Jumat, 18 November 2022

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN KADER DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN POSYANDU DI DESA

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Posyandu merupakan wujud partisipasi atau peran aktif masyarakat dalam memelihara dan menjaga kesehatannya. Posyandu diselenggarakan oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari petugas lintas sektor terkait. Semula dasar diselenggarakannya posyandu ialah mendekatkan pelayanan KB-Kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan cakupan terhadap penduduk yang membutuhkan. Posyandu berfungsi sebagai jembatan dalam pembentukan jaringan pelayanan KB Kesehatan di tingkat masyarakat antara fasilitas kesehatan dengan rumah tangga. Dalam perkembangannya posyandu juga berfungsi sebagai forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).

Semua posyandu di data tingkat pencapaiannya, baik dari segi pengorganisasian maupun pencapaian programnya yang bertujuan untuk melakukan kategorisasi atau stratifikasi posyandu, yang bisa dikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu mualai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi sebagai berikut yang pertama yaitu posyandu pratama adalah posyandu yang masih belum mantap kegiatannya, belum bisa rutin tiap bulan dan kader yang aktif terbatas. Kemudian posyandu madya yaitu posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cangkupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tapi rendah cangkupannya. Sedangkan posyandu purnama yaitu posyandu yang frekuensinya kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih, dan cangkupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Dan posyandu mandiri yaitu posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 programnya sudah bagus, ada program tambahan, ada dana sehat dan telah menjangkau lebih dari 50 % KK (Depkes RI, 2006).

Menurut laporan Puskesmas  tercatat perkembangan posyandu pada saat ini terdapat 39 posyandu pratama, 11 posyandu madya, dan 6 posyandu purnama dari total jumlah posyandu sebanyak 56. Sedangkan posyandu di Desa Kembang Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas Aikmel Kab.Lotim sendiri termasuk dalam posyandu yang sebagian besar termasuk dalam posyandu strata pratama yang bisa dikatakan posyandu yang tingkat perkembangannya paling rendah, karena kegiatan posyandunya masih belum mantap dan kader yang aktif terbatas.

Melihat penomena di atas, maka peran dari motivasi dan pengetahuan kader terhadap perkembangan posyandu di Desa Kembang Kerang Daya tidak bisa diabaikan, karena pengetahuan dan motivasi kader dapat menunjang keberhasilan dari kegitan posyandu tersebut.

Berdasarkan data di atas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada Hubungan Motivasi dan Pengetahuan Kader Dengan Tingkat Perkembangan Posyandu di Desa 

1.2  Rumusan Masalah

“Adakah Hubungan Antara Motivasi dan Pengetahuan Kader Dengan Tingkat Perkembangan Posyandu di Desa

1.3  Tujuan Penelitian

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya Hubungan Motivasi Dan Pengetahuan Kader Dengan Tingkat Perkembangan Posyandu di Desa 

1.3.2        Tujuan Khusus

a.       Mengidentifikasi tingkat motivasi kader posyandu di Desa Kembang Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas

b.      Mengidentifikasi tingkat pengetahuan kader tentang kesehatan dan posyandu di Desa Kembang Kerang DayaWilayah Kerja Puskesmas 

c.       Mengidentifikasi tingkat perkembangan posyandu berdasarkan keberadaan kader di Desa Kembang Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas 

d.      Menganalisis hubungan antara motivasi kader dengan tingkat perkembangan posyandu di Desa Kembang Kerang Daya Wilayah Kerja Puskesmas .

e.       Menganalisis hubungan pengetahuan kader dengan tingkat perkembangan  posyandu di Desa 

1.4  Manfaat Penelitian

1.4.1        Bagi Kader

a.       Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

b.      Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

1.4.2        Bagi Masyarakat

a.       Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b.      Memperoleh bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c.       Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.

 

 

1.4.3        Bagi Keperawatan

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat membantu melengkapi konsep-konsep keperawatan, dalam meningkatkan motivasi dan pengetahuan kader dengan tingkat perkembangan posyandu yang lebih meningkat.

1.4.4        Bagi Peneliti Lain

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang cangkupan komunitasnya lebih luas.s

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Motivasi

2.1.1        Pengertian

Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang di indikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan kehormatan atas  diri, lingkungan yang baik serta kegiatan yang menarik.

Menurut Mc Donald Cit Sardiman (2001), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan tanggapan adanya tujuan. Dari pengertian yang diungkapkan Mc Donald, motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu:

a.     Motivasi mengawali perubahan yaitu elemen pada diri setiap individu manusia karena menyangkut perubahan energi manusia, walaupun motivasi itu muncul dalam diri manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b.    Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c.     Motivasi dirangsang karena adanya tujuan. Sebenarnya motivasi ini merupakan respon diri suatu aksi yakni tujuan-tujuan menyangkut soal kebutuhan.

Dari ketiga elemen di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi sebagai suatu yang kompleks, motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia sehingga akan bergayut dengan masalah kejiwaan, perasaan dan emosi kemudian bertindak atau melaksanakan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

Salah satu ilmu yang berkembang dan membahas mengenai motivasi adalah teori kepuasan yang dikemukakan oleh Maslow atau yang lebih dikenal dengan teori hierarki kebutuhan. Ilmu ini bertitik tolak dari 2 (dua) asumsi dasar yaitu bahwa manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkembang dan maju, serta bahwa manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lainnya.

Menurut Maslow (2012), kebutuhan yang telah dipenuhi akan berhenti daya motivasinya, artinya apabila sebagian atau keseluruhan kebutuhan seseorang telah terpenuhi, maka motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan berkurang atau bahkan terhenti sama sekali, kemudian motivasinya berpindah ke upaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang dianggap lebih tinggi.

 

Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow meliputi :

1.         Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling pokok yaitu kebutuhan akan makanan/minuman dan tempat tinggal.

2.         Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman.

3.         Kebutuhan akan cinta dan memiliki rasa  sosial yakni kebutuhan akan pertemanan, afiliasi, interaksi dan cinta.

4.         Kebutuhan atas penghargaan yaitu kebutuhan akan penghargaan dari orang lain.

5.         Kebutuhan kognitif yakni kebutuhan akan pengetahuan, pemahamanan dan keingintahuan.

6.         Kebutuhan estetis yaitu kebutuhan akan keindahan, keseimbangan dan keteraturan

7.         Kebutuhan atas aktualiasi diri, yaitu kebutuhan untuk memenuhi kepuasan diri dengan memanfaatkan segala kemampuan, ketrampilan dan potensi diri secara maksimal.

2.1.2        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Johanes Papu (2005), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam bekerja sebagai berikut:

a.       Keakraban

Tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangkan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota tim.

b.      Tanggung Jawab

Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggung jawab. Tanggung jawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Tim yang diberi tanggung jawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja yang tinggi

c.       Tujuan

Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu tim dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi, misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota.

d.      Tantangan

Manusia dikaruniai mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atau flight syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar. Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.

Namun dengan demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah tim tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu kriteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka tim bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka tim juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.

e.       Kesempatan Untuk Maju

Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah tim setiap anggota merasa bahwa tim tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitmen yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.

 

f.       Kepemimpinan

Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitmen dari anggota tim. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi tim untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan di atas.

Sedangkan teori kebutuhan yang dikembangkan oleh Mc Clelland dalam Munir (2001), menyatakan bahwa hubungan antara kebutuhan, produktivitas dan prestasi sangat berkaitan. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu :

a.      Kebutuhan akan prestasi, dorongan untuk berprestasi dan mengungguli.

b.     Kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berperilaku demikian

c.      Kebutuhan akan afiliasi, hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.

2.2  Pengetahuan

2.2.1        Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003), yang dimaksud dengan pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tersebut. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman, guru, orang tua, teman, buku, dan media massa. Berdasarkan pengertian ini, pengetahuan seseorang dapat diperoleh berdasarkan pengalaman yang didapat melalui proses penglihatan, pendengaran, penciuman, melalui kulit dan akan mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman, tinggi rendahnya mobilitas materi informasi tentang objek tersebut di lingkungannya.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers Cit Notoatmodjo (1997), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation (menimbang-nimbang), trial (mencoba) dan adoption di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Selanjutnya Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa pengetahuan mencakup 6 tingkatan yaitu:

1)       Tahu (Know)

Artinya mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya;

2)       Memahami (Comprehension)

Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar;

3)       Aplikasi (Aplication)

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil/sebenarnya;

4)       Analisis (Analysis)

Artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5)       Sintesis (Syntesis)

Artinya kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

6)       Evaluasi (Evaluating)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.

2.2.2        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a.       Faktor Internal

1.      Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip dalam  (Notoadmojo, 2003).

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2003).

2.      Umur

Menurut Elisabeth BH yang di kutip dalam Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003).


b.      Faktor Eksternal

1.      Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok

2.      Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

2.2.3        Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a.       Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b.       Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c.       Kurang : Hasil presentase > 56

2.3  Posyandu

2.3.1        Pengertian Posyandu

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Ismawati, 2010).

 

2.3.2        Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Menurut Ismawati, (2010) tujuan pokok dari pelaksanaan posyandu adalah : untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, untuk menurunkan IMR, mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi, meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

2.3.3        Sasaran Posyandu

Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu adalah : bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1 sampai 5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas, wanita usia subur.

2.3.4        Fungsi Posyandu

1.      Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.

2.      Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2.3.5        Manfaat Posyandu

1.      Bagi Masyarakat

a.       Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b.      Memperoleh bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak

c.       Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.

2.      Bagi Kader, Pengurus Posyandu, dan Tokoh Masyarakat

1.      Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

2.      Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.

3.      Bagi Puskesmas

1.      Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

2.      Dapat lebih spesifik membentuk masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai dengan kondisi setempat.

3.      Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.

4.      Bagi Sektor Lain

1.      Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.

2.      Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.

2.3.6        Pengorganisasian Posyandu

1.      Struktur Posyandu

Struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan kader posyandu yang merangkap sebagai anggota.

Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok pengelola posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit pengelola posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. bentuk organisasi unit pengelola posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur pengelola posyandu, disepakati dalam unit/kelompok pengelola posyandu bersama masyarakat setempat.

2.      Pengelola Posyandu

Pengelola posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu. Pengurus posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang bendahara. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut :

a)      Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

b)      Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat.

c)      Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

3.      Kader Poyandu

Kader Posyandu adalah salah seorang yang dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu. (Dinkes Propinsi NTB).

Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Kriteria Kader Posyandu antara lain sebagai berikut :

a)        Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

b)       Dapat membaca dan menulis huruf latin.

c)        Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat.

d)       Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.

Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan, karena kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga professional terlatih yang bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat. Kriteria tenaga professional antara lain sebagai berikut :

a)        Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat.

b)       Berpendidikan sekurang-kurangnya SMP.

c)        Bersedia dan mau bekerja secara purna/paruh waktu untuk mengelola Posyandu.

iPenyelenggaraan kegiatan Posyandu diselenggarakan 1 bulan penuh, dengan hari buka Posyandu untuk penimbangan 1 bulan sekali. Secara umum, tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan kegiatan Posyandu, dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

1.         Tugas-tugas kader posyandu pada h+ atau saat persiapan hari buka posyandu, meliputi :

a.       Menyiapkan alat dan bahan

Yaitu : alat penimbangan bayi dan balita, Kartu Menuju Sehat (KMS), alat peraga, alat pengukur LILA, obat-obatan yang dibutuhkan (tablet besi, vitamin A, Oralit, dan lain-lain sesuai kebutuhan), bahan/materi penyuluhan dan lain-lain

b.      Mengundang dan menggerakkan masyarakat

Yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat untuk datang ke Posyandu.

c.       Melaksanakan pembagian tugas

Yaitu menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu.

2.         Tugas-tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 langkah meliputi :

a.    Kegiatan 1

Tugas-tugas kader sebagai berikut :

1)            Mendaftar bayi/Balita, yaitu menuliskan nama bayi/Balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS.

2)            Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register Ibu Hamil.

b.      Kegiatan 2

Tugas-tugas kader sebagai berikut :

1)      Menimbang bayi/balita, yaitu kader mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.

c.       Kegiatan 3

Tugas-tugas kader sebagai berikut:

Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas kedalam KMS anak tersebut.

d.      Kegiatan 4

Tugas-tugas kader sebagai berikut :

1)      Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan.

2)      Memberikan nasehat kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.

3)      Memberikan rujukan ke puskesmas apabila diperlukan, untuk balita, ibu hamil dan menyusui berikut ini :

 

e.       Kegiatan 5

Merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, dan lain-lain.

Pelayanan yang diberikan antara lain :

1)      Pelayanan Imunisasi

2)      Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

3)      Pengobatan

4)      Pemberian tablet tambah darah (tablet besi), vitamin A dan obat-obatan lainnya.

5)      Pemeriksaan kehamilan bagi Posyandu yang memiliki sarana yang memadai dan lain-lain sektor yang terkait.

3.         Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :

a.       Memindahkan catatan-catatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) kedalam buku register atau buku bantu kader.

b.      Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya.

c.       Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan), sekaligus untuk tindak lanjut/rujukan dan mengajak orang tua balita datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

 

 

2.3.7        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orang Datang Ke Posyandu

Faktor Pendorong ibu untuk datang ke posyandu dikarenakan adanya pengobatan gratis, imunisasi gratis, dan pembangian vitamin gratis. Selain itu juga ibu-ibu mengatakan untuk mengetahui kesehatan anak serta adanya makanan tambahan untuk anak.

2.3.8        Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:

1.      Kegiatan Utama

a.       Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1)      Pelayanan Ibu hamil yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang diberikan oleh kader. Apabila ada petugas kesehatan ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, usia kehamilan, apabila terdapat kelainan dilakukan upaya rujukan.

2)      Pembentukan kelompok ibu hamil dengan pertemuan diatur sesuai kesepakatan. Di kelompok ini dilakukan pelayanan penyuluhan, perawatan payudara dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), peragaan pola makan ibu hamil, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.

b.      Ibu nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi ibu nifas, perawatan kesehatan jalan lahir, pemberian vitamin A dan tablet besi, perawatan payudara dan senam ibu nifas. Apabila terdapat tenaga kesehatan dilakukan juga pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan lochea, dan upaya rujukan.

c.       Bayi dan Anak Balita

Pelayanan untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreatifitas tumbuh kembang anak. Adapun pelayanan posyandu balita mencakup penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan. Apabila terdapat tenaga kesehatan, dilakukan imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang serta upaya rujukan.

d.      Keluarga Berencana

Pelayanan KB yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pil ulangan. Apabila terdapat tenaga kesehatan dilakukan suntik KB, konseling KB dan pemasangaan alat kontrasepsi Intra Uterin Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

 

 

 

e.       Imunisasi

Pelayanan imunisasi di posyandu hanya dilaksanakan apabila terdapat tenaga kesehatan. Jenis pelayanan disesuaikan dengan program.

f.       Gizi

Pelayanan gizi dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS). Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemberian vitamin A dan sirup.

g.      Pencegahan dan penanggulangan diare

Pencegahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam dan pemberian oralit.

2.      Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama. Kegiatan tersebut misalnya perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai kegiatan pembangunan masyarakat lainnya. Posyandu seperti ini disebut dengan posyandu plus. Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50 % serta tersedia sumber daya yang memadai. Penetapan kegiatan ditentukan melalui mekanisme yang sudah disepakati.

2.3.9        Tingkat Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat tingkat perkembangan posyandu, yang dikenal dengan nama telaah kemandirinan posyandu. Tujuan telaah adalah untuk mengetahui identifikasi tingkat perkembangan posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut (Depkes RI, 2006) :

1.      Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh ca`kupan kegiatan bulanan Posyandu seperti (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang.

2.      Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) masih rendah, yaitu kurang dari 50 % Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah baik tapi rendah cakupannya.

3.      Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah posyandu yang frekuensi kegiatannya lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) lebih dari 50 %. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat yaitu pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan posyandu mengikutsertakan pengurus posyandu.

4.      Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanganan diare) lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing yang dirumuskan melalui pendekatan PKMD.

Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, ditetapkan seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan posyandu. Indikator tersebut terdapat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Indikator Peringkat Posyandu

No

Indikator

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

1.

Frekuensi penimbangan

< 8

> 8

> 8

> 8

2.

Rerata kader tugas

< 5

≥ 5

≥ 5

≥ 5

3.

Rerata cakupan D/S

< 50 %

< 50 %

≥ 50 %

≥ 50 %

4.

Cakupan kumulatif KIA

< 50 %

< 50 %

≥ 50 %

≥ 50 %

5.

Cakupan kumulatif KB

< 50 %

< 50 %

≥ 50 %

≥ 50 %

6.

Cakupan kumulatif imunisasi

< 50 %

< 50 %

≥ 50 %

≥ 50 %

7.

Program tambahan

-

-

+

+

8.

Cakupan dana sehat

< 50 %

< 50 %

< 50 %

≥ 50 %

Sumber :Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Depkes RI, 2006

 

 

2.3.10    Hasil Penelitian Orang Lain Sebelumnya

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami Kurniyasih tahun (2008), yang lalu dengan judul “Hubungan Motivasi dan Pengetahuan Kader dengan Prestasi Posyandu” Hasil penelitian untuk distribusi responden berdasar hubungan antara motivasi kader dengan prestasi posyandu di mana kader bertugas adalah paling banyak responden mempunyai motivasi sangat tinggi dan di posyandu madya, sedangkan paling sedikit responden mempunyai motivasi tinggi dan berada di posyandu mandiri. Hasil uji statistik ada hubungan antara motivasi responden dengan prestasi posyandu. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Andy Amir tahun 1995 yang menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi kinerja. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki seseorang, maka kinerja yang dihasilkan akan semakin tinggi.

Hasil ini juga sesuai dengan pendapat dari Mc. Clelland dalam Munir (2001), yang menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi dalam bekerja, yaitu semakin tinggi motivasi semakin tinggi pula prestasi yang akan dihasilkan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Kuscahyani (2005), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dengan kinerja sebagai seorang kader di posyandu. Hal ini mungkin saja terjadi, karena tidak semua orang mempunyai motivasi yang sama untuk menjadi seorang kader, ada yang benar-benar mempunyai keinginan untuk memajukan posyandu dan ada juga karena faktor lain, misalnya mengharapkan adanya imbalan. memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing. Untuk distribusi responden berdasar tingkat prestasi posyandu tempat bekerja responden paling banyak berada di posyandu pratama yaitu sebanyak 50% dan paling sedikit berada di posyandu purnama yaitu 5,56%. Motivasi kader ada yang datang dari dalam diri sendiri, ada juga karena dorongan dari luar yang merangsang dirinya untuk menjadi seorang kader, seperti adanya transport bagi kader posyandu, pelayanan pemeriksaan gratis di puskesmas, adanya jamkessos bagi seorang kader dan ada juga pembagian seragam bagi kader. Seseorang ada yang mengabdikan tenaga, waktu, pikiran dan keterampilan dengan harapan akan mendapatkan imbalan atas jerih payahnya.

Hubungan Pengetahuan Kader dengan Prestasi Posyandu Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tinggi dan berada di posyandu madya, sedangkan paling sedikit responden mempunyai pengetahuan tinggi yang berada di posyandu mandiri. Hasil uji statisitik didapatkan ada hubungan yang cukup kuat dan bermakna antara pengetahuan dengan prestasi posyandu. Hal ini dapat diartikan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tinggi berpengaruh cukup terhadap keberadaan responden di posyandu kategori tingkat tinggi. Hasil wawancara dengan seorang responden juga dihasilkan bahwa meskipun dia berpendidikan SD tetapi mempunyai pengetahuan yang luas baik tentang kesehatan atau pun tentang posyandu dan kebetulan dia bertugas di posyandu kategori sangat tinggi yaitu posyandu mandiri.

Hal ini sesuai dengan pendapat Mc Cloy (1994), yang menyatakan bahwa hasil kerja merupakan fungsi dari : pengetahuan, kemauan yang mencerminkan kemampuan yang diperoleh melalui pemahaman pengetahuan yang dikombinasikan dengan kemampuan melaksanakan tugas dan motivasi.

Menurut Buyet dan Conn (1992), pengetahuan merupakan faktor internal yang mempengaruhi hasil kerja seseorang. Meskipun demikian, pengetahuan tidak selalu menimbulkan hasil kerja yang baik, karena ada faktor lain yang mempengaruhi, antara lain keterampilan, kemampuan, pemahaman, pendidikan, pelatihan, motivasi, informasi, konsekuensi dan keterlibatan.

Menurut hasil penelitian Kuscahyani (2005), penelitian ini dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja sebagai seorang kader di posyandu. Hal ini dimungkinkan juga karena perbedaan tempat posyandu di mana kader bekerja dan faktor-faktor lain seperti di atas.