BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia dewasa ini semakin sulit dan komplek.
Kondisi tersebut diperparah dengan bertambahnya stressor psikososial akibat
budaya masyarakat modern yang cenderung sekuler. Hal tersebut menyebabkan
manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup yang dialami. Kondisi
kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas penyakit
mental-emosional manusia. Menurut yosep (2007), masalah kesehatan jiwa
mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Apabila individu tidak bisa mempertahankan keseimbangan
atau kondisi mental yang sejahtera, maka individu tersebut akan mengalami
gangguan dan apabila gangguan tersebut secara psikologis maka akan
mengakibatkan individu mengalami gangguan jiwa.
Depresi
merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. Menurut WHO, 2005
menyatakan bahwa defresi berada pada urutan ke empat penyakit didunia (Amir,
2005). Music dapat digunakan sebagai antidefresi alami. Mendengarkan music saat
senggang atau ketika libur kerja bisa membantu membuat pikiran dan tubuh lebih
rileks serta mengembalikan energy menjadi lebih bertenaga (Adronapis, 2008)
Terapi
modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada
beberapa jenis terapi modalitas antara lain terapi individual, terapi
lingkungan, terapi biologis, terapi kognitif, terapi keluarga perilaku dan
bermain (Yosep, 2007)
Terapi musik merupakan salah satu metode pengobatan, yang
menggunakan musik sebagai media yang berfungsi untuk meningkatkan kesehatan.
Beberapa pendekatan yang akan digunakan dengan menggunakan terapi musik adalah menciptakan
musik, mendengarkan musik dan ngobrol tentang musik. Meski biasanya terapi ini
hanya digunakan untuk menyembuhkan kesehatan mental atau emosional, ternyata
terapi musik juga bisa meningkatkan kesehatan fisik.
Seseorang yang menderita depresi akibat masalah hidupnya,
terapi music sangat cocok sebagai solusi. Pada tahun 2008, sebuah penelitian
menunjukkan bahwa dari 5 data hasil penelitian yang telah dilakukan, 4
diantaranya menemukan bahwa pasien yang menggunakan terapi musik ini, cenderung
mengalami penurunan tingkat depresi, dibandingkan pasien yang tidak menggunakan
terapi ini. Menurut penelitian ini juga, dikatakan bahwa pasien yang
menggunakan teori berbasis tekhnik terapi, seperti bernyanyi dan mendengar
musik lebih efektif untuk menurunkan depresi (http://tipskesehatan.web.id/).
Dari penomena
di atas peneliti tertarik untuk mengkaji dan membuktikan secara ilmiah tentang
bagaimana pengaruh erapi musikdangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat
depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa .
1.2 Rumusan
Maslah
Melihat
fenomena latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sejauh
mana tingkat keberhasilan pengaruh terapi music dangdut ritme cepat terhadap
perbedaan tingkat depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui pengaruh erapi music dangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat
depresi pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Mengidentifikasi
pengaruh erapi musikdangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi pada
pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa
2.
Menganalisa
pengaruh terapi musikdangdut ritme cepat terhadap perbedaan tingkat depresi
pada pasien depresi di ruang Dahlia Rumah Sakit Jiwa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dasar Kesehatan Jiwa
2.1.1
Definisi
Kesehatan Jiwa
Perawatan kesehatan jiwa adalah proses
berhubungan yang meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan menyokong
integritas fungsi. Yang dimaksud klien meliputi individu, kelompok, keluarga,
organisasi atau masyarakat.
Menurut American Nurses Association (
Beberapa model konseptual perawatan
kesehatan jiwa:
a.
Model Psikoanalisa
Merupakan model yang pertama dikemukakan oleh
Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia
dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak.
Setiap fase perkembangan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan symbol dari konflik. Proses
terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.
b.
Model Interpersonal
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack
Sullivan. Sebagai tambahan Hildegard Peplau mengembangkan teori interpersonal
perawatan. Pandangan interpersonal terhadap penyimpangan perilaku, teori
interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.
Sullivan menekankan besarnya pengaruh
perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan jiwa individu.
Kecemasan pertama yang sungguh-sungguh
dialami sewaktu bayi pada saat merasakan kecemasan ibu. Selanjutnya kecemasan
dihubungkan dengan penolakan/tidak direstui oleh orang-orang yang dekat/penting
bagi individu. Jika anak hanya menerima stimulus penolakan atau kecemasan atau
kritik, maka anak akan mengembangkan sistem diri yang negatif.
Menurut Sullivan: individu memandang orang
lain sesuai dengan yang ada pada dirinya.
Ada 2
dorongan yang dimiliki pada individu:
1)
Dorongan untuk kepuasan
Berhubungan
dengan kebutuhan dasar seperti: lapar, tidur, kesepian, nafsu.
2)
Dorongan untuk keamanan
Berhubungan
dengan kebutuhan budaya seperti penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok
tertentu
Proses terapi
Mengoreksi
pengalaman interpersonal dengan mengalami hubungan yang sehat dengan terapis,
klien akan belajar berhubungan interpersonal yang memuaskan dengan re-edukasi
dan mengembangkan hubungan saling percaya.
c.
Sosial Model
Model ini berfokus pada lingkungan sosial
yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap
penyimpangan perilaku, kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan
perilaku, perilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu mungkin
sebagai penyimpangan pada daerah yang lain.
Individu yang sudah dilabel/dicap jika tidak
dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut
memerlukan perawatan/dirawat.
Menurut Szazz, individu bertanggung jawab
terhadap perilakunya. Individu tersebut harus mampu mengontrol untuk
menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan masyarakatnya.
Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat
mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu, konsep pencegahan primer, sekunder
dan tertier sangat penting. Situasi yang dapat menjadi pencetus:
1)
Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil,
pendidikan tidak adekuat.
2)
Kurang mampu mengatasi stress.
3)
Kurang support
system.
Situasi
tersebut di atas dapat diantisipasi dan dapat dicegah.
Proses
terapi:
·
Prevensi primer
·
Kesehatan jiwa masyarakat
·
Crisis intervensi
d.
Eksistensi Model
Teori ini berfokus pada pengalaman individu
pada saat ini dan disini. Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan
perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan
dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat terjadi
karena hambatan ataularangan pada diri individu. Individu merasa putus asa,
sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah
partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain.
Klien sudah kehilangan atau tidak mungkin
menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.
Proses
terapi:
·
Rasional Emotif Therapy
Konfrontasi
digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong untuk
menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa yang akan dilakukan.
·
Terapi Logo
Merupakan
terapi orientasi masa depan (future
orientated therapy). Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa
arti berarti tidak eksis. Tujuan: agar individu sadar akan tanggung jawabnya.
e.
Model Komunikasi
Komunikasi membedakan manusia dengan
organisme lain. semua perilaku mengkomunikasikan sesuatu. Mengerti arti
perilaku tergantung dari kejelasan komunikasi antara pengiriman dan penerima.
Penyimpangan terjadi jika pesan yang
disampaikan tidak jelas, penyimpangan komunikasi menyangkut verbal dan non
verbal, posisi tubuh, kecepatan dan volume suara atau bicara. Proses terapi:
·
Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.
·
Memberi penguatan untuk komunikasi yang
efektif.
·
Memberi alternatif koreksi untuk komunikasi
yang tidak efektif.
·
Melakukan analisa proses interaksi.
2.1.2
Perawat
a.
Definisi
Perawat
Perawat
adalah seseorang yang tealah menyelesaikan program pendidikan keperawatan,
berwenang di Negara bersangkutan unutk memberikan pelayanan dan bertanggung
jawab dalam peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien. ( council of nursing 1965)
Menurut
undang-undang RI no. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa perawat seseorang yang
memiliki kemampuan serta keterampilan dan mempunyai kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang di milikinya, yang di proleh melalui
pendidikan perawatan.
b.
Peran
Perawat
Peran
perawat menurut CHS (consorsium Higt Science ) 1989 dalam nurhasanah (2010)
adalah tingkah laku yang di harapkan
oleh seseorang terhadap orang lain dalam suatu system, antara lain:
1.
Pemberi
asuhan keperawatan
2.
Pembela
pasien
3.
Pendidik
tenaga perawat dan masyarakat
4.
Coordinator
dalam pelayanan pasien
5.
Kolaborator
dalam Pembina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat
6.
Konsultan
atau penasehat pada tenaga kerja dan pasien
7.
Pembaharu
system, metodologi, dan sikap
c.
Fungsi
Perawat
Fungsi
perawat adalah pekerjaan yang harus di laksanakan sesuai dengan peranannya.
Tujuh fungsi perawat menurut phaneuf (1972) anatara lain
1.
Melaksanakan instruksi dokter ( fungsi
dependen)
2.
Observasi
gejala dan respons pasien ang berhubungan dengan penyakit dan penyebabnya
3.
Memantau
paisen, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus menerus
berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien
4.
Mencatat
dan melaporkan keadaan pasien
5.
Melaksanakan
prosedur dan tehnik keperawatan
6.
Supervise
semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien
7.
Memberikan
pengarahan dan penyuluhan unutk meningkatkan kesehatan fisik dan mental (
nurhasanah, 2010)
2.2 Konsep
Dasar Depresi
a. Pengertian depresi
Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai
dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda pada
masing-masing individu. Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)-IV merupakan salah satu instrumen yang
digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. Jika manifestasi depresi muncul
dalam bentuk keluhan yang ber-kaitan dengan mud (mood) (seperti murung, sedih, rasa putus
asa), diagnosis depresi dapat dengan mudah ditegakkan; tetapi jika gejala
depresi muncul dalam keluhan psikomotor atau somatik seperti malas bekerja,
lamban, lesu, nyeri ulu hati, sakit kepala terus-menerus, adanya depresi yang
melatar-belakanginya sering tidak terdiagnosis. Ada masalah-masalah lain yang
juga dapat menutupi diagnosis depresi misalnya pasien menyalahgunakan alkohol
atau obat untuk mengatasi depresi, atau muncul dalam bentuk gangguan perilaku.
b. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan
berat)
1)
Afek
depresif
2)
Kehilangan
minat dan kegembiraan, dan
3)
Berkurangnya
energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala Lainnya :
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2)
Harga
diri dan kepercayaan diri berkurang
3)
Gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4)
Pandangan
masa depan yang suram dan pesimistis
5)
Gagasan
atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6)
Tidur
terganggu
7)
Nafsu
makan berkurang
Untuk
episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Berdasarkan
PPDGJ III, Pedoman Diagnostik Episode Depresif Ringan terdiri dari :
1)
Episode
Depresif Ringan
a)
Sekurang-kurangnya
harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi
b)
Ditambah
sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
c)
Tidak
boleh ada gejala yang berat diantaranya
d) Lamanya seluruh episode berlangsung
sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
e)
Hanya
sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
2)
Episode
Depresif Sedang
a)
Sekurang-kurangnya
harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresif ringan
b)
Ditambah
sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
c)
Lamanya
seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
d) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3)
Episode
Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
a)
Semua 3
gejala utama depresi harus ada
b)
Ditambah
sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat.
c)
Bila
ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkibn tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap
episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
d) Episode depresif biasanya haarus berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu
e)
Sangat
tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga kecuali paada taraf yang sangat terbatas.
4)
Episode
Depresif Berat dengan gejala Psikotik
a)
Episode
depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F.32 tersebut
b)
Disertai
waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung
jawab atas hal itu.
2.3 Terapi
Modalitas
2.3.1 Definisi Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam
keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan dalam upaya merubah prilku pasien dan
prilaku yang maladaptive menjadi prilku adaftip ( husmawati dan hartono 2012).
Menurut direja (2011) terapi modalitas
bertujuan agar pola prilaku atau kepribadian seperti keterampilan koping, gaya
komunikasi dan tingkat harga diri secara bertahp dapat berkembang.
2.3.2 Jenis- Jenis Terapi Modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalita, menurut
dahlia, (2009) antara lain:
1.
Terapi
individual
2.
Terapi
lingkungan\
3.
Terapi
biologis
4.
Terapi
kognitif
5.
Terapi
keluarga
6.
Terafi
kelompok
7.
Terapi prilaku
8.
Terapi
bermain dan terapi music
2.4.3 Terapi Musik
1.
Pengertian
terapi Musik
Terapi musik terdiri dari
dua kata yaitu terapi dan musik. Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya
yang dirancang untuk membantu atau menolong orang. Biasanya kata tersebut
digunakan dalam konteksmasalah fisik dan mental (Djohan, 2006).
Sedangkan kata musik menurut World Book Encyclopedia adalah
suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi sesuatu yang menarik dan
menyenangkan. Dengan kata lain, musik dikenal sebagai sesuatu yang menarik dan
menyenangkan. Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri atas
nada dan ritme yang mengalun secara teratur (Rachmawati,
2005). Jadi dalam terapi, musik digunakan untuk menjelaskan media yang
digunakan secara khusus dalam rangkaian kegiatan terapi.
Word Music Therapy Federation mengemukakan definisi terapi musik yang lebih
menyeluruh yaitu terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen musik
oleh seseorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien
atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi
interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi, menata
diri atau untuk mencapai tujuan terapi lainnya. Proses ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan fisik, emosi, mental, sosial, maupun kognitif dalam
rangka upaya pencegahan, rehabilitasi, atau pemberian perlakuan. Bertujuan
mengembangkan potensi dan atau memperbaiki individu, baik melalui penataan diri
sendiri maupun dalam relasinya dengan orang lain, agar ia dapat mencapai
keberhasilan dan kualitas hidup yang lebih baik (Djohan, 2006).
2.
Manfaat
Therapi music
Rachmawati (2005), mengutip
pada penelitian Crithley & Hensen tentang musik dan otak melaporkan bahwa
karena sifatnya non-verbal, musik bisa menjangkau sistem limbik yang
secara langsung dapat mempengaruhi reaksi emosional dan reaksi fisik manusia
seperti detak jantung, tekanan darah, dan temperatur tubuh. Hasil pengamatan
mereka menyebutkan bahwa dengan mengaktifkan aliran ingatan yang tersimpan di
wilayah corpus collosum musik meningkatkan intergrasi seluruh
wilayah otak.
Penelitian
yang berkenaan dengan pengaruh musik terhadap kondisi psikologis individu telah
banyak dilakukan, dan hasilnya memperlihatkan adanya reaksi fisik dan jiwa
sebagai respon terhadap musik. Reaksi tersebut dapat berupa
ketenangan, relaksasi ataupun berupa perubahan dalam ritme pernafasan,
tekanan darah pada jantung dan aliran darah. Menurut Djohan (2005), terapi
musik secara khusus sangat efektif dalam tiga bidang pengobatan, yaitu :
a.
Sakit, kecemasan, dan depresi.
b.
Cacat mental, emosi, dan fisik.
c.
Gangguan neurologis.
(Campell, cit Rachmawati,
2005), mengemukakan beberapa gagasan beradasarkan data-data hasil penelitian
berkenaan dengan cara kerja musik dalam memberikan pengaruh terhadap kehidupan
manusia dan memberikan daya penyembuh diantaranya adalah :
a.
Musik menutupi bunyi atau perasaan yang tidak
menyenangkan.
b.
Musik dapat memperlambat atau menyeimbangkan
gelombang otak.
c.
Musik mempengaruhi pernafasan.
d.
Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut
nadi, dan tekanan darah.
e.
Musik mengurangi ketegangan otot dan
memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh.
f.
Musik mempengaruhi suhu badan.
g.
Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang dapat
mengurangi rasa .sakit dan menimbulkan fly alamiah).
h. Musik dapat mengatur hormonal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar