LAPORAN PENDAHULUAN
A.
Masalah Utama
Halusinasi
B.
Proses Terjadinya Masalah
1.
Pengertian
Halusinasi
adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan
kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai
realitas.(Sunaryo, 2004)
Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan
persepsi tanpa ada rangsangan dari luar ekternal.
Tanda dan Gejala:
1. Bicara, senyum, tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengarkan suara,
melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata
dan tidak nyata
5. Tidak dapat memusatkan perhatian atau
konsentrasi.
6. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
7. Pembicaraan kacau kadang tak masuk
akal.
8. Menarik diri menghindar dari orang
lain.
9. Sulit membuat keputusan.
10. Ketakutan.
11. Tidak mau melaksanakan asuhan
mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi.
12. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
13. Menyalahkan diri atau orang lain.
14. Muka marah kadang pucat.
15. Ekspresi wajah tegang.
16. Tekanan darah meningkat.
17. Nafas terengah-engah.
18. Nadi cepat
19. Banyak keringat.
2.
Penyebab
Yang
menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah
diri dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri
dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya.
Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien
lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus
eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala :
ü Aspek
fisik :
·
Makan
dan minum kurang
·
Tidur
kurang atau terganggu
·
Penampilan
diri kurang
·
Keberanian
kurang
ü Aspek emosi :
·
Bicara
tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
·
Merasa
malu, bersalah
·
Mudah
panik dan tiba-tiba marah
ü Aspek sosial
·
Duduk
menyendiri
·
Selalu
tunduk
·
Tampak
melamun
·
Tidak
peduli lingkungan
·
Menghindar
dari orang lain
·
Tergantung
dari orang lain
ü Aspek intelektual
·
Putus
asa
·
Merasa
sendiri, tidak ada sokongan
·
Kurang
percaya diri
3.
Akibat
Klien
yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya
dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan
penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan
bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
Tanda dan gejala :
-
Muka
merah
-
pandangan
tajam
-
Otot
tegang
-
Nada
suara tinggi
-
Berdebat
-
Memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
C.
Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
|
||||
Isolasi
sosial : menarik diri
D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori
perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik
diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
-
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
-
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
-
Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data
Objektif :
-
Mata merah,
wajah agak merah.
-
Nada suara
tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
-
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
-
Merusak dan melempar barang‑barang.
b. Perubahan sensori
perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
-
Klien mengatakan mendengar
bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
-
Klien mengatakan melihat
gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
-
Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
-
Klien merasa makan sesuatu
-
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
-
Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
-
Klien ingin memukul/melempar
barang-barang
Data Objektif :
-
Klien berbicara dan tertawa sendiri
-
Klien bersikap seperti
mendengar/melihat sesuatu
-
Klien berhenti bicara
ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
-
Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik
diri
Data Subyektif :
Klien
mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien
terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat
tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
E.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori
persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik
diri
F.
Rencana Tindakan
Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi
halusinasi
Tujuan umum : Klien
tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan
saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya
Tindakan :
a.
Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan
sopan
3) Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa adanya
7)
Berikan perhatian kepada
klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2.
Klien
dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a.
Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap
b.
Observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke
kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
c.
Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara
yang didengar
2) Apa yang dikatakan
halusinasinya
3) Katakan perawat percaya
klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
4)
Katakan bahwa klien lain juga ada yang
seperti itu
5)
Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang
menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri
kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
a.
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b.
Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat ber pujian
c.
Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi:
1)
Katakan “ saya tidak mau
dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
4)
Meminta
keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
d.
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara
bertahap
e.
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f.
Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g.
Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi,
realita, stimulasi persepsi
4.
Klien mendapat dukungan dari
keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a.
Anjurkan klien untuk
memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b.
Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
1) Gejala halusinasi yang
dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu
follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan
resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien
memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
a.
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
b.
Anjurkan klien meminta
sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c.
Anjurkan klien bicara dengan
dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan
d.
Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e.
Bantu klien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar.
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori
persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan
saling percaya
Tindakan :
a.
Bina hubungan saling
percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik,
tempat dan waktu.
b.
Beri perhatian dan
penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c.
Dengarkan dengan empati: beri
kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2.
Klien dapat menyebutkan
penyebab menarik diri
Tindakan :
a.
Kaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b.
Beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
c.
Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
d.
Berikan pujian terhadap
kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3.
Klien dapat menyebutkan
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
Tindakan :
a.
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang
lain
2)
Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain
3)
Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
b.
Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
2) Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3)
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien
dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a.
Kaji kemampuan klien membina
hubungan dengan orang lain
b.
Dorong
dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
-
K – P
-
K – P – P lain
-
K – P – P lain – K lain
-
K – Kel/Klp/Masy
c.
Beri reinforcement positif
terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d.
Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat berhubungan
e.
Diskusikan jadwal harian
yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f.
Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan ruangan
g.
Beri reinforcement positif
atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5.
Klien dapat mengungkapkan
perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a.
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b.
Diskusikan dengan klien
tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
c.
Beri reinforcement positif
atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan
oranglain
6.
Klien dapat memberdayakan
sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a.
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
-
Salam, perkenalan diri
-
Jelaskan tujuan
-
Buat kontrak
-
Eksplorasi perasaan klien
b.
Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang :
-
Perilaku menarik diri
-
Penyebab perilaku menarik diri
-
Akibat yang terjadi jika
perilaku menarik diri tidak ditanggapi
-
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c.
Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain
d.
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
e.
Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai
oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku
Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz
R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar
Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
A. Kondisi Klien
Petugas
mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum
sendiri
Klien
mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas
serta melihat setan-setan.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan
persepsi sensori: halusinasi dengar
C. Tujuan
Tujuan
tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara
optimal
D.
Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP
1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi
ORIENTASI:
”Selamat
pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat bapak Nama
Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak Senang
dipanggil apa?”
”Bagaimana
perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah,
bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah
bapak mendengar suara tanpa ada
ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
”
Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat
bersama dengan orang lain?”
”
Apa yang bapak rasakan pada saat
mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara
itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
”
bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana
kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya
sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus
bapak sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana
perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu
lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang
kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah,
sampai jumpa.”
SP
2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang
telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi
saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan:
bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu
bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba
sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa
cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua
cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah
nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi
saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau
di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
SP 3 Pasien : Melatih
pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana
perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara
yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari
ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang
tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak
lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan
kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah
suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi
sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba
sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai
jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang
nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien
menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana
perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara
yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah
pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang
obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah
minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat
sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya
bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus
cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan
sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00.
sampai jumpa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar