Rabu, 04 September 2024

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DIRUMAH SAKIT JIWA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kehidupan manusia dewasa ini semakin sulit dan komplek. Kondisi tersebut diperparah dengan bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern yang cenderung sekuler. Hal tersebut menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup yang dialami. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas penyakit mental-emosional manusia. Menurut yosep (2007), masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Apabila individu tidak bisa mempertahankan keseimbangan atau kondisi mental yang sejahtera, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dan apabila gangguan tersebut secara psikologis maka akan mengakibatkan individu mengalami gangguan jiwa.

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. Menurut WHO, 2005 menyatakan bahwa defresi berada pada urutan ke empat penyakit didunia (Amir, 2005). Music dapat digunakan sebagai antidefresi alami. Mendengarkan music saat senggang atau ketika libur kerja bisa membantu membuat pikiran dan tubuh lebih rileks serta mengembalikan energy menjadi lebih bertenaga (Adronapis, 2008)

Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada beberapa jenis terapi modalitas antara lain terapi individual, terapi lingkungan, terapi biologis, terapi kognitif, terapi keluarga perilaku dan bermain (Yosep, 2007)

Terapi musik merupakan salah satu metode pengobatan, yang menggunakan musik sebagai media yang berfungsi untuk meningkatkan kesehatan. Beberapa pendekatan yang akan digunakan dengan menggunakan terapi musik adalah menciptakan musik, mendengarkan musik dan ngobrol tentang musik. Meski biasanya terapi ini hanya digunakan untuk menyembuhkan kesehatan mental atau emosional, ternyata terapi musik juga bisa meningkatkan kesehatan fisik.

Seseorang yang menderita depresi akibat masalah hidupnya, terapi music sangat cocok sebagai solusi. Pada tahun 2008, sebuah penelitian menunjukkan bahwa dari 5 data hasil penelitian yang telah dilakukan, 4 diantaranya menemukan bahwa pasien yang menggunakan terapi musik ini, cenderung mengalami penurunan tingkat depresi, dibandingkan pasien yang tidak menggunakan terapi ini. Menurut penelitian ini juga, dikatakan bahwa pasien yang menggunakan teori berbasis tekhnik terapi, seperti bernyanyi dan mendengar musik lebih efektif untuk menurunkan depresi (http://tipskesehatan.web.id/).

Dari penomena di atas peneliti tertarik untuk mengkaji dan membuktikan secara ilmiah tentang bagaimana pengaruh erapi musikdangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa .

1.2     Rumusan Maslah

Melihat fenomena latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sejauh mana tingkat keberhasilan pengaruh terapi music dangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara Barat.

1.3     Tujuan Penelitian

1.3.1    Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh erapi music dangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa 

1.3.2    Tujuan Khusus

1.        Mengidentifikasi pengaruh erapi musikdangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa 

2.        Menganalisa pengaruh terapi musikdangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Konsep Dasar Kesehatan Jiwa

2.1.1   Definisi Kesehatan Jiwa

Perawatan kesehatan jiwa adalah proses berhubungan yang meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan menyokong integritas fungsi. Yang dimaksud klien meliputi individu, kelompok, keluarga, organisasi atau masyarakat.

Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa, mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.

Beberapa model konseptual perawatan kesehatan jiwa:

a.    Model Psikoanalisa

Merupakan model yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak.

Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan symbol dari konflik. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.

b.    Model Interpersonal

Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Sebagai tambahan Hildegard Peplau mengembangkan teori interpersonal perawatan. Pandangan interpersonal terhadap penyimpangan perilaku, teori interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.

Sullivan menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan jiwa individu.

Kecemasan pertama yang sungguh-sungguh dialami sewaktu bayi pada saat merasakan kecemasan ibu. Selanjutnya kecemasan dihubungkan dengan penolakan/tidak direstui oleh orang-orang yang dekat/penting bagi individu. Jika anak hanya menerima stimulus penolakan atau kecemasan atau kritik, maka anak akan mengembangkan sistem diri yang negatif.

Menurut Sullivan: individu memandang orang lain sesuai dengan yang ada pada dirinya.

Ada 2 dorongan yang dimiliki pada individu:

1)   Dorongan untuk kepuasan

Berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar, tidur, kesepian, nafsu.

2)   Dorongan untuk keamanan

Berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu

Proses terapi

Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan mengalami hubungan yang sehat dengan terapis, klien akan belajar berhubungan interpersonal yang memuaskan dengan re-edukasi dan mengembangkan hubungan saling percaya.

c.    Sosial Model

Model ini berfokus pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap penyimpangan perilaku, kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku, perilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain.

Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan/dirawat.

Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Individu tersebut harus mampu mengontrol untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan masyarakatnya.

Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu, konsep pencegahan primer, sekunder dan tertier sangat penting. Situasi yang dapat menjadi pencetus:

1)   Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.

2)   Kurang mampu mengatasi stress.

3)   Kurang support system.

Situasi tersebut di atas dapat diantisipasi dan dapat dicegah.

Proses terapi:

·      Prevensi primer

·      Kesehatan jiwa masyarakat

·      Crisis intervensi

d.   Eksistensi Model

Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan ataularangan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain.

Klien sudah kehilangan atau tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.

Proses terapi:

·      Rasional Emotif Therapy

Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa yang akan dilakukan.

 

·      Terapi Logo

Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy). Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis. Tujuan: agar individu sadar akan tanggung jawabnya.

e.    Model Komunikasi

Komunikasi membedakan manusia dengan organisme lain. semua perilaku mengkomunikasikan sesuatu. Mengerti arti perilaku tergantung dari kejelasan komunikasi antara pengiriman dan penerima.

Penyimpangan terjadi jika pesan yang disampaikan tidak jelas, penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan non verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara. Proses terapi:

·      Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.

·      Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.

·      Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi yang tidak efektif.

·      Melakukan analisa proses interaksi.

2.1.2        Perawat

a.    Definisi Perawat

Perawat adalah seseorang yang tealah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan unutk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam  peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien. ( council of nursing 1965)

Menurut undang-undang RI no. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa perawat seseorang yang memiliki kemampuan serta keterampilan dan mempunyai kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang di milikinya, yang di proleh melalui pendidikan perawatan.

 

b.    Peran Perawat

Peran perawat menurut CHS (consorsium Higt Science ) 1989 dalam nurhasanah (2010) adalah tingkah  laku yang di harapkan oleh seseorang terhadap orang lain dalam suatu system, antara lain:

1.   Pemberi asuhan keperawatan

2.   Pembela pasien

3.   Pendidik tenaga perawat dan masyarakat

4.   Coordinator dalam pelayanan pasien

5.   Kolaborator dalam Pembina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat

6.   Konsultan atau penasehat pada tenaga kerja dan pasien

7.   Pembaharu system, metodologi, dan sikap

c.    Fungsi Perawat

Fungsi perawat adalah pekerjaan yang harus di laksanakan sesuai dengan peranannya. Tujuh fungsi perawat menurut phaneuf (1972) anatara lain

1.    Melaksanakan instruksi dokter ( fungsi dependen)

2.   Observasi gejala dan respons pasien ang berhubungan dengan penyakit dan  penyebabnya

3.   Memantau paisen, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien

4.   Mencatat dan melaporkan keadaan pasien

5.   Melaksanakan prosedur dan tehnik keperawatan

6.   Supervise semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien

7.   Memberikan pengarahan dan penyuluhan unutk meningkatkan kesehatan fisik dan mental ( nurhasanah, 2010)

 

 

2.2  Konsep Dasar Depresi

a.    Pengertian depresi

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada masing-masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)-IV merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. Jika manifestasi depresi muncul dalam bentuk keluhan yang ber-kaitan dengan mud (mood) (seperti murung, sedih, rasa putus asa), diagnosis depresi dapat dengan mudah ditegakkan; tetapi jika gejala depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja, lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus-menerus, adanya depresi yang melatar-belakanginya sering tidak terdiagnosis. Ada masalah-masalah lain yang juga dapat menutupi diagnosis depresi misalnya pasien menyalahgunakan alkohol atau obat untuk mengatasi depresi, atau muncul dalam bentuk gangguan perilaku.

b.    Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) 

1)   Afek depresif

2)   Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

3)   Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala Lainnya :

1)   Konsentrasi dan perhatian berkurang

2)   Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3)   Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4)   Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5)   Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6)   Tidur terganggu

7)   Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Berdasarkan PPDGJ III, Pedoman Diagnostik Episode Depresif Ringan terdiri dari :

1)   Episode Depresif Ringan

a)   Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi

b)   Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

c)   Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

d)   Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

e)   Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya

2)   Episode Depresif Sedang

a)   Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresif ringan

b)   Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya

c)   Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

d)  Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

3)   Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik

a)   Semua 3 gejala utama depresi harus ada

b)   Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.

c)   Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkibn tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.

d)  Episode depresif biasanya haarus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu

e)   Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga kecuali paada taraf yang sangat terbatas.

4)    Episode Depresif Berat dengan gejala Psikotik

a)    Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F.32 tersebut

b)   Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

2.3  Terapi Modalitas

2.3.1 Definisi Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya merubah prilku pasien dan prilaku yang maladaptive menjadi prilku adaftip ( husmawati dan hartono 2012).

Menurut direja (2011) terapi modalitas bertujuan agar pola prilaku atau kepribadian seperti keterampilan koping, gaya komunikasi dan tingkat harga diri secara bertahp dapat berkembang.

2.3.2 Jenis- Jenis Terapi Modalitas

Ada beberapa jenis terapi modalita, menurut dahlia, (2009) antara lain:

1.      Terapi individual

2.      Terapi lingkungan\

3.      Terapi biologis

4.      Terapi kognitif

5.      Terapi keluarga

6.      Terafi kelompok

7.      Terapi prilaku

8.      Terapi bermain dan terapi music

2.4.3 Terapi Musik

1.   Pengertian terapi Musik

Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteksmasalah fisik dan mental (Djohan, 2006). Sedangkan kata musik menurut World Book Encyclopedia adalah suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain, musik dikenal sebagai sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur (Rachmawati, 2005). Jadi dalam terapi, musik digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian kegiatan terapi.

Word Music Therapy Federation mengemukakan definisi terapi musik yang lebih menyeluruh yaitu terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen musik oleh seseorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata diri atau untuk mencapai tujuan terapi lainnya. Proses ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, mental, sosial, maupun kognitif dalam rangka upaya pencegahan, rehabilitasi, atau pemberian perlakuan. Bertujuan mengembangkan potensi dan atau memperbaiki individu, baik melalui penataan diri sendiri maupun dalam relasinya dengan orang lain, agar ia dapat mencapai keberhasilan dan kualitas hidup yang lebih baik (Djohan, 2006).

2.   Manfaat Therapi music

Rachmawati (2005), mengutip pada penelitian Crithley & Hensen tentang musik dan otak melaporkan bahwa karena sifatnya non-verbal, musik bisa menjangkau sistem limbik yang secara langsung dapat mempengaruhi reaksi emosional dan reaksi fisik manusia seperti detak jantung, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Hasil pengamatan mereka menyebutkan bahwa dengan mengaktifkan aliran ingatan yang tersimpan di wilayah corpus collosum musik meningkatkan intergrasi seluruh wilayah otak.

Penelitian yang berkenaan dengan pengaruh musik terhadap kondisi psikologis individu telah banyak dilakukan, dan hasilnya memperlihatkan adanya reaksi fisik dan jiwa sebagai respon terhadap musik. Reaksi tersebut dapat berupa ketenangan, relaksasi ataupun berupa perubahan dalam ritme pernafasan, tekanan darah pada jantung dan aliran darah. Menurut Djohan (2005), terapi musik secara khusus sangat efektif dalam tiga bidang pengobatan, yaitu :

a.    Sakit, kecemasan, dan depresi.

b.    Cacat mental, emosi, dan fisik.

c.    Gangguan neurologis.

(Campell, cit Rachmawati, 2005), mengemukakan beberapa gagasan beradasarkan data-data hasil penelitian berkenaan dengan cara kerja musik dalam memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia dan memberikan daya penyembuh diantaranya adalah :

a.    Musik menutupi bunyi atau perasaan yang tidak menyenangkan.

b.    Musik dapat memperlambat atau menyeimbangkan gelombang otak.

c.    Musik mempengaruhi pernafasan.

d.   Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah.

e.    Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh.

f.       Musik mempengaruhi suhu badan.

g.    Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang dapat mengurangi rasa .sakit dan menimbulkan fly alamiah).

                             h.    Musik dapat mengatur hormonal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar