LAPORAN
PENDAHULUAN
1.
Masalah Utama
Resiko
Perilaku Kekerasan
2.
Proses Terjadinya
Masalah
A.
Pengertian
Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan konstrukstif pada waktu terjadi akan
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang
sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada
dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat
adanya frustasi yang dirasakan
sebagai pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara
verbal sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak
adekuat (Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.
Tanda
dan gejala :
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8) Mengancam secara verbal atau fisik
9) Melempar atau memukul benda atua orang
lain
10) Merusak barang atau benda
11) Tidak memiliki kemampuan mencegah atau
mengendalikan oerilaku kekerasan
B.
Penyebab
Perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
1)
Rasa bersalah terhadap
diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
2)
Gangguan hubungan sosial
(menarik diri)
3)
Percaya diri kurang
(sukar mengambil keputusan)
4)
Mencederai diri (akibat
dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan
mengakiri kehidupannya.
C.
Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan
tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga
klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang
ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian
meliputi :
1)
Wawancara
: diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan
oleh klien.
2)
Observasi
: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan
sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika
tidak senang.
3. Pohon
Masalah
|
||||||
4. Masalah
Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a.
Masalah keperawatan:
1)
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
2)
Perilaku kekerasan / amuk
3)
Gangguan Harga Diri :
Harga Diri Rendah
4)
Koping Individu Tidak
Efektif
b.
Data yang perlu dikaji pada masalah
keperawatan perilaku kekerasan
1)
Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang‑barang.
2)
Perilaku
kekerasan / amuk
Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Data Obyektif ;
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak
dan melempar barang‑barang.
3)
Gangguan
harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
a)
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak
bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
b)
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.
5. Diagnosa
Keperawatan
A. Resiko Perilaku
kekerasan
B. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
6. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa
1 : Resiko Perilaku
Kekerasan
TujuanUmum :
Klien
terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan
Khusus :
1.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya.
Tindakan:
a.
Bina hubungan saling
percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
b.
Panggil klien dengan
nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.
Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a.
Beri
kesempatan mengungkapkan perasaan.
b.
Bantu klien mengungkapkan perasaan
jengkel / kesal.
c.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3.
Klien dapat
mengidentifikasi tanda‑tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a.
Anjurkan klien
mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b.
Observasi tanda perilaku
kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda‑tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4.
Klien
dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a.
Anjurkan mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b.
Bantu bermain peran
sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c.
Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?"
5.
Klien dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a.
Bicarakan
akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b.
Bersama klien
menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c.
Tanyakan apakah ingin
mempelajari cara baru yang sehat.
6.
Klien
dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
a.
Beri pujian jika
mengetahui cara lain yang sehat.
b.
Diskusikan cara lain
yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c.
Secara verbal : katakan
bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara
mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a.
Bantu memilih cara yang
paling tepat.
b.
Bantu mengidentifikasi
manfaat cara yang telah dipilih.
c.
Bantu mensimulasikan
cara yang telah dipilih.
d.
Beri reinforcement
positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e.
Anjurkan menggunakan
cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a.
Beri pendidikan
kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
b.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga.
9.
Klien dapat menggunakan
obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat
(nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
b. Bantu klien mengunakan obat dengan
prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum
:
Klien
tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya.
Tindakan:
a.
Bina hubungan saling
percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
b.
Panggil klien dengan
nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2.
Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
b.
Hindari penilaian negatif detiap
pertemuan klien
c.
Utamakan pemberian pujian yang realitas
3.
Klien mampu menilai
kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
a.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
b.
Diskusikan pula kemampuan yang dapat
dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.
Klien dapat merencanakan
kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a.
Rencanakan bersama klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang klien lakukan.
c.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
5.
Klien
dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a.
Beri klien kesempatan mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
b.
Beri pujian atas keberhasilan klien
c.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
rumah
6.
Klien
dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a.
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien
b.
Bantu keluarga memberi dukungan selama
klien dirawat
c.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
d.
Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga
Diagnosa
II : Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Tujuan
umum :
-
Pasien
tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan
khusus :
-
Pasien
mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
-
Pasien
mampu mengungkapkan perasaannya
-
Pasien
mampu meningkatkan harga dirinya
-
Pasien
mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan
:
-
Mendikusikan
cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang laain dan lingkungan
-
Meningkatkan
harga diri pasien dengan cara :
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan
yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
-
Tingkatkan
kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Keliat Budi Ana, Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric
Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa,
Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Townsend, M.C. 1998. Buku
saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.
STRATEGI
PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
A.
Kondisi klien :
B.
Diagnosa Keperawatan
Risiko
Perilaku Kekerasan
C.
Tujuan
1.
Pasien
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2.
Pasien
dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3.
Pasien
dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4.
Pasien
dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5.
Pasien
dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6.
Pasien
dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
D.
Tindakan
1.Bina hubungan saling percaya
Dalam
membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a.
Mengucapkan
salam terapeutik
b.
Berjabat
tangan
c.
Menjelaskan
tujuan interaksi
d.
Membuat
kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2.
Diskusikan
bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3.
Diskusikan
perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a.
Diskusikan
tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b.
Diskusikan
tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c.
Diskusikan
tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d.
Diskusikan
tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e.
Diskusikan
tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4.
Diskusikan bersama pasien perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara :
a.
Verbal
b.
terhadap
orang lain
c.
terhadap
diri sendiri
d.
terhadap
lingkungan
5.
Diskusikan
bersama pasien akibat perilakunya
6.
Diskusikan
bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a.
Fisik:
pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b.
Obat
c.
Social/verbal:
menyatakan secara asertif rasa marahnya
d.
Spiritual:
sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7.
Latih
pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik :
a.
Latihan
nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b.
Susun
jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8.
Latih
pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a.
Latih
mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b.
Susun
jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9.
Latih
mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :
a.
Latih
mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b.
Buat
jadwal latihan sholat, berdoa
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum
obat :
a.
Latih
pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b.
Susun
jadwal minum obat secara teratur
11. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku
Kekerasan
E.
Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP
1 Pasien :
Membina
hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala
yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
Orientasi:
“Selamat Pagi pak,
perkenalkan nama saya Agung Nugroho, panggil saya Agung
saya mahasiswa Keperawatan dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
yang akan praktek disini selama 2 minggu. Hari
ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak
selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang
sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk
berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah
sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah
dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa
yang bapak rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan
kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol
kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan
fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana
kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak,
kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari
hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus
sekali, bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan
secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah
terbiasa melakukannya”
Terminasi
:
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah
perbincangan ini mau diakhiri atau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah
berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........
(sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada,
ingat-ingat lagi penyebab marah bapak
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan
jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang
kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan
napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang
lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
|
SP
2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik ke-2
a.
Evaluasi
latihan nafas dalam
b.
Latih
cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c.
Susun
jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi :
“Selamat
Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang
lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana
perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik,
sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan
fisik untuk cara yang kedua”
“Mau
berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana
kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja :
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur
dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Kekesalan
lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah
cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika
ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya”
Terminasi :
“Bagaimana
perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada
berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak,
mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik
nafas dalam ini?”
“Besok
pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
|
SP 3 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal :
a.
Evaluasi
jadwal harian untuk dua cara fisik
b.
Latihan
mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c.
Susun
jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Orientasi :
“Selamat Pagi
pak,
sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan
latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya
dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa
melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan
cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita
berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang
baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas
dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara
dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak: Meminta dengan baik tanpa marah dengan
nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak
bilang penyebab marahnya karena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu,
saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta
baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
Menolak dengan baik, jika ada yang
menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada
perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi
ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara
yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita
masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang
baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba
masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu
lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara
lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju?
Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
|
SP 4 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a.
Diskusikan
hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal
b.
Latihan
sholat/berdoa
c.
Buat
jadual latihan sholat/berdoa
Orientasi :
“Selamat Pagi pak, sesuai
dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau
di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?
Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah
yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah,
kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda
juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba
Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya”
Terminasi :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita
pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual
kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat
....... dan ........ (sesuai
kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak
lakukan bila bapak merasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan
cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam
berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara
penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
|
SP 5 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a.
Evaluasi
jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b.
Latih pasien minum obat secara teratur
dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat.
c.
Susun jadual minum obat secara teratur
ORIENTASI
“Selamat Pagi pak,
sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana
pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek
kegiatannya”.
“Bagaimana
kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa
lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja :
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum?
Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya
oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya
THP agar rileks dan tegang, dan yang
merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut
bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es
batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang,
bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas
dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini
bapak lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar
obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum
obatnya kedalam jadual ya pak.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat
yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol
perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual
kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur
ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk
melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat
mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar