Minggu, 06 Mei 2018

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN POST PARTUM NORMAL


LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN POST PARTUM NORMAL
A.  KONSEP DASAR POST PARTUM
1.    Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000gr. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500gr. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer, seorang anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil. (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011)
2.      Adaptasi fisiologi dan psikologis post partum
a.    Adaptasi fisiologi post partum (Bobak, 2004)
1)   Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan darah stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali per menit.
2)      Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan. Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.



3)      Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas sympisis lebih dari 9 hari TFU tidak teraba.
Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:
a)    Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
b)   Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.
c)    Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
d)   Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
Macam-macam episiotomi:
e)    Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih sedikit pendarahan penyembuhan lebih baik.
f)    Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena lebih aman.
g)   Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
4)      Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan perineum.
5)      Sistem muskuloskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut terlihat lembek dan kendor.
6)      Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang maka timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
7)      Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan.
b.      Adaptasi psikologi post partum (Bobak, 2004)
1)   Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.
2)   Fase taking hold
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan bayinya, berlangsung 10 hari.
3)   Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan bayinya meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.
3.      Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1)      Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.
2)      Puerpurium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3)      Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (Synopsis Obstetri I, 2002: 115)

4.      Perawatan masa nifas
               Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir, dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan.
               Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat, yakni harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak. Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah memungkinkan. Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa lelah. Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur selama 24 jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak tersebut, untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang hebat.
               Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan otot-otot kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai pembengkakan kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu tidak dapat buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter (selang kencing), untuk mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang berikutnya diikuti dengan latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan terjadinya infeksi, sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah bersalin, ibu harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.
               Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang masih berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi akan berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat merangsang produksi ASI.
Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan untuk kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan, selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan organ kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan terakhir, terlebih jika ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan.  (Fredy Dinata, 2011)
5.      Tanda-tanda bahaya postpartum
a.    Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
b.    Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
c.    Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
d.   Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
e.    Pembengkakan di wajah/tangan
f.      Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
g.    Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
h.    Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
i.      Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
j.          Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
k.        Merasa sangat letih/nafas terengah-engah
6.      Pemeriksaan Diagnostik
1)   Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%, dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit.
2)   Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.























KONSEP DASAR ASUHAN  KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
1)        Identitas Klien

a.          Nama Klien

b.         Umur

c.          Suku / Bangsa

d.         Agama

e.          PekerjaanAlamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.

2)        Anamnesa (Data Subjektif)
a.    Tanggal / jam
b.    Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan pengkajian
c.    Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil dan sesudah hamil
d.   Riwayat persalinan
e.    Riwayat persalinan:
1.        Jenis Pesalinan.
2.        Komplikasi dalam persalinan
3.        Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
4.        Tali pusat
5.        Perineum
6.        Perdarahan
f.     Proses persalinan Bayi
1.        Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
2.        Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
3.        Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit  Pernapasan pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 360 C
4.        BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr, BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
5.        Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
6.        Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh. Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.
3)        Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
a.         Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal biasanya baik.
b.         Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
c.         Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
d.        Pemeriksaan fisik
a.         Muka
1)          Kelopak mata : ada edema atau tidak
2)          Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3)          Sklera : Putih atau tidak
b.        Mulut: Lidah bersih
1). Gigi : ada karies atau tidak ada.
c.         Leher
1)      Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
2)      Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
3)      Dada
4)      Jantung : irama jantung teratur.
5)      Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
6)      Payudara
7)      Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
8)      Punggung dan pinggang
9)      Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan lordosis.
10)  CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
11)  Abdomen
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain.
e.         Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
f.          Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g.         Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
h.         Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i.           Extremitas atas dan bawah
1)   Edema         : ada atau tidak
2)   Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3)   Kemerahan : ada atau tidak
4)   Varices : ada atau tidak
5)   Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)

4)        Uji Diagnostik
a)         Darah: pemeriksaan Hb. HB ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %
b)        Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi.
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001 yaitu :
1.    Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2.    Resiko tinggi shock berhubungan dengan trauma jalan lahir.
3.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
4.    Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan ketidaknyamanan post partum.
5.    Proses laktasi tidak adekuat berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan payudara.
6.    Kurang pengetahuan mengenal kondisi berhubungan dengan kurangnya informasi.
7.    Gangguan kebutuhan istirahat berhubungan dengan kelelmahan fisik
3.      Intervensi Keperawatan
               Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah  masalah klien.
Intervensi keperawatan yang mungkin dilakukan pada pasien dengan Post Partum Normal seperti tabel di bawah ini :


Perencanaan
a.        Dx 1 : Sepsis berhubungan dengan infeksi
Tujuan : tidak terjadi septikemia.
Intervensi :
1)      Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital menunjukkan terjadinya infeksi.
2)      Observasi pengeluaran lochea beserta karakteristiknya.
Rasional    :  lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila lochea purulenta dan berbau busuk menandakan adanya infeksi.
3)      Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional : dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.
4)      Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3 kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Rasiona     :  diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman sehingga infeksi tidak terjadi.
5)      Delegatif dalam pemberian antibiotik.
Rasional : untuk mencegah infeksi berlanjut.
6)      Kolaborasi dalam pemantauan hasil laboratorium terutama WBC.
Rasional    :  WBC merupakan salah satu faktor penunjang untuk mengetahui terjadinya infeksi.
b.        Dx 2 : Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit.
Tujuan : tidak terjadi infeksi.
Intervensi :
a.       Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam (khususnya suhu).
Rasional : peningkatan tanda vital menunjukkan tanda infeksi.
b.      Observasi pengeluaran lochea beserta karakteristiknya.
Rasional    :  lochea secara normal mempunyai bau amis, namun apabila lochea purulenta dan berbau busuk menandakan adanya infeksi.
c.       Monitor tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus.
Rasional    :  kegagalan miometrium untuk involusi post partum menandakan terjadinya infeksi.
d.      Observasi tanda-tanda infeksi seperti kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), perubahan fungsi (fungsiolaesa).
Rasional    :  dengan observasi tanda infeksi dapat diketahui secara dini adanya tanda infeksi sehingga bisa dicegah secara dini.
e.       Jelaskan kepada pasien tanda-tanda infeksi.
Rasional    :  diharapkan pasien mengetahui tanda infeksi sehingga pasien dapat melaporkan terjadinya tanda infeksi.
f.       Anjurkan pasien untuk melakukan vulva hygiene 2 kali sehari dan mengganti pembalut 3 kali sehari, apabila dirasa penuh serta cebok yang benar setiap habis BAK.
Rasional    :  diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan kuman sehingga infeksi tidak terjadi.
g.      Delegatif dalam pemberian antibiotik.
Rasional : untuk mencegah infeksi.
h.      Kolaborasi dalam pemantauan hasil laboratorium terutama WBC.
Rasional    :  WBC merupakan salah satu faktor penunjang untuk mengetahui terjadinya infeksi.
c.         Dx : 3 Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan penurunan masukan/pergantian tidak adekuat, peningkatan haluaran urine dan kehilangan tidak kasat mata meningkat misalnya perdarahan.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Intervensi :
a.       Observasi adanya rasa haus.
Rasional    :  rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan melalui peningkatan rasa haus.
b.      Kaji masukan cairan dan haluaran urine.
Rasional    :  membantu dalam analisa keseimbangan cairan.
c.       Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa (bibir).
Rasional    :  merupakan indikator langsung keadekuatan cairan.
d.      Anjurkan pasien untuk minum ± 2500 ml/hari.
Rasional    :  pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
e.       Observasi lokasi dan kontraksi uterus, jumlah lochea setelah 2 jam pada 8 jam pertama kemudian 8 jam untuk waktu selanjutnya.
Rasional    :  uterus yang rileks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat diakibatkan dari kelelahan miometrium atau tertahannya jaringan plasenta.
f.       Observasi tanda-tanda vital (khususnya suhu).
Rasional    :  suhu merupakan salah satu indikator kekurangan cairan dalam tubuh.
d.        Dx : 4 Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaritan luka episiotomi.
Tujuan : nyeri berkurang.
Intervensi :
a.       Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10).
Rasional : membantu dan mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan pasien.
b.      Observasi tanda-tanda vital, khususnya peningkatan nadi.
Rasional    :  peningkatan tanda-tanda vital (nadi) dapat menandakan peningkatan nyeri.
c.       Ajarkan teknik distraksi (menonton TV) dan relaksasi (nafas dalam).
Rasional    :  dapat merelaksasikan otot-otot dan mengalihkan perhatian pasien sehingga rasa nyeri berkurang.
d.      Observasi perbaikan episiotomi dan penyatuan perbaikan luka, perhatikan adanya  edema dan haemoroid.
Rasional    :  trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan.
e.       Beri posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya (dalam posisi miring atau terlentang).
Rasional    : meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian.
f.       Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional    :  anlgetik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk menurunkan persepsi nyeri.
e.         Dx : 5 Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis.
Tujuan : pasien dapat BAK secara normal.
Intervensi :
a.       Kaji masukan cairan dan haluaran urine.
Rasional : persalinan lama dan pergantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi dan menurunkan haluaran urine.
b.      Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca partum dan setiap 4 jam setelahnya.
Rasional : kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus.
c.       Kaji adanya edema pada luka episiotomi.
Rasional : trauma kandung kemih atau uretra dan edema dapat mengganggu berkemih.
d.      Ajarkan klien teknik Kegel exercise setiap hari.
Rasional : kegel exercise 100 kali sehari meningkatkan sirkulasi pada perinium membantu penyembuhan dan penyembuhan tonus otot pubokoksigeal.
e.       Anjurkan minum 6-8 gelas/hari.
Rasional : membantu mencegah statis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
f.         Dx : 6 Menyusui tak efektif berhubungan dengan riwayat menyusui yang gagal.
Tujuan : menyusui efektif.
Intervensi :
a.       Kaji pengetahuan ibu tentang laktasi.
Rasional    :  mengetahui pemahaman ibu mengenai laktasi.
b.      Ajarkan ibu cara meyusui yang benar.
Rasional : meningkatkan pengetahuan tentang cara menyusui.
c.       Beri penjelasan tentang pentingnya laktasi.
Rasional    : laktasi meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat.
d.      Ajarkan mengenai perawatan payudara.
Rasional    : membersihkan puting susu dan melancarkan pengeluaran ASI.
g.        Dx : 7 Perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan tidak tersedia modal peran.
Tujuan    :  pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya sebagai orang tua.
Intervensi :
a.       Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan pendukung.
Rasional    :  mengidentifikasi faktor-faktor risiko, potensial dan sumber-sumber pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien atau pasangan untuk menjadi orang tua.
b.      Evaluasi sifat menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien.
Rasional    :  peran menjadi orang tua dapat dipelajari dan individu pemakai peran orang tua mereka sendiri menjadi model peran.
c.       Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini.
Rasional    :  kejadian seperti persalinan preterm, hemorargi, infeksi atau adanya komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
d.      Berikan rawat bersama dan privasi untuk kontak di antara ayah dn bayinya.
Rasional    :  memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
h.        Dx : 8 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri, tranmisi/kontak interpersonal, kurang pengetahuan tentang rutinitas pra operasi.
Tujuan : ansietas berkurang sampai hilang.
Intervensi :
a.       Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.
Rasional : mengetahui tingkat kecemasan pasien.
b.      Bantu pasien dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim.
Rasional    :  membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru mengurangi perasaan ansietas.
c.       Beri informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
Rasional    :  kurangnya informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.
i.          Dx : 9 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan post partum.
Tujuan : pengetahuan pasien meningkat.
Intervensi :
a.       Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan post partum.
Rasional    :  untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien tentang cara perawatan post partum.
b.      Beri rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format standarisasi.
Rasional    :  membantu menjamin kelengkapan informasi yang diterima orang tua dari perawat.
c.       Berikan penyuluhan yang berhubungan dengan perawat post partum seperti : cara perawatan payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional    :  menambah pengetahuan pasien tentang perawatan post partum seperti : cara perawatan payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
d.      Demonstrasikan cara perawatan payudara, merawat tali  pusat, memandikan bayi dan cara cebok yang benar.
Rasional    :  demonstrasikan akan lebih mengingatkan pasien tentang penjelasan yang diberikan.
e.       Evaluasi kembali penjelasan yang telah diberikan kepada pasien tentang perawatan post partum.
Rasional    :  untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pasien pada penjelasan yang diberikan.
f.       Libatkan keluarga dalam perawatan post partum.
Rasional    :  dapat meningkatkan rasa percaya dalam pasien.
4.      Implementasi Keperawatan
               Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
5.      Evaluasi
               Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.      










DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Dinata, Fredy. 2011. Perawatan Masa Nifas. (online: http://www.rsazra.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109&Itemid=2, diakses tanggal 12 April 2012)
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara.
Moctar Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta
Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas volume 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar