BAB I
KONSEP DASAR STROKE
A. Definisi
Cedera serebrovaskular atau
stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai
darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh
trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal
dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri
(aneurisma).(Lynda Juall Carpenito, 1995).
Menurut WHO. (1989) Stroke
adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada
otak yang terganggu.
B. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan
stroke antara lain :
a .
Thrombosis
Cerebral.
Thrombosis ini
terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala
neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak :
a
. Atherosklerosis
Atherosklerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
o Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
o Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
o Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
o Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b .
Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas
/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c
. Arteritis( radang pada arteri )
b
. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus
di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan
dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
o Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart
Desease.(RHD)
o Myokard infark
o Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
o Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
c
. Haemorhagi
Perdarahan
intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid
atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
o Aneurisma
Berry,biasanya defek kongenital.
o
Aneurisma fusiformis
dari atherosklerosis.
o Aneurisma
myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
o Malformasi
arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena.
o Ruptur arteriol
serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh
darah.
d . Hypoksia Umum
o
Hipertensi
yang parah.
o
Cardiac
Pulmonary Arrest
o
Cardiac
output turun akibat aritmia
e . Hipoksia setempat
o Spasme
arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
o
Vasokontriksi arteri otak
disertai sakit kepala migrain.
C. Klasifikasi
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut
patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
a . Stroke
Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin
perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun.
b . Stroke
Non Haemorhagic
Dapat berupa
iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2.
Menurut perjalanan
penyakit atau stadiumnya:
a . TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan
neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam
saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam.
b . Stroke involusi: stroke yang terjadi masih
terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c . Stroke
komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen .
Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.
D. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung
sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus
mengakibatkan ;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh
darah serebral oleh embolus menyebabkan
edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas
pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral,
jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral
yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan
penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang
anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi
salah satunya cardiac arrest.
Perbedaan antara infark dan perdarahan otak
sebagai berikut :
Gejala(anamnesa)
|
Infark
|
Perdarahan
|
Permulaan
Waktu
Peringatan
Nyeri Kepala
Kejang
Kesadaran
menurun
|
Sub akut
Bangun pagi
+ 50% TIA
-
-
Kadang
sedikit
|
Sangat
akut
Lagi
aktifitas
-
+
++
+++
|
Gejala Objektif
Koma
Kaku kuduk
Kernig
pupil
edema
Perdarahan
Retina
Pemeriksaan
Laboratorium
Darah
pada LP
X
foto Skedel
Angiografi
CT
Scan.
|
Infark
+/-
-
-
-
-
-
+
Oklusi, stenosis
Densitas berkurang
|
Perdarahan
++
++
+
+
+
+
Kemungkinan pergeseran glandula pineal
Aneurisma
AVM. massa intra hemisfer/vasospasme.
Massa
intrakranial densitas bertambah.
|
Perbedaan perdarahan Intra Serebral(PIS)
dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala
|
PIS
|
PSA
|
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda rangsangan Meningeal.
Hemiparese
Gangguan saraf otak
|
Dalam 1 jam
Hebat
Menurun
Umum
+/-
++
+
|
1-2 menit
Sangat hebat
Menurun sementara
Sering fokal
+++
+/-
+++
|
E. Pathway
Alur Patofisilogi
Oklusi
Penurunan perfusi jaringan cerebral
Iskemia
Hipoksia
Metebolisme
anaerob Nekrosis jaringan
otak aktifitas
elektrolit terganggu_________
Volume Cairan bertambah
Asam laktat Pompa
Na dan K gagal
meningkat
Na dan K influk
Edema
cerebral Retensi
air
TIK meningkat
F. Manifestasi Klinis
Jika dilihat bagian hemisfer
yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
1. Stroke
hemisfer Kanan
a . Hemiparese sebelah kiri tubuh.
b . Penilaian
buruk
c . Mempunyai
kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang
berlawanan tersebut.
2. Stroke
yang Hemifer kiri
a . Mengalami
hemiparese kanan
b . Perilaku lambat dan sangat hati-hati
c . Kelainan bidang pandang sebelah kanan.
d . Disfagia
global
e . Afasia
f . Mudah
frustasi
G. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan
mengalmi komplikasi , komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a.
Berhubungan
dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
b.
Berhubungan
dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan
terjatuh
c.
Berhubungan
dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.
d.
Hidrocephalus
H. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Rontgen kepala dan medula spinalis
b.
Elektro encephalografi
c.
Punksi lumbal
d.
Angiografi
e.
Computerized Tomografi Scanning ( CT.
Scan)
f.
Magnetic Resonance Imaging
I. Penatalaksanaan stroke
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan
faktor-faktor kritis sebagai berikut :
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan :
a . Mempertahankan
saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b . Mengontrol tekanan darah berdasarkan
kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia
jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin
jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang
tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam
dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
J. Pengobatan
1. Pengobatan
Konservatif
Ø Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS )
secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
Ø Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid,
papaverin intra arterial.
Ø Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
2. Pengobatan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral :
Ø Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis ,
yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
Ø Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
Ø Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
Ø Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada
aneurisma.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENDERITA STROKE
1.
Pengkajian
a.
Pengkajian Primer
1)
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas
oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
2)
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi
jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara
nafas terdengar ronchi /aspirasi
3)
Circulation
TD dapat normal atau meningkat ,
hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap
dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
b.
Pengkajian Sekunder
1)
Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif
Ø kesulitan
dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
Ø mudah
lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
Ø Perubahan
tingkat kesadaran
Ø Perubahan
tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,
kelemahan umum.
Ø gangguan
penglihatan
2)
Sirkulasi
Data Subyektif:
Ø Riwayat
penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,
endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
Ø Hipertensi
arteria
Ø Disritmia,
perubahan EKG
Ø Pulsasi
: kemungkinan bervariasi
Ø Denyut
karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3)
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Ø Perasaan
tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
Ø Emosi
yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
Ø kesulitan
berekspresi diri
4)
Eliminasi
Data Subyektif:
Ø Inkontinensia,
anuria
Ø distensi
abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus
paralitik )
5)
Makan/ minum
Data Subyektif:
Ø Nafsu
makan hilang
Ø Nausea
/ vomitus menandakan adanya PTIK
Ø Kehilangan
sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
Ø Riwayat
DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
Ø Problem
dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
Ø Obesitas
( factor resiko )
6)
Sensori neural
Data Subyektif:
Ø Pusing
/ syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
Ø nyeri
kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
Ø Kelemahan,
kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
Ø Penglihatan
berkurang
Ø Sentuhan
: kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral ( sisi yang sama )
Ø Gangguan
rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
Ø Status
mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
Ø Ekstremitas
: kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman
tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
Ø Wajah:
paralisis / parese ( ipsilateral )
Ø Afasia
( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global /
kombinasi dari keduanya
Ø Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
Ø Apraksia
: kehilangan kemampuan menggunakan motorik
Ø Reaksi
dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7)
Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Ø Sakit
kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Ø Tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8)
8. Respirasi
Data Subyektif:
Ø Perokok
( factor resiko )
9)
9.Keamanan
Data obyektif:
Ø Motorik/sensorik
: masalah dengan penglihatan
Ø Perubahan
persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
Ø Tidak
mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
Ø Gangguan
berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
Ø Gangguan
dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10)
Interaksi social
Data obyektif:
Ø Problem
berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan
berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian
keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah
atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi
(potensial) di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat. (Nasrul Effendy, 1995)
Adapun diagnosa yang mungkin muncul
adalah :
Gangguan perfusi
jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E.
Doenges, 2000)
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D.
Ignativicius, 1995)
Gangguan persepsi sensori : perabaan yang
berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan
(Marilynn E. Doenges, 2000)
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
Gangguan eliminasi alvi(konstipasi)
berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D.
Ignativicius, 1995)
Resiko gangguan
nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara
Engram, 1998)
Kurangnya
pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi (Donna D.
Ignativicius, 1995)
Resiko gangguan
integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)
Resiko
ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks
batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998).
Gangguan eliminasi
uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi, disfungsi
kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D. Ignatavicius, 1995)
3.
Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan
merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan
keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk
tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa
keperawatan.
Rencana asuhan
keperawatan disusun dengan melibatkan klien secara optimal agar dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu
dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
(Nasrul Effendy, 1995)
Rencana keperawatan dari diagnosa
keperawatan diatas adalah :
a
Gangguan
perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intra cerebral
1)
Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai
secara optimal
2)
Kriteria hasil :
Ø Klien
tidak gelisah
Ø Tidak
ada keluhan nyeri kepala
Ø GCS 456
Ø Tanda-tanda
vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20
kali permenit)
3)
Rencana tindakan
a)
Berikan
penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan
otak dan akibatnya
b)
Anjurkan
kepada klien untuk bed rest total
c)
Observasi
dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
d)
Berikan
posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan
letak jantung (beri bantal tipis)
e)
Anjurkan
klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
f)
Ciptakan
lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g)
Kolaborasi
dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
4)
Rasional
a)
Keluarga lebih berpartisipasi dalam
proses penyembuhan
b)
Untuk mencegah perdarahan ulang
c)
Mengetahui setiap perubahan yang terjadi
pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
d)
Mengurangi
tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi
serebral
e)
Batuk
dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi
perdarahan ulang
f)
Rangsangan
aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan
ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus
stroke hemoragik / perdarahan lainnya
g)
Memperbaiki sel yang masih viable
b
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia
a .
Tujuan :
Klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
b . Kriteria
hasil
a)
Tidak terjadi kontraktur sendi
b)
Bertambahnya kekuatan otot
c)
Klien
menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
c . Rencana
tindakan
a)
Ubah posisi klien tiap 2 jam
b)
Ajarkan
klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
c)
Lakukan
gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
d)
Berikan
papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
e)
Tinggikan kepala dan tangan
f)
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien
d . Rasional
a)
Menurunkan resiko terjadinnya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
b)
Gerakan
aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
c)
Otot
volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan.
c
Gangguan
persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf
sensori
1)
Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik
: perabaan secara optimal.
2)
Kriteria hasil :
a)
Klien
dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
b)
Klien
mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
c)
Klien
dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
3)
Rencana tindakan
a) Tentukan
kondisi patologis klien
b) Kaji
kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian
tubuh/otot, rasa persendian
c) Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti
memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan
klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.
d)
Lindungi
klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan
pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan
tangan yang normal
e)
Anjurkan
klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian
tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan
seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area
yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang
sakit.
f)
Hilangkan
kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.
g) Lakukan
validasi terhadap persepsi klien
4)
Rasional
a)
Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
b)
Penurunan kesadaran terhadap sensorik
dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian
dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
c)
Melatih
kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri.
Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah
yang terpengaruh.
d)
Meningkatkan
keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
e)
Penggunaan
stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang
sakit.
f)
Menurunkan
ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan
sensori berlebih.
g)
Membantu
klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi
stimulus.
d
Gangguan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
1)
Tujuan
Proses
komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
2)
Kriteria hasil
Ø Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
dipenuhi
Ø Klien
mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat
3)
Rencana tindakan
a)
Berikan
metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat
b)
Antisipasi
setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
c)
Bicaralah
dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau
“tidak”
d)
Anjurkan
kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
e)
Hargai kemampuan klien dalam
berkomunikasi
f)
Kolaborasi dengan fisioterapis untuk
latihan wicara
4)
Rasional
a)
Memenuhi
kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
b)
Mencegah
rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
c)
Mengurangi
kecemasan dan kebingungan pada saat komunikasi
d)
Mengurangi
isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
e)
Memberi
semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
f)
Melatih
klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar.
e
Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
1)
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
2)
Kriteria hasil
Ø Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan kemampuan klien
Ø Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas
untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3)
Rencana tindakan
a)
Tentukan
kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
b)
Beri
motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan
sikap sungguh
c)
Hindari
melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
d)
Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya
e)
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi/okupasi
4)
Rasional
a)
Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b)
Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
c)
Klien
mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin
untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
d)
Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong
klien untuk berusaha secara kontinyu
e)
Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi
dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus.
f
Resiko
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan
1)
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
2)
Kriteria hasil
Ø Berat
badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
Ø Hb dan albumin dalam batas normal
3)
Rencana tindakan
a)
Tentukan
kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
b)
Letakkan
posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
c)
Stimulasi
bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan
diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
d)
Letakkan
makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
e)
Berikan
makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
f)
Mulailah
untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat
menelan air
g)
Anjurkan
klien menggunakan sedotan meminum cairan
h)
Anjurkan
klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
i)
Kolaborasi
dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui
selang
4)
Rasional
a)
Untuk
menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
b)
Untuk
klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
c)
Membantu
dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
d)
Memberikan
stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk
menelan dan meningkatkan masukan
e)
Klien
dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari
luar
f)
Makan
lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan
terjadinya aspirasi
g)
Menguatkan
otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
h)
Dapat
meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
i)
Mungkin
diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak
mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.
g
Gangguan
eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang
tidak adekuat
1)
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
2)
Kriteria hasil
Ø Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat
Ø Konsistensi
feses lunak
Ø Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
Ø Bising usus normal ( 7-12
kali per menit )
3)
Rencana tindakan
a)
Berikan
penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi
b)
Auskultasi
bising usus
c)
Anjurkan
pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat
d)
Berikan
intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi
e)
Lakukan
mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
f)
Kolaborasi
dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
4)
Rasional
a)
Klien
dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
b)
Bising
usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
c)
Diit
seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
d)
Masukan
cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus
dan membantu eliminasi reguler
e)
Aktivitas
fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan
merangsang nafsu makan dan peristaltik
f)
Pelunak
feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses
dan membantu eliminasi.
4.
Pelaksanaan
Pada tahap ini
dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada
tahap pencanaan. (Nasrul Effendy, 1995)
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan
langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi,
dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
(Lismidar, 1990)
Daftar Pustaka
Doengoes M.
2000, Rencana Asuhan Keperawatan
“Pedoman untuk perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Hudak &
Gallo, 1987, Keperawatan Kritis
Pendekatan Holistik ( terjemahan ), Edisi VI, Volume II. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Made Kariasa
1997. Patofisiologi Beberapa Gangguan
Neurologi,,
Hand Out Kursus Keperawatan Neurologi, Fakultas Ilmu
Keperawatan UI. Jakarta.
Linda Juall
Carpenito, 1995, Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sylvia A.
Price, 1995. Patofiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Edisi 4.Buku 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar