan berkurang apabila banyak pengunjung ruangan
4.      Membantu mmemfasilitasi kebutuhan pasien untuk melakukan perawatan diri

Pemenuhan informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalasanaan perawatan adan pengobatan, rencana perawatan rumah
Tujuan: terpenuhinya informasi kesehatan
Criteria hasil:
1.      Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
2.      Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelsan yang telah diberikan
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat pengetahuan pasien tentangb kondisi penyakit dan rencana perawatan rumah



2.      Kaji sumber yang meningkatkan penerimaan informasi

3.      Beritahu kondisi penykit hepatitis


4.      Berikan informasi pada pasien yang menjalani perawatan rumah meliputi:
·         Anjurkan untk=uk istirahat setelah pulang
·         Beritahu untuk melkukan kontol(follow up)
·         Anjurkan pada keluarga untuk melakukan vaksinasihevatiti
·         Ajarkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan oral
·         Beritahu untuk menghindrai obat yang bdrsifat hehpatoksik
·         Hindari minuman berarkohol
·         Beritahu pasien atau keluarga apabila didapatkan perubahan klinik untuk segera memeriksa diri
1.      Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut , perwata dapat lebih terarah dala memberikan pendidikan yang dengan pengetahuan pasien secra efisien dan efektif
2.      Untuk menurunkan resiko misinterpretasi tentang informasi yang diberikan
3.      Kebersihan umum ynagg terdiri atas menjaga jebersihan, mencuci tangan, minum air yang sudah dimasak,.
4.      Untuk menegtahu perawatan dirumah:
·         Meningkatkan tengaga dan kemampuan beraktifitas
·         Menindaklanjuti studi enzim hati pada interval bulanansamapi pada tingkat normal
·         Mencegah terjani hepatitis
·         Mencegah dehidrasi
·         Hindari obbat-obatan dan zat yang mengandung asetaminopen dan parasetamol serta pareparat yang mengandung asetaminopen
·         Dapat memperberat fungsi hati
·         Untuk mencegah resiko kerusakan hati








Hipertermi berhubungn dengan respon sistemik, pemenuhan cairan tubuh, perubahan metabolisme
Tujuan: Penurunan sushu tubuh.
Criteria hasil:
1.      Suhu tubuh dalam batas normal
2.      Diaporesis berkurang
Intervensi
rasional
1.      Kaji pengetahuan pasien tentang cara dan kelurga tentang cara penurunan suhu tubuh
2.      Lakukan tirah baring pada pase akut



3.      Atur lingkungan yang kondusif

4.      Beri kompres denngan air dinngin pada daerah aksila, lipatan paha, dan tempral bila terjadi panas

5.      Beri dan anjurkan keluarga untuk memakai pakaianyang dapat meneyerap keringat seperti katun
6.      Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melkaukan masase

7.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian ati perik

1.      Sebagai data dasar untuk memberikan intervensi selanjutnya

2.      Akan menurunkan laju metabolisme  yang tinggi pada masa akut , dengan emikian dapat membantu menurunkan suhu tubuh
3.      Memberikan efektifitas terhadap proses peneyembuhan.
4.      Kompres dingin merupan tehik untuk menurukan suhu tubuh dengan meningkatkan efek konduktifitas
5.      Dapat meningkatkan efek evavorasi


6.      Unntuk meninngkatkan aliran darah ke perifer yang akan meningkatkan efek evaporasi
7.      Untuk memblok respon panas sehingga panas tubuh pasien dapat menuru denga cepat.

Ketidakseimangan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat
Tujuan: Pasien akan mempertahankan kebutuha yang adekuat.
Criteria hasil
1.      Mebuat pilihn diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu
2.      Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi
rassional
1.      Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual atau muntah dan diare

2.      Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutriisi




3.      Berui diet sesuai kondisi klinis


4.      Anjurkan makan tiga kali sehari denga diet yang disukai pasien, tetapi tetap menghindari predisposisi peningkatan asan
5.      Berikan makan berlahan dengan lingkunag n yang tenang

6.      Kolaborasi dengan ahli diet uuntuk menetapkan komposi dan jenis diet yang tepat.


7.      Monitor pekembangan berat badan
1.      Untuk menertapkan pilihan intervensi yang tepat





2.      Dengan mengetahuo tingkat pengetahuan tersebut pearwat dapa lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
3.      Pada kondisi  akut dan hepatitis kronis(non sirosis) pemebrian diet tidak ada pembatasan.

4.      Die sering mennguntunngkan dari pada makanan biasa, maka pasien telah dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya.
5.      Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi atau ganggan dari luar.
6.      Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolic pasien.
7.      Penimbangan berat badan sebagai evaluasi terhadap intetvensi yang diberikan.

Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, hipokalemia, penurunan intake cairan dan diaphoresis.
Tujuan: Pasca rehidarasi, intake caitran dan elektrplit optimal
Krteri hasil:
1.      Pasien tidak menegluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
2.      Membrane mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT kurang dari 3 detik
3.      Laboratorium: nilai elektrolit normal, analisa gas darah normal.
4.      Penurunna respon muntah
Ntervensi
rasional
1.      Identifikasi fakor penyebab, awiatan, spesipikasi usia dan adanay riwayat penyakit lain
2.      Kolaborasi skofr dehidrasi


3.      Lakukan pemasangan IVFD


4.      Dokumentasi dengan akurat tentang intake dan output cairan


5.      Bantu pasien apabila muntah



6.      Evaluasi kadar elektrolit serum




7.      Dokumentasikan perubahan klinik dan laorkan dengan tim medis
1.      Memberikan tingakt keprahan dari kondisi ketidakseimbanagn cairan dan elektrolit
2.      Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesui dengan derfajat dehidrasi dari individu.
3.      Pemberian cairan intra vena di sesuaikan dengan derajat dehidrasi.
4.      Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi dan mencegah terjadinya overhidrasi.
5.      Mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase ringan pada pundak un tuk membantu menurunkan respon nyeri dan muntah.
6.      Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dari hilangnya elektrolit dari plasma.
7.      Untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan risiko terjadinya asidosis metabolik.

nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : Diharap nyeri hilang atau teratsi
kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi
rasional
1.      Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri





2.      Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

3.      Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri, Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui


4.      Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi

1.      nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2.      klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3.      klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
4.      kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri



D.    Implementasi
1.      Kaji perubhan pada system saraf pusat
2.      Lakukan tirah baring khususny pada masa akut
3.      Berikan linkukan psiologis yang kondusif
4.      Bantu aktifitas sehari-hari
5.      Kaji tingkat pengetahuan pasien tentangb kondisi penyakit dan rencana perawatan rumah
6.      Kaji sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
7.      Beritahu kondisi penykit hepatitis
8.      Berikan informasi pada pasien yang menjalani perawatan rumah meliputi:
a.       Anjurkan untuk istirahat setelah pulang
b.      Beritahu untuk melkukan kontol(follow up)
c.       Anjurkan pada keluarga untuk melakukan vaksinasihevatiti
d.      Ajarkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan oral
e.       Beritahu untuk menghindrai obat yang bdrsifat hehpatoksik
f.       Hindari minuman berarkohol
9.      Beritahu pasien atau keluarga apabila didapatkan perubahan klinik untuk segera memeriksa diri
10.  Kaji pengetahuan pasien tentang cara dan kelurga tentang cara penurunan suhu tubuh
11.  Lakukan tirah baring pada pase akut
12.  Atur lingkungan yang kondusif
13.  Beri kompres denngan air dinngin pada daerah aksila, lipatan paha, dan tempral bila terjadi panas
14.  Beri dan anjurkan keluarga untuk memakai pakaianyang dapat meneyerap keringat seperti katun
15.  Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melkaukan masase
16.  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian ati perik
8.      Identifikasi fakor penyebab, awiatan, spesipikasi usia dan adanay riwayat penyakit lain
9.      Kolaborasi skofr dehidrasi
10.  Lakukan pemasangan IVFD
11.  Dokumentasi dengan akurat tentang intake dan output cairan
12.  Bantu pasien apabial muntah
13.  Evaluasi kadar elektrolit serum
17.  Dokumentasikan perubahan klinik dan laorkan dengan tim medis
18.  Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
19.  Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
20.  Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri, Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
21.  Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.

E.     Evaluasi
1.      Aktivitas pasien dapat optimal sesuai tingkat tolerasi
2.      Informasi kesehatan terpenuhi
3.      Terjadi penurunan hipertermi
4.      Intake nutrisi adekuat
5.      Tidak terjadi kertidakseimbangan cairan dan elektrolit
6.      Penurunan respon nyeri
7.      Penurunan tingkat kecemasan



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Infeksi virus merupakan infeksi sistemik oleh virus dsertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan, biokimia serta seluler yang khas.sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yan serupa(jalur fekal oral)sedangkan hepatitis B, C dan D memiliki banyak karakteristik yang sama.
Insidens hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan maasyarakat , penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya abse dari sekolah atau bekerja unntuk waktu yang lama.

B.     Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada tenaga-tenaga perawat agar bisa lebih mengerti bentuk-bentuk hepatitis, untuk pembaca agar dapat mengetahui gejala awal hepatitis dan bagaimana cara menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan hepatitis, untuk masyarakat agar bisa menjaga lingkungan agar tetap bersih untuk menghindari penyakit hepatitis, dan untuk mahasiswa diharapkan agar lebih menguasai tentang penyakit yang berhubungan dengan Hepatitis.

DAFTAR  PUSTAKA

Bruner, sudart, (1997), keperawatan medical bedah, EGC: Jakarta

Hadim Sujono, (1999), Gastroenterologi, EGC: Bandung
Muttaqin, Arif,. Kumala Sari.( 2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Salemba Medika : Jakarta.

Maharani, Sabrina. (2008). Berbagai Ganggua Kesehatan Pada Anak. Kata Hati: Jakarta.

Smeltzer, Suzanna C.( 1997),Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, salemba medika. Jakarta

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal, Trans Info Media : Jakarta.

Sasongko, Rahadyan. (2009). Petunjuk Modern Kesehatan Keluarga. Panji Pustaka: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar