SIRKUMSISI
A.
Pengertian
Sunat
atau khitan atau sirkumsisi (Inggris: circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Sirkumsisi bertujuan untuk membersihkan dari
berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang
masih ada preputiumnya
Ada 3 alasan utama orang menjalani sirkumsisi :
1.
Karena indikasi medis.
2.
Tindakan pencegahan penyakit (untuk masa depan).
3. Alasan agama/keyakinan
B.
Metode Sirkumsisi
1. Dorsumsisi (dorsal slit) : Pertama-tama mengiris
kulit di bagian punggung penis (dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan
ujung bagian dalam penis. Kedua, mengiris kulit kulup yang mengelilingi penis
(sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi terbuka. Setelah itu menjahit luka
irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung cepat dan tidak timbul
komplikasi
2. Cara Kuno : Dengan menggunakan
sebilah bambu tajam. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup
dengan bambu tajam tersebut. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya
perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril
3. Metode Cincin (smart
klem) : Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap
meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup
akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar
3-5 menit.
4. Metode Amputasi :
setelah di anastesi preputium ditarik dengan klem dan dijepit dengan koher/klem,
preputium dipotong (bisa dengan pisau, laser CO2, electriccauter atau dengan
flashcauter), kemudian dilakukan penjahitan.
D.Teknik Konvensional (Dorsumsisi / Dorsal Slit Operation)
Teknik
Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian
dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian
dilakukan pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronaries
1.
Keuntungan
a. Kelebihan kulit mukosa
bisa diatur
b. Resiko menyayat/memotong
penis lebih kecil
c. Mudah mengatur panjang
pendek pemotongan mukopsa
d. Tidak melukai glan dan
frenulum
e. Pendarahan bisa cepat
diatasi
f. Baik untuk penderita
fimosis/paraphimosis.
g. Baik untuk
pemula.(tehnik yang paling aman)
2.
Kerugian :
a. Pendarahan relative
lebih banyak.
b. Teknik sulit dan lebih
rumit
c. Insisi sering tidak
rata, tidak simetris.
d. Waktu lebih lama.
3.
Pelaksanaan Sirkumsisi :
a. Persiapan Anak :
Sebelum
memutuskan apakah pasien dapat dikhitan serta untuk menghindari penyulit pada
saat atau sesudah proses khitan, atau kemungkinan adanya kontraindikasi klhitan
ada beberapa hal yang harus dicermati antaralain:
1) Hypospadia/epispadia
Hal-hal yang perlu ditanyakan/diperhatikan:
Hal-hal yang perlu ditanyakan/diperhatikan:
a) Arah pancaran kencing
ke depan, atas atau bawah.
b) Apakah penis
melengkung saat ereksi
c) Kelainan bentuk penis,
meatus uretra eksternsa, atau adanya korda.
2) Kelainan hemostasistanya:
a) Riwayat pendarahan lama setelah
luka.
b) Riwayat perdarahan lama setelah
cabut gigi.
c) Riwayat gosok gigi sering berdarah.
d) Riwayat kulit mudah membiru
bila terkena benturan ringan.
e)
Riwayat perdarahan lama pada keluarga ketika luka.
f) Riwayat operasi sebelumnya.
3) Diabetus Mellitus : Tanyakan trias DM (polidipsi, poliphagi, poliuri),
pruritus, parestesi (kesemutan), riwayat DM di keluarga.
4) Riwayat penyakit lain : misal
asma bronkiale, epilepsi yang sewaktu-waktu bisa kambuh sehingga kita bisa
menyiapkan obat-obatan.
5) Riwayat penyakit menular semisal hepatitis B,C,D, HIV
positif, AIDS.
6) Riwayat alergi obat : Riwayat reaksi gatal-gatal, kemerahan, pusing, pingsan
setelah mendapat suntikan atau obat tertentu. Bila alergi iodin bisa diganti
savlon sebagai antiseptiknya.
b. Persiapan Inform
Concern
Selain
dilakukannya berbagai macam pemeriksaan terhadap pasien, hal lain yang sangat
penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan
medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Pasien maupun
keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan
secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali
sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika
tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
c. Persiapan Peralatan
Perlengkapan sebelum mulai menerima pasien
untuk dikhitan, terlebih dahulu kita harus melakukan persiapan di meja operasi
1) Meja untuk pasien
berbaring beserta perlaknya dan kipas angin, serta pencahayaan yang baik atau
headlamp
2) Minor set/Sirkum Set
terdiri dari :
a) gunting dengan ujung
tajam dan tumpul
b) pinset anatomis
c) Klem lurus 2 buah
d) Klem bengkok
(mosquito) 1 buah
e) Neddle holder 1 buah-
semuanya berukuran kecil-sedang bukan yang besar-besar
f) Comb kecil (wadah
untuk menampung betadin dan alcohol)
g) Wadah stainles untuk
minor set- semuanya ini dalam kondisi steril
h) Jarum cutting ukuran
kecil-sedang (3.0-2.0) dan benang cat-gut plain ( lebih baik lagi bila ada
yang atraumatik
i) Spuit 3 cc dan
lidocain 2% atau Pehacain
j) Kassa steril yang
cukup
k) Plester
l) Trifamycetin zalf atau
sofratule bila ada
m) Duk steril bolong,
handskun steril ukuran sesuai tangan
n) Adrenalin yang sudah
dimasukkan dalam spuit untuk jaga-jaga saja
o) Alkohol 70 % dan
betadine
p) Tempat sampah
q) Setelah persiapan
lengkap lidocain sudah masuk dalam spuit sebanyak 2,5 cc, jarum sudah dipegang
oleh needle holder serta benang catgut sudah terpasang ( “klik” 2 kali ) di
pantat jarum, barulah kita panggil pasien
d. Tenangkan Anak
Pada
umumnya setiap anak akan merasa takut jika berhadapan dengan dokter atau
paramedis. Keadaan ini merupakan salah satu hambatan besar jika anak yang akan
dikhitan tidak kooperatif. Untuk menciptakan suasana kooperativ antara operator
atau asisten dan anak yang akan dikhitan, perlu diperhatikan hal-hal seperti
berikut :
1) Alihkan perhatian
dengan cara mengajak ngobrol, bercanda, atau menyuruh anak membaca hafalan ayat
Al Quran terutama pada saat dilakukan suntikan anestesi.
2) Beri kesan bahwa
dikhitan bukan hal yang menakutkan.
3) Jangan meletakkan
instrument atau alat suntik mudah terlihat.
4) Jangan sampai
mendengar tangisan anak lain.
5) Usahakan orang tua atau
keluarga tidak menunggui anak yang dikhitan, agar anak tidak cengeng.
e. Aseptik dan Anastesi
1)
Operator mencuci tangan dan memakai handscoen
2)
Siapkan posisikan anak, alat
dan operator yang nyaman untuk melakukan sirkumsisi
3)
Mulailah dengan bismillah dan memohon
perlindungan Allah SWT.
4)
Lakukan tindakan aseptik, bersihkan lapangan
kerja dengan betadin.
a) Pegang dan tarik
sedikit ujung prepusium dengan kasa steril oleh tangan kiri.
b) Usapkan iodine povidon
10% ke seluruh permukaan penis dan daerah sekitarnya dengan tangan kanan
c) Perhatikan pola pengusapan yang
melingkar keluar dan tidak mengusap bagian yang sudah diusap sebelumnya Pengusapan iodin povidon maupun alkohol dimulai dari ujung
distal penis, diteruskan ke pangkal (proksimal) secara melingkar mengarah
keluar seperti pola obat nyamuk (sentrifugal), tunggu sekitar 2 menit.
d) Jika ingin mengulang gantilah kassa/kapas yang baru dan lakukan
cara yang sama.
e) Dengan cara yang sama,
usapkan juga alcohol 70%.
f) Tutuplah lapangan
operasi dengan duk bolong steril.
5)
Lakukan anastesi : Sircumsisi pada umumnya menggunakan anestesi lokal, teknik
anastesi yang dipakai biasanya blok, infiltrasi atau gabungan keduanyaBergantung pada kondisi atau kebiasaan dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
a)
Anastesi blok
Bertujuan memblok semua impuls
sensorik dari batang penis melalui pemblokiran nervus pudendus yang terletak
dibawah fasia Buch dan ligamentum suspensorium dengan cara memasukkan cairan
anestesi dengan jarum tegak lurus sedikit diatas pangkal penis, diatas simfisis
osis pubis sampai menembus fasia Buch.
b)
Anastesi infiltrasi
Daerah
penyuntikan disesuaikan dengan lokasi persarafan. Secara anatomis,
cabang-cabang saraf yang mempersarafi penis
berada pada sekitar jam 11 dan jam 1, cabang cabangnya sekitar di jam 5, jam 7
serta daerah frenulum.
Lokasi
penyuntikan adalah sekitar ½ - 2/3 proksimal batang penis secara subkutis agak
kedalam sedikit agar obat masuk ke tunika albuginea. Jarum disuntikan di daerah dorsum
penis proksimal secara sub kutan, gerakkan kekanan, aspirasi, tarik jarum
sambil menginjeksikan cairan anestesi, jarum jangan sampai keluar kemudian
arahkan jaruh ke lateral kiri, ulangi seperti lateral kanan. Kemudian jarum
injeksikan di daerah ventral dan lakukan infiltrasi seperti diatas sehingga
pada akhirnya terbentuk Ring Block Massage penis, karena obat anestesi
membutuhkan waktu untuk bekerja. Tunggu 3-5 menit kemudian dilakukan test
dengan menjepit ujung preputium dengan klem. Apabila belum teranestesi penuh
ditunggu sampai dengan anestesi bekerja kira-kira 3-5 menit berikutnya. Pada
batas tertentu bila dipandang perlu dapat dilakukan tambahan anestesi.
f. Membebaskan
Perlengketan.
Perlengketan
yang dimaksud disini adalah antara prepusium dan gland penis, kususnya didaerah
korona glandis. Hal ini diakibatkan adanya smegma yang menumpuk dan mengeras,
akibat higiene yang kurang baik atau karena kelainan phimosis.
Smegma
yang terlanjur menumpuk dan mengeras sulit dibersihkan dengan tangan tanpa alat
bantu. Namun hal itu tidak akan dapat dilakukan sebelum kita membebaskan
perlengketan gland penis dan mukosa prepusium. Ada beberapa cara untuk
melakukan hal ini diantaranya:
1) Teknik klem
Caranya,
tarik preputium ke proksimal kemudian klem dibuka sambil didorong ke arah
perlengketan. Cara ini dilakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral
sampai terlihat sulkus korona glandis dan pangkal mukosa prepusium di
sekeliling sulkus korona glan penis.
Keuntungan
tehnik ini adalah dapat membebaskan perlengketan dengan cepat sedangkan
keurangannya adalah dapat menyebabkan lecet didaerah gland dan mukosa. Yang
harus diperhatikan dalam tehnik ini bahwa ujung klem harus benar-benar tumpul.
2) Teknik kasa
Caranya
sama, preputium ditarik dengan tangan kiri ke arah proksimal sampai meregang
sehingga terlihat perlengketan, tangan kanan memegang kasa steril untuk
membebaskan perlengketan. Kemudian daerah perlengketan didorong dengan kasa dan
didorong ke arah proksimal sehingga perlengketan terlepas sedikit demi sedikit.
Keuntungan tehnik ini adalah minimnya resiko lecet atau trauma pada gland
penis, namun kerugiannya adalah prosesnya memakan waktu relatif lama.
Yang
harus diperhatikan dari beberapa tehnik diatas adalah perlengketan sekeliling
perbatasan mukosa dan gland penis
harus benar-benar bebas / lepas seluruhnya. Ciri perlengketan sudah lepas
adalah sudah terlihat batas mukosa-batang penis dan sulkus korona glandis
secara utuh, terlihat sebagai sudut tumpul yang melingkar sepanjang lingkaran
penis.
g. Membersihkan Smegma
Smegma
yaitu sekret dari kelenjar yang dapat mengeras, berupa butiran-butiran putih
seperti kapur yang berkumpul antara mukosa dan gland penis, utamanya didaerah
korona glandis. Membersihkannya dengan didorong kasa steril sedikit demi
sedikit. Namun jika smegma sulit dilepaskan basahilah kasa dengan iodin povidon
kemudian lakukan cara yang sama dengan diatas. Jika dengan cara ini smegma
masih sulit terlepas, dapat diatasi dengan klem mosquito dengan cara menjepit
gumpalan smegma satu persatu, kemudian bersihkan dengan kasa yang telah dicelup
iodin povidon 10%.
h. Lakukan Dorsumsisi
Tandai
batas insisi dengan menjepit kulit prepusium dengan klem/pinset. Prepusium dijepit klem pada jam
11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal. Preputium dijepit dengan klem
bengkok dan frenulum dijepit dengan kocher. Preputium diinsisi pada jam 12
diantara jepitan klem dengan menggunakan gunting kearah sulcus coronarius,
sisakan mukosa kulit secukupnya dari bagian distal sulcus pasang tali kendali
Insisi
meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di distal penis
(pada frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat tali kendali ). Gunting
dan rapikan kelebihan mukosa
Rawat perdarahan yang terjadi Perawatan perdarahan di lakukan
dengan mencari sumber perdarahan dengan menghapus daerah luka dengan menggunakan kasa, bila di
dapatkan sumber perdarahan segera di jepit dengan klem/pean arteri kecil. Tarik klem, ligasi dengan
mengikat jaringan sumber perdarahan dengan catgut. Potong ikatan sependek
mungkin. Cari seluruh sumber perdarahan lain dan lakukan hal yang serupa
i.
Jahitan
Frenulum
Khusus
untuk penjahitan di daerah frenulum (jam 6) ada beberapa teknik yang berkaitan
dengan adanya arteri sehingga pada saat hekting dapat sekaligus meligasi arteri
tersebut bila sebelumnya belum diligasi.
Teknik
yang digunakan adalah :
1) Teknik Dua Lingkaran
Keuntungan
teknik ini adalah ligasi-hekting arteri dilakukan lebih dahulu (tidak bersamaan
dengan hekting kulit) sehingga setelah perdarahan diyakini teratasi benang yang
digunakan dapat langsung menjahit mukosa dan kulit tanpa dipotong.
Ligasi-hekting di frenulum ini sebaiknya dilakukan terakhir kali setelah semua
perdarahan di daerah lain diligasi (tetapi pengkleman tetap paling awal).
Tekniknya adalah :
a) Klem arteri frenulum.
Dengan klem mosquito, yakinkan bahwa arteri benar-benar terjepit.
b) Lakukan ligasi-hekting
di bagian bawah tengah klem.
c) Simpulkan dengan erat
ke bagian depan (distal) minimal 2 kali.
d) lingkarkan benang tadi
kea rah belakang (proksimal) dan simpulkan dengan erat sambil klem dibuka
perlahan-lahan supaya ikatan tak menjadi longgar.
e) Cek kembali apakah
perdarahan teratasi atau tidak (benang tadi jangan dulu digunting)
f) Jahitkan benang
tersebut ke kulit di jam 6 seperti jahitan interrupted biasa, kemudian benang
digunting.
2) Jahitan Matras
Ligasi-hekting
arteri dilakukan sekaligus dengan kulit. Kelemahannya adalah jika perdarahan arteri
masih ada terpaksa jahitan dengan kulit harus dibuka dan dicari lagi sumber
perdarahannya.
Tekniknya
adalah :
a) Tusukkan jarum dari
bagian kulit sedikit sebelah kanan rafe penis, terus ke dalam dan keluar di
sisa mukosa yang sejajar.
b) Tusukkan kembali jarum
ke mukosa di sisi yang bersebrangan terhadap frenulum sampai keluar kembali
kulit di sisi yang sejajar dengan tusukan kedua.
c) Simpulkan dengan erat
minimal tiga kali.
3) Teknik ligasi-hekting angka 8
Ada
dua variasi dari teknik ini, perbedaannya adalah pada tusukan jarum pertama dan
arah simpul. Namun pada prinsip dan manfaatnya tidak ada perbedaan.
Tekniknya adalah :
a) Tusukkan jarum pada
sisa mukosa sedikit sebelah kiri frenulum, lalu masuk menyilang dan keluar dari
kulit di sisi yang bersebrangan (sebelah kanan rafe penis).
b) Tusukkan kembali jarum
ke sisa mukosa sebelah kanan terus masuk dan menyilang sampai keluar di kulit
sisi bersebrangan (sebelah kiri).
c) Simpulkan dengan erat
minimal 3kali.
Variasi lain :
a) Tusukkan jarum pada
kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu masuk menyilang dan keluar di sisa
mukosa disisi yang bersebrangan (sebelah kanan frenulum)
b) Tusukkan kembali jarum
ke sisa mukosa sebelah kiri terus masku menyilang keluar di kulit sisi
bersebrangan (sebelah kanan rafe penis)
c) Simpulkan dengan erat
minimal 3 kali.
j. Hecting
Mukosa dan Kulit
Tujuan
penjahitan adalah untuk mendekatkan daerah luka (aproksimasi) agar penyembuhan
lebih cepat. Penjahitan dilakukan antara
bagian ujung sisa mukosa dan tepi kulit, setelah benar-benar yakin tidak ada lagi
pendarahan aktif.
Penjahitan
ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa mengarah ke pangkal penis untuk
menembus tepi kulit dari dalam. Perlu diingat bahwa arah penjahitan selalu
menjauhi glans penis untuk menghindari trauma pada glans.
Sebelum
dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada lagi perdarahan aktif. Lakukan
pengecekan dengan balut tekan yang dilingkarkan, kemudian buka dan perhatikan
apakah masih ada perdarahan.
Sebelum
dilakukan penjahitan ada yang memakai/melakukan tali kendali di jam 3, 9, dan
jam 12 dengan maksud supaya jahitan lebih rapih dan simetris. Tali kendali
dibuat dengan menyatukan mukosa dan kulit oleh benang sepanjang sekitar 6cm
tanpa disimpulkan. Ujung benang tadi diklem agar terfiksasi. Sesudah hekting
selesai, tali kendali ini dapat digunting atau diikat sebagai bagian dari
hekting.Jahitan simpul bisa
dilakukan pada jam 3 dan 9 atau jam 2,4, 8 dan 10. Tidak diianjurkan
Mengikatnya terlalu erat.
Tidak
dianjurkan menggunakan jahitan jelujur (Continuous Suture). Cara ini lebih sulit
terutama pada anak yang tidak kooperatif. Kerugiannya adalah jika terdapat
penyulit perdarahan di daerah tertentu bila jahitan dibuka, jahitan lainnya
akan longgar dan lepas. Kerugian lain adalah dapat menimbulkan penekanan
terhadap daerah di bawah jahitan bila terjadi edema sehingga penis seakan-akan
tercekik. Keuntungan penjahitan ini seluruh lingkaran insisi terjahit sehingga
lebih rapih
Bila telah dijahit semua maka lihat apakah ada
bagian yang renggang yang memerlukan jahitan.
k.
Perawatan Luka
Setelah
selesai di jahit olesi tepi luka dengan betadine, bila perlu beri dan olesi
dengan salep antibiotik. Perawatan luka
bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.
1)
Metode terbuka (Open Care)
Bagi
sebagian pengkhitan ada yang tidak membalut luka pascakhitan dengan maksud
supaya luka cepat kering karena dengan terbukanya luka operasi maka evaporasi
berlangsung lebih baik. Perawatan ini bisa dilakukan bila ada jaminan penderita mampu
menjaga kebersihan luka. Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan
secara terbuka (dianjurkan urologi).
Keuntungan
ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan resiko infeksi yang mungkin
terjadi. Luka pascakhitan adalah salah satu luka yang rawan infeksi, sebab
umumnya yang dikhitan adalah anak-anak yang biasanya belum mampu menjaga kebersihan
dengan baik. Juga luka khitan ini sering terkena siraman air setelah buang air
kecil yang menyebabkan terbawanya kuman oleh air dan sukar keringnya luka
Oleh
karena itu, jika menurut perkiraan kita, anak atau orang yang dikhitan tersebut
sulit memelihara kebersihan, lebih
baik jika dibalut. Secara ringkas keuntungan dan kerugian antara dibalut dan
tidak, dapat dilihat pada table berikut.
Keuntungan
|
Kerugian
|
|
Dibalut
|
·
Terlindungi
dari kotoran.
·
Luka tidak
tergesek celana
·
Baik untuk
anak kecil dan aktif bermain
|
·
Bila balutan
basah, agak lama kering
·
Komplikasi
tidak segera terlihat
·
Kesulitan
dalam melepas karena kering
|
Tidak
Dibalut
|
·
Luka lebih
cepat kering
·
Komplikasi
segera terlihat
|
·
Perlindungan
terhadap infeksi kurang
·
Rasa nyeri
akibat tergores celana.
|
2)
Metode tertutup (Close Care)
Setelah diberi betadine dan salep antibiotika,
bila perlu berikan sufratule secara melingkar. Tutup denga kasa steril, ujung
kain kasa dipilin sebagai tempat fiksasi supra pubic dengan menggunakan plester
(Balutan Suspensorium) atau biarkan berbentuk cincin (Balutan Ring).Pembalutan luka
pascaoperasi bertujuan untuk melindungi daerah operasi dari kotoran.
Balutan yang dapat dilakukan ada beberapa
macam pilihan, tergantung kepada umur pasien dan besarnya badan anak. Pada anak
yang gemuk, biasanya penis “tertanam” kedalam sehingga hanya sebagian kecil
saja yang muncul bahkan mungkin hanya glans penisnya saja yang terlihat.
Keadaan ini memerlukan teknik khusus dalam membalutnya.
Secara umum, balutan yang digunakan terdiri dari beberapa lapisan tergantung pada
kebutuhan.
a) lapisan antibiotic
atau antiseptic
Lapisan
ini bisa menggunakan tulle (sofra tulle® , darian tulle®)
dipotong sesuai luka insisi, kira-kira 1×5 cm, dibalutkan melingkari luka
insisi. Lapisan ini bisa juga diganti dengan mengolesi luka insisi dengan salep
betadin, salep tetrasiklin, salep gentamisin 0,1% atau salep kloramfenikol.
b) Lapisan kasa steril.
Berupa
lipatan tipis kasa steril dengan ukuran sekitar 1,5×8 cm atau 2×5 cm untuk tipe
balutan cincin.
c) Plester
Gunanya
untuk memfiksasi balutan yang telah dipasang. Ada juga balutan yang sudah
mengandung beberapa lapisan sekaligus sehingga kita hanya tinggal mengolesi
dengan salep antibiotic/antiseptic saja. Balutan ini diberi nama Hypafix
Dressing Strip® . Penggunaanya sangat praktis tinggal menggunting
disesuaikan dengan ukuran penis.
Bentuk balutan :
a) Balutan Gama
Disebut
balutan gama karena balutannya menyerupai symbol gama dengan membentuk lubang
di bagian bawah di mana luka insisi penis diselimuti dan bagian atas berupa
“kumis” untuk memfiksasi ke dinding perut.
Caranya,
sekitar luka dibalut secara melingkar dengan kasa steril dan di dalamnya bisa
memakai sofratule atau olesan salep antibiotic. Kasa dengan panjang posisi
simetris diletakkan di bagian ventral penis dan dilingkarkan ke atas, lalu
kedua ujungnya di silangkan dan di tempelkan ke pangkal penis menempel pada
kulit abdomen sehingga terlihat seperti gambar gamma. Setelah itu, mulai dari
bagian bawah dipasang plester melingkar mengikuti kasa tetapi setelah sampai di
dinding abdomen, ujun-ujung plester direkatkan pada kulit abdomen. Balutan ini
sangat baik untuk anak kecil yang penisnya jarang atau tidak terlalu panjang
jika ereksi. Ujung kasa dapat juga dipilin lalu ujungnya diplester.
b) Balutan cincin
Balutan
ini hanya dilekatkan pada daerah sayatan saja tanpa dilekatkan ke pangkal penis
atau kulit perut sehingga menyerupai bentuk cincin. Balutan ini baik untuk
dewasa karena tak ada tahanan penis ke kulit perut jika ereksi seperti pada
jenis balutan pertama, regangan akibat ereksi dapat dikurangi. Sebaiknya
digunakan salep antibiotic untuk memelihara kelenturan kulit sehingga tidak
mudah berdarah jika ereksi.
l.
Post Operation Care
1)
Medikamentosa yang diberikan dapat
berupa
a)
Analgetika : Antalgin 500mg PO 3dd1 atau Asam Mefenamat 500mg PO 3dd1
b)
Antibiotika : Amoksisilin
500mg PO 3dd1 atau Eritromisin 500mg 3dd1
c)
Roboransia : Vitamin B
Complex dan Vitamin C
d)
NB : jika anak berbadan kecil bias disesuaikan per kg BB
2)
Edukasi.
a) Luka dalam 3 hari jangan
kena air
b) Hati hati dengan
perdarahan post circumsisi, bila ada segera kontrol
c) Perbanyak istirahat
d) Bila selesai kencing
hapus sisa air kencing dengan tisue atau kasa
e) Perbanyak dengan makan
dan minum yang bergizi terutama yang banyak mengandung protein, tidak ada larangan
makan.
f) Setelah 3-5 hari post
circumsisi buka perban di rumah segera kontrol.
E.
Metode Amputasi
Khitan
metode ini merupakan khitan standar yang paling kuno namun masih banyak dipakai
sampai saat ini, baik oleh tenaga medis maupun non medis
1.
Keuntungan.
a. Peralatan lebih murah
dan sederhana, sudah banyak dikenal masyarakat.
b. Biaya relative lebih
murah.
2.
Kerugian atau resiko :
a. Resiko glan terpotong
/ tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan dibawah koher.
b. Proses memakan waktu
cukup lama, kurang cocok untuk acara khitan masal yang lagi marak terahir ini.
c. Mukosa kadang lebih
panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang.
d. Bisa terjadi trauma
jaringan dan nekrosis jika jepitan koher
terlalu lama .
e. Resiko pendarahan
operasi relative sangat tinggi,demikian halnya paska operasi.
3. Teknik khitan standar
( konvensional )
a. Tandai batas insisi
b. Pasang klem pada jam
12 dan 6 ditarik ke distal sampai teregang.
c. Pastikan perlekatan
preputium telah dilepas dengan baik .
d. Urutlah
glans seproksimal mungkin dan fiksasi glans dengan tangan kiri.
e. Jepit koher pada batas
yang telah kita tandai dengan arah melintang miring (sekitar 40 derajat) antara
jam 12 dan 6 ( jam 6 lebih distal)
f. Yakinkan bahwa glans
tidak terjepit.
g. Gunting / sayat dengan
bisturi dibagian atas atau bawah koher/klem.
h. Lepaskan koher/klem
dan munculkan kembali glans.
i. Rapikan sayatan
terutama jika mukosa masih panjang.
Catatan :
Jika
insisi dibawah koher, arah sisi tajam bisturi selalu menjauh dari glans penis.
Perbedaan teknik amputasi dengan dorsumsisi adalah pada pemotongan
preputiumnya, tahap persiapan, penjahitan dan post operatif care relatif sama.
Pemotongan
preputium selain menggunakan bisturi dan gunting, bias juga laser CO2, ataupun
electric cauter yang menimbulkan perdarahan minimal.
- Fimosis,
parafimosis
Yang menjadi penyulit
pada kasus ini adalah tahap pembebasan perlengketan dan pembersihan smegma,
mengingat lubang prepusium sangat kecil.
Cara
mengatasinya ada dua macam, yaitu:
a. Dilatasi
Dilatasi lubang
prepusium (setelah dianastesi) dengan menggunakan klem mosquito secara
berulang-ulang sampai lubang membesar. Sambil dilatasi, prepusium terus ditarik
ke proksimal sampai muncul glans penis. Dengan cara ini bersamaan dengan
mendilatasi juga dilakukan pembebasan glans dari perlengketan dengan mukosa
prepusium.
b. Insisi dorsal
Setelah dilakukan
anestesi buatlah sayatan sedikit memanjang di jam 12 (seperti sayatan pertama
pada dorsumsisi). Langkah selanjutnya adalah membebaskan perlengketan dan
membersihkan smegma.
Ingat, jangan langsung
menggunakan teknik klasik (Gullotine) sebelum dilakukan pembebasan perlengketan
dan pembersihan smegma. Walaupun kelihatannya mudah tetapi sesudah kulit
dipotong akan lebih sulit memotong mukosa yang menempel erat pada glans (pada
kasus fimosis/parafimosis, mukosa selalu rapat dengan glans).
- Anak
gemuk
Batang penis biasanya
“tertanam” sehingga hanya sebagian kecil saja yang muncul bahkan ada yang hanya
glansnya saja yang muncul. Untuk menambah panjang batang penis yang muncul,
ganjallah pantat anak dengan bantal.
1.
Penyulit Dini
:
Adalah penyulit yang terjadi saat operasi
khitan atau sirkumsisi berlangsung, atau beberapa saat setelahnya. Dibawah ini
adalah beberapa penyulit dini sirkumsisi yang dapat terjadi
a. Hematom
Pecahnya
pembuluh darah akibat penusukan jarum suntik saat anestesi dapat menimbulkan
hematom dimana bocoran darah tersebut mengumpul dan membentuk benjolan yang
besarnya bergantung dari banyaknya darah yang keluar dari pembuluh darah. Pada
pembuluh darah kecil biasanya hematom tidak membesar karena platelat plug sudah
cukup untuk menghentikannya. Maka hendaknya kita evaluasi hamatum untuk
beberapa saat, apakah terus membesar atau tidak. Jika terus membesar kita harus
berusaha mencari pembuluh darah yang pecah untuk segera menanganinya dengan
benang ( diikat) atau
metode flashcutter dan yang lainnya. Sedangkan bekuan darah yang terkumpul tadi
segera kita bersihkan atau kita buang. Namun tindakan diatas dapat diabaikan
jika hematum tidak membesar.
b. Odem
Biasanya
odem saat khitan diakibatkan cairan anestesi yang tidak terserap, cairan ini
terkumpul didalam jaringan ikat mukosa dan sub mukosa. Ini dapat mempersulit
saat penjahitan luka. Jika odem dirasa sangat mengganggu sabaiknya dibuang atau
dikurangi. Meskipun jika kita abaikan pada ahirnya cairan tersebut secara
fisiologis akan terserap (di-absorbsi) dengan sendirinya, namun membutuhkan
waktu absorbsi yang berfariasi sampai mencapai 24 jam.
c. Gland Penis Tertusuk atau Tersayat
Penyulit
yang satu ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ketelitian, kecerobohan
atau profesionalisme pelakunya. Kejadian ini umumnya terjadi pada metode khitan
konfensional, Jika ini terjadi pendarahan pada gland penis umumnya sangat deras
terutama saat ereksi.
Tindakan
pertolongan pertama adalah menekan pendarahan dengan kasa berulang-ulang. Dalam
kondisi tertentu dapat diberikan adrenalin pada kasa tersebut (dikompres),
namun harus diperhatikan denyut nadi penderita, jika terjadi takhikardi segera
hentikan kompres. Dapat pula diberikan injeksi transtamin atau karbazokhrom
semisal Adona. Jika luka sangat parah
dan anda ragu untuk dapat menanganinya dengan baik, segera dilarikan ke rumah
sakit atu dokter ahli bedah.
d. Gland Penis Terbakar Elektrocauter.
e. Syock anafilaktik dan syok neurogenik.
Syok
neurobenik, disebabkan kegagalan resistensi arteri sehingga darah tertimbun
pada pembuluh darah yang berdilatasiakibat perangsangan saraf atau psikis, bias
berupa nyeri hebat, reaksi ketakutan yang amat sangat maupun trauma spinal.
Syok
neurogenik dapat dikenali tanda-tandanya atau gejalanya diantaranya: pucat,
keringat dingin, lemas, badan terasa melayang, mual, bahkan dalam tahap lanjut
penderita dapat pingsan diikuti hipotensi dan bradikardi. Selain yang diakibatkan
anastesi spinal atau trauma spinal, syok neurogenik dapat sembuh spontan, hal
yang perlu dilakukanadalah dengan meletakkan kepala penderita lebih rendah dari
kaki. Jika penderita masih pingsan perlu dicari penyebab yang lain.
Syok
anafilaktik, diakibatkan reaksi alergi tipe cepat (tipe1), terjadinya segera
atau beberapa saat setelah masuknya allergen, misalnya obat atu pasien
menunjukkan tanda-tanda syok. Reaksi ini sifatnya individual dan agak sulit
diduga. Kebanyakan terjadi akibat pemberian antibiotic dan serum seperti ATS.
Jika
pasien mengalami hal ini penatalaksanaan perawatannya sebagai berikut :
1) Letakkan pasien dalam posisi terlentang.
2) Suntikkan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4ml (im),
sebaiknya otot deltoid atau subcutan (sc) dan segera di massage, ulangi
pemberian 0,3-0,4ml adrenalin tiap 5-20menit sampai tekanan sistolik mencapai
90-100 mmHg dan denyut jantung/nadi tidak melebihi 120x/menit.
3) Suntikan antihistamin difenhidramin 10-20mg.][Kortiko
steroid-hidrokortison 100-250mg (iv) perlahan lahan atau deksamethason
8-20mg(iv) >> 1ml mengandung 5mg deksamethason)] [ Aminophilin 200-500mg
(iv) perlahan-lahan bila ada spasme bronchial. >>1ml mengandung 24mg
aminophilin ]
4) Bila nafas berhenti segera beri nafas buatan, bila disertai
berhenti detak jantung segera berikan tindakan pijatan jantung ( penekanan
pertengahan sternum).
5) Bersama dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatandan
kompresi jantung, pemasangan infuse dengan cairan apa saja,kalau ada dapat
dengan kristoloid (NaCl dan Ringer Laktat) dengan tetesan secepat mungkin
(guyur).
6) Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.
f. Pendarahan Paska Khitan.
Pendarahan
ini dapat terjadi beberapa saat setelah operasi selesai atau anak sudah berada
dirumah atau beberapa jam kemudian. Hal ini diakibatkan oleh ikatan/ ligasi
yang lepas, akibat kurang sempurnanya ikatan atau anak hiperaktiv. Dapat pula
diakibatkan ketidaktelitian operator dalam mencari dan menghentikan pendarahan.
Pendarahan
banyak terjadi pada anastesi local yang mengandung adrenalin pada khitan metode
konfensional, karena pada saat efek vasokonstriktor bekerja pembuluh darah
kecil berkontraksi sehingga tidak tampak adanya pendarahan, namun setelah
efeknya habis akan muncul pendarahan. Faktor anemi dan gizi buruk juga ikut
andil dalam kasus ini. Hal ini dapat diminimalisir jika dilakukan dengan metode
Flashcutter yang bekerja 2 fungsi dalam sekali tindakan, artinya Flashcutter
atau laser atau sejenisnya disamping melakukan pemotongan juga memberi efek
pembuntuan pembuluh darah terpotong sehingga sudah pasti resiko pendarahan
lebih kecil.
Jika
terjadi pendarahan cukup besar, tindakan yang paling aman adalah jahitan dibuka
kembali dan dicari sumber pendarahannya, kemudian diligasi setelah dianastesi
ulang terlebih dahulu. Namun jika pendarahan hanya merembes artinya tidak
deras, dapat dikompres dengan kasa yang telah dibasahi adrenalin. Dapat
dipertimbangkan juga pemberian karbozokrom salisilat (adona, adrome)
2.
Penyulit Lanjut :
a. Infeksi
b. Prepusium Tumbuh Lagi
c. Sukar Kencing
d. Femosis dan Parafimosis Paska Khitan (Sirkumsisi )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar