LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN POST PARTUM NORMAL
A.
KONSEP DASAR POST PARTUM
1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah
persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr.
Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat
janin antara 1000-2500gr. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer,
seorang anak , ditambah kata parere,
kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara terminasi persalinan
dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil. (Reeder, Martin,
Koniak-Griffin, 2011)
2.
Adaptasi fisiologi dan
psikologis post partum
a. Adaptasi fisiologi post partum (Bobak, 2004)
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama
meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian energi saat melahirkan, dehidrasi
maupun perubahan hormonik, tekanan darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg
dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali per menit.
2)
Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah
persalinan meningkat karena darah sebelumnya dialirkan melalui utero plasenta
dikembalikan ke sirkulasi general. Volume darah biasanya berkurang 300-400 ml
selama proses persalinan spontan. Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum,
pemeriksaan homans negatif.
3)
Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi
setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusat, 1-3 hari
TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas sympisis lebih dari 9
hari TFU tidak teraba.
Macam-macam lochea
berdasarkan jumlah dan warnanya:
a) Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
b) Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah
kecoklatan.
c) Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
d) Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi:
e) Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki,
lebih sedikit pendarahan penyembuhan lebih baik.
f) Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak
digunakan karena lebih aman.
g) Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat
menimbulkan relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
4)
Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara
normal lambat dalam seminggu pertama. Hal ini disebabkan karena penurunan
mortilitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan perineum.
5)
Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen
teregang bertahap selama hamil, menyebabkan hilangnya kekenyalan otot yang
terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut terlihat lembek dan kendor.
6)
Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh
supresi esterogen dan progesteron berkurang maka timbul pengaruh lactogenik dan
prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari
pasca persalinan.
7)
Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami
ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari post partum. Penimbunan
cairan dalam jaringan selama berkemih dikeluarkan melalui diuresis yang
biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan.
b.
Adaptasi psikologi post
partum (Bobak, 2004)
1) Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung
pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri, pasif, belum ingin
kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
2) Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas
pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan bayinya, berlangsung 10
hari.
3) Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru
dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan bayinya meningkat terus, menyadari
bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.
3.
Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1)
Puerpurium
Dini
Yaitu pulihnya ibu
setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap
telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2)
Puerpurium
Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3)
Remote
Puerpurium
Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama kehamilan
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Synopsis Obstetri I, 2002: 115)
4.
Perawatan masa nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru
melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi
perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik
dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke
ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk
kepada ibu dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak
plasenta lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
setelah melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka
bekas guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan
sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1
jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan.
Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih
bila proses persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup
beristirahat, yakni harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah
bersalin. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah
terjadinya risiko timbunan plak di pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli)
akibat terlalu lama tidak bergerak. Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari
ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya boleh pulang. Tahap-tahap untuk
bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada adanya komplikasi persalinan,
nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah melahirkan ibu dianjurkan
untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah memungkinkan. Sesudah
bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk berjalan-jalan, pergi
ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah. Namun
sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24
jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda
halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan
melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak
tersebut, untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang
hebat.
Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri.
Kadang-kadang timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat
persalinan otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin,
disertai pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan
si ibu tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter
(selang kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang
berikutnya diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat
menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4
hari setelah bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan
tinja mengeras, dapat diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma
(pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.
Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI
sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu
yang masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si
bayi akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga
dapat merangsang produksi ASI.
Pada
ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan untuk
kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan,
selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting
susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan
pemeriksaan organ kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan
terakhir, terlebih jika ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. (Fredy Dinata, 2011)
5.
Tanda-tanda bahaya postpartum
a. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
d. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati,
atau masalah penglihatan
e. Pembengkakan di wajah/tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas,
dan atau terasa sakit
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
i.
Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
j.
Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
k.
Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
6.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB
< 10 g%, dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit.
2) Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian
merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan mengumpulkan data –
data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang
ada.
1)
Identitas Klien
a.
Nama Klien
b.
Umur
c.
Suku / Bangsa
d.
Agama
e.
PekerjaanAlamat: Untuk
mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.
2)
Anamnesa (Data Subjektif)
a.
Tanggal / jam
b.
Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian
c.
Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum
hamil dan sesudah hamil
d.
Riwayat persalinan
e.
Riwayat persalinan:
1.
Jenis Pesalinan.
2.
Komplikasi dalam persalinan
3.
Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau
tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
4.
Tali pusat
5.
Perineum
6.
Perdarahan
f.
Proses persalinan Bayi
1.
Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
2.
Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
3.
Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit Pernapasan pada nifas normal 16 –
20 x/menit, suhu normalnya 360 C
4.
BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500
gr, BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
5.
Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
6.
Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.
3)
Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a.
Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
b.
Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional
stabil / tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum
pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
c.
Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
d.
Pemeriksaan fisik
a.
Muka
1)
Kelopak mata : ada edema atau tidak
2)
Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3)
Sklera : Putih atau tidak
b.
Mulut: Lidah bersih
1). Gigi : ada karies atau tidak ada.
c.
Leher
1)
Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
2)
Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
3)
Dada
4)
Jantung : irama jantung teratur.
5)
Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
6)
Payudara
7)
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran
colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
8)
Punggung dan pinggang
9)
Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan
lordosis.
10) CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya
tidak ada.
11) Abdomen
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah
pernah SC atau operasi lain.
e.
Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana
kontraksi uterus, konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post
partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksinya baik. Konsistensinya
keras dan posisi uterus di tengah.
f.
Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau
konsistensi lochea pada umumnya dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada
ibu nifas yang normal 1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau
: dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g.
Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum
terdapat jahitan ataupun bekas jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa
ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
h.
Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba
atau tidak, pada ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i.
Extremitas atas dan bawah
1)
Edema : ada atau tidak
2)
Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3)
Kemerahan : ada atau tidak
4)
Varices : ada atau tidak
5)
Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada hypovitaminase
B1 dan penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)
4)
Uji Diagnostik
a)
Darah: pemeriksaan Hb. HB ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %
b)
Golongan darah
Pemeriksaan
golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko
perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001 yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi shock
berhubungan dengan trauma jalan lahir.
3. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
4. Gangguan eliminasi BAB/BAK
berhubungan dengan ketidaknyamanan post partum.
5. Proses laktasi tidak adekuat berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan payudara.
6. Kurang pengetahuan mengenal
kondisi berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7. Gangguan kebutuhan istirahat berhubungan dengan kelelmahan fisik
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi
keperawatan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan
yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah masalah klien.
Intervensi keperawatan yang mungkin dilakukan pada
pasien dengan Post Partum Normal seperti tabel di bawah ini :
Perencanaan
a.
Dx 1 : Sepsis berhubungan dengan infeksi
Tujuan :
tidak terjadi septikemia.
Intervensi
:
1)
Observasi
tanda-tanda vital setiap 4 jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital
menunjukkan terjadinya infeksi.
2)
Observasi
pengeluaran lochea beserta karakteristiknya.
Rasional
: lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila
lochea purulenta dan berbau busuk menandakan adanya infeksi.
3) Observasi tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor),
perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional
: dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda
infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.
4) Anjurkan pasien untuk melakukan
vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3 kali sehari, apabila
dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Rasiona
: diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman sehingga infeksi tidak
terjadi.
5) Delegatif dalam pemberian
antibiotik.
Rasional : untuk mencegah infeksi
berlanjut.
6) Kolaborasi dalam pemantauan hasil
laboratorium terutama WBC.
Rasional
: WBC merupakan salah satu faktor penunjang untuk mengetahui
terjadinya infeksi.
b.
Dx
2 : Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.
Tujuan :
tidak terjadi infeksi.
Intervensi
:
a. Observasi tanda-tanda vital setiap 8
jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital
menunjukkan tanda infeksi.
b. Observasi pengeluaran lochea beserta
karakteristiknya.
Rasional
: lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila
lochea purulenta dan berbau busuk menandakan adanya infeksi.
c. Monitor tinggi fundus uteri dan
kontraksi uterus.
Rasional
: kegagalan miometrium untuk involusi post partum menandakan
terjadinya infeksi.
d. Observasi tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor),
perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional
: dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini
adanya tanda infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.
e. Jelaskan kepada pasien tanda-tanda
infeksi.
Rasional
: diharapkan pasien mengetahui tanda infeksi sehingga pasien
dapat melaporkan terjadinya tanda infeksi.
f. Anjurkan pasien untuk melakukan
vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3 kali sehari, apabila
dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Rasional
: diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman sehingga infeksi tidak
terjadi.
g. Delegatif dalam pemberian
antibiotik.
Rasional : untuk mencegah infeksi.
h. Kolaborasi dalam pemantauan hasil
laboratorium terutama WBC.
Rasional
: WBC merupakan salah satu faktor penunjang untuk mengetahui
terjadinya infeksi.
c.
Dx
: 3 Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan penurunan
masukan/pergantian tidak adekuat, peningkatan haluaran urine dan kehilangan
tidak kasat mata meningkat misalnya perdarahan.
Tujuan :
tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Intervensi
:
a. Observasi adanya rasa haus.
Rasional
: rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan melalui peningkatan
rasa haus.
b. Kaji masukan cairan dan haluaran
urine.
Rasional :
membantu dalam analisa keseimbangan cairan.
c. Kaji turgor kulit dan kelembaban
membran mukosa (bibir).
Rasional :
merupakan indikator langsung keadekuatan cairan.
d. Anjurkan pasien untuk minum ± 2500
ml/hari.
Rasional
: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
e. Observasi lokasi dan kontraksi
uterus, jumlah lochea setelah 2 jam pada 8 jam pertama kemudian 8 jam untuk
waktu selanjutnya.
Rasional
: uterus yang rileks atau menonjol dengan peningkatan aliran
lochea dapat diakibatkan dari kelelahan miometrium atau tertahannya jaringan
plasenta.
f. Observasi tanda-tanda vital
(khususnya suhu).
Rasional
: suhu merupakan salah satu indikator kekurangan cairan dalam tubuh.
d.
Dx
: 4 Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi.
Tujuan :
nyeri berkurang.
Intervensi
:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10).
Rasional
: membantu dan mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital,
khususnya peningkatan nadi.
Rasional
: peningkatan tanda-tanda vital (nadi) dapat menandakan
peningkatan nyeri.
c. Ajarkan teknik distraksi (menonton
TV) dan relaksasi (nafas dalam).
Rasional
: dapat merelaksasikan otot-otot dan mengalihkan perhatian pasien
sehingga rasa nyeri berkurang.
d. Observasi perbaikan episiotomi dan
penyatuan perbaikan luka, perhatikan adanya edema dan haemoroid.
Rasional
: trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan.
e. Beri posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya (dalam posisi miring atau terlentang).
Rasional
: meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian.
f. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik.
Rasional
: anlgetik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk
menurunkan persepsi nyeri.
e.
Dx
: 5 Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis.
Tujuan :
pasien dapat BAK secara normal.
Intervensi
:
a. Kaji masukan cairan dan haluaran
urine.
Rasional
: persalinan lama dan pergantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan
dehidrasi dan menurunkan haluaran urine.
b. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam
pasca partum dan setiap 4 jam setelahnya.
Rasional
: kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus.
c. Kaji adanya edema pada luka
episiotomi.
Rasional
: trauma kandung kemih atau uretra dan edema dapat mengganggu berkemih.
d. Ajarkan klien teknik Kegel exercise
setiap hari.
Rasional
: kegel exercise 100 kali sehari meningkatkan sirkulasi pada perinium membantu
penyembuhan dan penyembuhan tonus otot pubokoksigeal.
e. Anjurkan minum 6-8 gelas/hari.
Rasional
: membantu mencegah statis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu
melahirkan.
f.
Dx
: 6 Menyusui tak efektif berhubungan dengan riwayat menyusui yang gagal.
Tujuan : menyusui
efektif.
Intervensi
:
a. Kaji pengetahuan ibu tentang
laktasi.
Rasional :
mengetahui pemahaman ibu mengenai laktasi.
b. Ajarkan ibu cara meyusui yang benar.
Rasional : meningkatkan pengetahuan
tentang cara menyusui.
c. Beri penjelasan tentang pentingnya
laktasi.
Rasional : laktasi
meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
d. Ajarkan mengenai perawatan payudara.
Rasional
: membersihkan puting susu dan melancarkan pengeluaran ASI.
g.
Dx
: 7 Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan,
ketidakefektifan dan tidak tersedia modal peran.
Tujuan : pasien
dapat beradaptasi dengan peran barunya sebagai orang tua.
Intervensi
:
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia,
status perkawinan, ketersediaan pendukung.
Rasional
: mengidentifikasi faktor-faktor risiko, potensial dan sumber-sumber
pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien atau pasangan untuk menjadi orang
tua.
b. Evaluasi sifat menjadi orang tua
secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien.
Rasional
: peran menjadi orang tua dapat dipelajari dan individu
pemakai peran orang tua mereka sendiri menjadi model peran.
c. Evaluasi status fisik masa lalu dan
saat ini.
Rasional
: kejadian seperti persalinan preterm, hemorargi, infeksi atau adanya
komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
d. Berikan rawat bersama dan privasi
untuk kontak di antara ayah dn bayinya.
Rasional
: memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
h.
Dx
: 8 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, tranmisi/kontak
interpersonal, kurang pengetahuan tentang rutinitas pra operasi.
Tujuan :
ansietas berkurang sampai hilang.
Intervensi
:
a. Tentukan tingkat ansietas pasien dan
sumber dari masalah.
Rasional : mengetahui tingkat
kecemasan pasien.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasi
mekanisme koping yang lazim.
Rasional
: membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru
mengurangi perasaan ansietas.
c. Beri informasi yang akurat tentang
keadaan pasien dan bayi.
Rasional
: kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat
ansietas.
i.
Dx
: 9 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
post partum.
Tujuan :
pengetahuan pasien meningkat.
Intervensi
:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
tentang perawatan post partum.
Rasional
: untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang
cara perawatan post partum.
b. Beri rencana penyuluhan tertulis
dengan menggunakan format standarisasi.
Rasional
: membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima orang
tua dari perawat.
c. Berikan penyuluhan yang berhubungan
dengan perawat post partum seperti : cara perawatan payudara, merawat tali
pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional
: menambah pengetahuan pasien tentang perawatan post partum seperti :
cara perawatan payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara cebok
yang benar.
d. Demonstrasikan cara perawatan
payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional
: demonstrasikan akan lebih mengingatkan pasien tentang penjelasan yang
diberikan.
e. Evaluasi kembali penjelasan yang
telah diberikan kepada pasien tentang perawatan post partum.
Rasional
: untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pasien pada penjelasan yang
diberikan.
f. Libatkan keluarga dalam perawatan
post partum.
Rasional :
dapat meningkatkan rasa percaya dalam pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi
keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi
merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,
Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta:
EGC
Dinata,
Fredy. 2011. Perawatan Masa Nifas. (online: http://www.rsazra.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109&Itemid=2, diakses tanggal 12 April 2012)
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta
: Puspa Swara.
Moctar
Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta
Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas volume 2.
Jakarta: EGC
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta :
YBP-SP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar